Chapter 31 : Penyihir Pengawal

488 78 2
                                    

Sepuluh kandidat terbaik penyihir akademi berdiri berjajar di atas podium. Di depannya, duduk ribuan murid dan puluhan guru yang menatap dengan manik berbinar.

Aku berdiri di atas podium di sebelah teman sekamarku, Paulina Nuri. Kulirik dia sekilas. Tangannya agak gemetar.

Sadar sedang diperhatikan, ia langsung tersenyum ke arahku.

"Hei, Ana.., aku tidak percaya kita bisa berdiri di sini" bisiknya gugup.

"Merepotkan," komentarku malas.

"Kau ini..," balasnya. Manik emasnya nampak meredup.

Tak lama berselang, sosok raja dan ratu memasuki ruangan aula. Di sekitar mereka banyak sekali pengawal yang memegang senjata. Sebegitu pentingnya kah?

Kemudian mereka duduk di kursi yang sudah disediakan. Tepat di paling depan. Lalu mataku beralih menatap ke arah sosok muda di samping kanan sang raja. Raut wajahnya nampak sangat tenang. Sepertinya ia seumuran denganku.

"Senang bisa menerima kedatangan keluarga kerajaan di akademi kami yang sederhana ini," ucap kepala sekolah sambil membungkuk hormat.

"Ah, iya. Terimakasih kembali Mrs. Liliane," sang ratu menjawab.

"Baiklah, sekarang di depan Yang Mulia, telah saya hadirkan sepuluh kandidat terbaik akademi kami. Dan lima diantaranya adalah penyihir muda yang terkenal dengan sihir uniknya. Sihir elemen." jelas Mrs. Liliane, sang kepala sekolah.

"Bukankah sihir elemen itu adalah sihir penemuan baru yang sedang ramai dibicarakan?" sosok muda tadi bertanya dengan nada sopan.

"Anda benar, pangeran Iru," jawab Mrs. Liliane.

Sosok muda itu, pangeran Iru menganggukkan kepalanya. Mulutnya membentuk huruf o kecil. Kemudian tanpa sengaja manik langit malamnya menatap ke arahku. Ia mengerjap beberapa kali lalu pada akhirnya ia tersenyum.

Eh? Aku kikuk dibuatnya. Lalu sebisa mungkin aku balas tersenyum.

"Karena penyihir penjaga ini akan ditugaskan untuk menjadi pengawal pangeran maka pangeran yang akan memutuskan," ujar sang raja tersenyum.

"A..aku?" sang pangeran kaget.

"Ayo, pilihlah dengan bijak, pangeran!" ujar sang ratu ikut tersenyum.

"Emm...ano..aku akan memilih lima penyihir pengguna sihir elemen," jawabnya.

Aku tercekat.

"Li..lima sekaligus?" Mrs. Liliane terperanjat kaget.

"Eh, biasanya hanya satu, ya..?" tanya pangeran kikuk.

"Bisa saja kok, pangeran bebas menentukan," Mrs. Liliane akhirnya mengiyakan keputusan pangeran.

"Terimakasih banyak!" ucap pangeran berbinar.

"Berikan tepuk tangan selamat kepada sang penyihir terpilih!" seru sang raja bersemangat.

Seluruh badanku kaku. Terbayang sudah akan hari - hari bermalasanku yang melayang. Setelah ini aku akan diperbudak oleh seorang laki - laki yang bahkan umurnya tidak lebih tua dariku! Aku ...lemas..tidak...terima...

BRUK!

Aku ambruk dan semuanya menjadi gelap

👑

"Huaaa!!" aku terbangun dalam posisi duduk di atas ranjang super mewah.

"Eh, kau sudah sadar?" sesosok laki - laki bersurai biru bertanya. Nampaknya ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Tepat di sebelahku.

"Huaaa!!!" aku kaget setengah mati.

"Eh eh? Kenapa berteriak?" dia panik.

"Dasar orang mesum!" seruku panik. Lalu tanpa bisa kukendalikan aku menampar wajahnya.

PLAK!

Aku langsung terdiam. Hatiku terasa tersambar petir. Beberapa detik kemudian baru kusadari bahwa sosok laki - laki yang tidur di sebelahku adalah sang pangeran.

"Maafkan aku! Maafkan aku! Maafkan aku!.." ujarku memohon ampun sambil bersujud di depannya.

"Sudahlah, ayo bangun!" ujar pangeran. Kedua lengannya memegangi kedua bahuku. Membuatku bangkit dari posisi bersujud.

DEG!

Dia tersenyum. Kenapa? Apa dia ini...gila?

Dan apa - apaan senyumnya itu? Kenapa aku...

"Siapa namamu?" tanya pangeran.

"Namaku Ana Fredella, yang mulia," jawabku gugup.

Lagi - lagi ia tersenyum. Membuatku kikuk setengah mati.

Kemudian terdengar suara pintu terbuka bersamaan dengan terdengarnya suara temanku yang sama - sama terpilih, Yessica Lix,
"Oy, Ana! Apa kau sudah sadar..?"

Cepat - cepat kualihkan pandanganku ke arah pintu. Suhu tubuhku berubah dingin seperti es. Yessica menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajahnya merah padam.

"A..Ano..Yess..Yessica.." ucapku terbata bermaksud ingin menjelaskan.

"Ma..maaf su..sudah me..mengganggu Anda, yang Mulia!" ucap Yessica kaku.

BLAM!

Pintu langsung tertutup rapat.

"Huaaaa!!!" aku kembali menjerit.

👑

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang