Natsu menghela nafas panjang kemudian ia tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi runcingnya yang berkilau. Sedangkan aku hanya membisu penuh rasa malu di depannya.
"Yuki, maafkan aku karena telah egois," ujar Natsu sembari menempelkan keningnya dengan keningku. "Sebenarnya berat untuk mengatakannya, tetapi aku ingin kita berdua maju untuk mengalahkan Varghna."
"Be--benarkah itu?" tanyaku. "Aku tidak mau kau menyesali ini, lho."
"Iya. Ayo kita kembali," jawab Natsu, berusaha meyakinkanku.
Aku tersenyum penuh rasa haru. Natsu yang awalnya menentang keras niatku untuk melakukan perlawanan kepada Varghna, kini melunak. Yah, meskipun masih terselip kata 'keberatan' di kalimatnya barusan, sih.
"Kalian mau melawan siapa, huh?"
DEG.
Suhu udara di sekitar kami seketika turun drastis. Aku yakin sekali ini bukan ulahku. Karena..
Baru saja terdengar suara Varghna tak jauh dari tempat kami sekarang.
"Setelah kucari kemana-mana ternyata kalian ada disini, toh?" Varghna berjalan perlahan mendekati kami. Bibirnya menyeringai lebar. Setiap langkahnya diiringi dengan banyak sekali aura hitam yang membuat dadaku sesak dan ketakutan.
"Menjauh dari kami, Varghna!" bentak Natsu.
"Tcih. Kenapa aku harus mendengarkan ocehanmu, Natsucchi?" timpal Varghna dengan nada mempermainkan. Ia tersenyum miris ke arah Natsu.
"Varghna, apa yang sudah kau lakukan kepada orang-orang istana, hah!?" Aku ikutan membentak. Jika Varghna ada disini, lalu bukankah itu berarti orang-orang istana yang barusan melawannya sudah kalah?
"Ah, ya ampun! Tuan Putri bertanya kepadaku! Aku benar-benar sungguh tersanjung!" Varghna berkata dengan nada menyebalkan yang dibuat-buat. Membuatku seketika jijik kepadanya.
"Jawab pertanyaanku dengan benar, dasar iblis!" seruku nanar.
"Ahh kata-katamu itu menohok sekali," ucap Varghna. "Barusan kau bilang aku iblis? Kalau begitu.. bagaimana kalau kau juga ikutan menjadi iblis?"
"Hah? Apa-apaan itu??" cibir Natsu. Ia agak mendorongku ke belakangnya. Sepertinya ia ingin mengantisipasi akan hal apa yang akan Varghna lakukan selanjutnya.
Sejak awal, jaminan Varghna itu adalah diriku, bukan?
"Tcih." Varghna mendecih. Kemudian ia mengangkat satu tangannya yang dipenuhi dengan aura hitam ke udara. Dan, seketika tubuhku pun melayang dengan sendirinya.
"Na--Natsu!" ujarku memanggil Natsu.
Aura-aura hitam milik Varghna bergerak dan menyelimutiku. Uh, rasanya begitu sesak dan tidak nyaman.
"Sialan! Lepaskan Yuki!!" teriak Natsu nanar. Ia melesat ke arah Varghna sambil melayangkan pukulannya. Namun dengan mudah Varghna dapat menahan pukulan Natsu dan membalasnya dengan pukulan yang lebih keras.
BRUKK!! Tubuh Natsu tersungkur ke lantai gua. Samar-samar ia meringis.
"Sial," gumamnya pelan. Berkali-kali ia berusaha bangkit, namun aura-aura hitam milik Varghna menahan tubuhnya agar tetap terbaring.
"Dasar bocah payah!" ledek Varghna.
"Varghna, sebenarnya apa yang mau kau lakukan?" tanyaku. Suaraku rasanya perlahan mulai pudar.
"Sudah kukatakan, bukan? Aku ingin kerajaan ini! Tapi kalian tidak memberikannya kepadaku! Padahal aku sudah banyak berjasa untuk kalian!" jawab Varghna agak membentak. Ia membuatku melayang ke dekatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror
Fantasi[ Fantasy, Adventure, Magic & Minor Romance ] Mirror S1 + S2 Tadinya aku berpikir, negeriku begitu membosankan. Tadinya..., kupikir kedamaian di negeriku begitu memuakkan. Aku berharap terjadi kejahatan agar aku bisa menjadi seorang pahlawan seperti...