Chapter 14 : Permaisuri

694 120 8
                                    

Dengan tubuhku yang tidak terlihat ini, aku dapat dengan mudah menyusup istana Drangar tanpa diketahui siapapun. Aku berjalan cepat menyusuri lorong demi lorong. Namun aku tidak juga berhasil menemukan keberadaan Iru. Tidak mungkin dia pindah dari istana tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Maksudku, aku adalah temannya dan tidak mungkin dia melupakan aku.

Aku menyandarkan tubuhku pada tiang ruangan yang baru saja aku masuki. Rupanya disini juga tidak ada Iru. Setelah kuperhatikan, sih, ruangan ini adalah ruang makan. Terbukti dengan adanya meja parasmanan panjang yang biasa dijadikan meja makan oleh keluarga kerajaan.

Aku menghela nafas lelah. Peluh membasahi pelipisku. Aku tidak tahu lagi harus mencari Iru kemana. Istana Drangar rupanya luas sekali. Seandainya saja aku jenius dalam mantra sihir, pasti sejak awal aku sudah berhasil menemukan Iru.

"Apa yang kau lakukan di sini, Koizumi Alyn?"...

DEG!

Suara itu...

Aku menolehkan kepalaku ke arah sumber suara. Dan sesuai dugaanku. Manik merah muda hati yang tidak ingin kujumpai telah menyambutku di sana. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Lengannya ia lipat di depan dada. Kurasa ia jengkel denganku yang masuk istana tanpa izin.

Eh..bukankah aku tidak terlihat?

"Mantramu sudah habis. Sekarang semua orang bisa melihatmu." ujar gadis itu datar.

"Huh! Hei, Ana. Apakah kamu tahu dimana Iru sekarang berada?" tanyaku langsung ke intinya.

"Untuk apa?" tanya gadis bersurai merah muda itu, Ana.

"Aku akan merebutnya dari sisimu." jawabku mantap.

"Heh?? Jadi kau rela menyusup istana hanya untuk merebutnya dariku? Dasar bodoh." komentar Ana dengan nada yang menyebalkan.

"Jangan ada basa - basi lagi. Aku hanya ingin bertemu Iru." ujarku cepat.

"Dasar tidak sabaran." gerutu Ana pelan.

"Drizaro!"

BRAK! Seketika aku ambruk ke lantai. Perlahan kesadaranku menghilang. Lalu samar - samar kulihat sosok laki - laki yang menyeringai ke arahku. Taring runcingnya nampak silau terkena pantulan cahaya dari luar.

"Kedatanganmu sudah kutunggu, Alyn..." bisik sosok itu sambil membelai rambutku dengan lembut.

Setelah itu semuanya berubah menjadi gelap.

👑

Kubuka mataku perlahan. Begitu mengingat apa yang sebelumnya menimpaku, aku langsung was - was. Kupegangi seluruh daerah yang ada di leherku. Tak ada luka, tak ada darah, dan tak ada dua lubang bekas gigitan vampir manapun. Fyuhh... aku masih hidup.

"Akhirnya tuan putri bangun juga." tiba - tiba terdengar suara lembut dari seseorang.

Kutolehkan kepalaku ke belakang. Dan kudapati seorang gadis seusiaku dengan balutan gaun hitam putih bergaya gothic. Manik matanya memiliki warna yang berbeda antara satu dengan yang lain. Mirip seperti yang dimiliki Yuusaku.

"Kamu vampir?" tanyaku waspada.

"Ya. Saya adalah vampir." jawab gadis itu lembut.

"Jangan mendekat! Aku masih ingin hidup! Pergilah jauh - jauh!" usirku padanya.

"Tenang saja, tuan putri. Aku tidak akan menyakitimu. Aku datang kesini sebagai penasihatmu sekaligus dayangmu." jelas gadis itu.

"Tuan putri? Dayang? Penasihat?" ulangku kebingungan.

"Benar, tuan putri. Yang Mulia Raja Yuusaku, telah memutuskan bahwa anda adalah calon permaisurinya." jawab gadis itu.

"Apa!? Aku tidak mau!!" jeritku bergidik ngeri. Aku tidak pernah berniat tinggal seatap dengan makhluk penghisap darah itu.

"Maafkan kelancangan saya, tuan putri. Tapi saya diperintahkan oleh Raja Yuusaku untuk mendandanimu setelah kau sadar." ujar gadis itu.

"Untuk apa? Kurasa itu tidak perlu!" tolakku keras.

"Yang Mulia Ibunda Ratu Elizabeth, ingin bertemu dengan anda." tutur gadis itu.

"Ibunda ratu? Maksudnya ibunya Yuusaku, ya?" gumamku pelan. Membayangkannya saja sudah mengerikan apalagi jika bertemu langsung.

"Autozimora!" ujar gadis itu merapalkan sebuah mantra. Dan dalam sekejap tubuhku sukses dibaluti oleh sebuah gaun mini bergaya gothic. Kuakui gaun ini lucu, tapi tetap saja seram!

"

Ikuti aku, tuan putri!" perintah gadis itu. Katanya dia dayangku tapi kenapa dia seenaknya memberikan aku perintah.

"Hei, boleh kutahu siapa namamu?" tanyaku sambil berjalan mengikutinya.

"..." tak ada jawaban. Kurasa suaraku kurang keras.

"Hei, boleh kutahu nama-" tanyaku terputus karena sudah terlebih dahulu di jawab oleh si dayang.

"Nina Revalium. Kau boleh memanggilku Nina." jawabnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

👑

Note : Ekhem! Sesuai janjiku di lapak cover, siapapun yg memberikan vote dan memberitahuku bahwa ia telah memberikan vote, maka ia akan kujadikan tokoh dalam cerita :v

Selamat mbak penasihat, NinaRaya :v

Minano_Mimin tunggu yak, nanti kau juga akan datang :v

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang