Jilid 4

4.9K 62 0
                                    

Pengawal itu menjalankan perintahnya. Tanpa bersuara, sedangkan In Tiong Giok mengikuti masuk kekamar, lalu ia berkata pada Wan Jie : "Sejak kecil Kongcu sering sakit perut, asal sudah berkeringat dan istirahat sebentar akan baik lagi, Kounio tak perlu kuatir !"

"Ah, semua salahku juga," kata Wan Jie, jika tidak gara-gara siang kecebur didanau mungkin ia tidak akan sakit !"

"Sudah larut malam, Kounio mencapaikan hati datang kesini mengantar Kongcu, mari duduk dulu, kusediakan minuman hangat !"

"Tak usah kami segera kembali !" kata Wan Jie, 'jagalah baik-baik Kongcumu, jika perlu kupanggilkan tabib !"

"Terima kasih atas pertolongan nona, ini penyakit biasa, tak lama lagi ia akan baik jika sudah berkeringat !"

Mereka berlalu, tanpi Wan Jie membalik badan dan memanggil "In Hok" Kutahu mungkin Kongcumu mungkin masih gusar padaku, maka tidak kuganggu lama-lama disini. Jika ia sudah baik, nasehatkan jangan mengambil dihati apa yang kukatakan hari ini...ah, tidak kusangka ia begitu bodoh !"

"Jangan kuatir nanti kuberi nasehat !"

"Barusan Pangcu sudah memberikannya obat !" kata Wan Jie, soal menterjemahkan buku tak usah tergesa-gesa, yang perlu kesehatannya terjaga baik. Untuk ini besok kusuruh Siau Hong datang menjaganya.

"Tak usah, dengan adanya aku sudah cukup !"

"Jangan lupa pesanku barusan, besok kudatang lagi menjenguknya !" Agaknya ia berat meninggalkan si pemuda, matanya masih terus memandang Tiong Giok yang meringkel dan merintih terus dipembaringan.

Begitu kereta pergi dan Tiong Giok masuk kedalam, segala penyakitnya Cu Litpun menjadi sembuh mendadak. Ia duduk dipembaringan sambil membengong.

"Locianpwee kenapa tiba-tiba berlagak sakit ? Kukira rahasia ketahuan dan ketakutan setengah mati !"

"Ya hampir-hampir ketahuan, untung aku berlagak sakit, dan berhasil mengelabui mereka."

"Kenapa bisa terjadi begitu ?"

Cu Lit mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya dan menyerahkan pada kawannya. Surat itu bertulisan sebagai berikut :

Siang terkenang malam terbayang.
Makan tak enak tidur tak nyenyak.
Pikiran selalu tergoda.
Ingin hati ke Villa Tenang.

"Locianpwee, tentu Wan Jie yang menulis sajak ini bukan ?"

"Sudah tentu dia, apa itu irama cinta ? Aku tak mengerti sedikit juga, gara-gara dia urusan malam ini berantakan tak keruan !"

"Ada sangkutan apa sajak ini dengan urusan malam ini ?"

"Malam ini ?"

"Berjalan dengan lancar, kata Cu lit, Pangcu itu setelah menyerahkan helaian kertas yang harus diterjemahkan lantas berlalu. Kesempatan ini kugunakan dengan cepat untuk mengganti dengan helaian kertas yang sudah disiapkan. Apa celaka kekasihmu tiba-tiba datang membrrikan surat ini kepadaku dan berkata manis : Apakah engkau sudah memikirkan perkataanku tadi siang !"

"Aku bingung, apa maksud surat ini, apa maksud omongannya tidak mengerti sama sekali, maka itu dengan sejujurnya kujawab tidak mengeerti.

Akh celaka banyak perkataan lain kenapa dijawab tidak mengerti.

"Ya akupun merasa heran setelah mendengar jawabanku, gadis itu mengambang air matanya. Tak lain jawabanmu selalu tak mengerti : "Kutahu engkau pura-pura bodoh, dan memainkan api asmara untuk menipu diriku dan memperkacau !"

"Ini sih membuatku penasaran sja !" kata Tiong Giok.

"akupun berkata begitu padanya, tapi ia tak percaya. Sampaipun akan mengerti padanya, sia-sia saja aku mencapaikan hati, kembalikan surat itu, katanya dengan marah-marah."

Perguruan Sejati - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang