Mendengar ini Tiong Giok mendekati Siau Bwee "Lekas turun !"
"Hm, untuk apa menemuinya, melihatnyapun sudah sebal !"
"Engkau harus mengantarnya, ia sebenarnya baik," bujuk Tiong Giok. "Apa lagi Siau pancu itu, bukan saja baik juga harus dikasihani, lekaslah !"
"Jika begini siapa yang jadi penjahat ?"
"Sukar kuterangkan dengan sepatah dua patah," kata Tiong Giok. "Lekaslah jangan sampai ibumu kesal menunggu. Jika ada kesempatan engkau boleh mengatakan soal keinginan kita pergi ke Pok Thian Pang pada Siau pangccu itu, pasti ia bisa membantu !"
"Apakah kau sudah kenal dengannya ?"
"Kenal ! Lekaslah !"
Siau Bwee cepat turun dari tempat persembunyian, begitu kakinya memijak tanah seorang pelayan yang sedang mencarinya berseru girang : "Siocia, lekas. Hujin menyuruhmu mengantar tamu keluar !"
"Aku sudah tahu !" jawab Siau Bwee dengan ketus dan mendelik.
Dan setelah ditaman tidak ada orang lagi, Tiong Giok baru turun, ia mundar mandir sambil termenung sesaat lamanya, sesudah merasa pangcu itu pergi, ia baru kembali kedalam ruangan.
Lim Siok Bwee tidak ada didalam, hanya Tiat Hok saja seorang menantikan dirinya dan mengatakan bahwa Tiat Hujin kedalam dulu sebentar, tak lama lagi akan datang.
Tiong Giok merasa heran, tapi ia tak mau banyak bertanya, duduk diam menanti dengan kesal. Selama itu Tiat Hok diam-diam saja. Tak selang lama terdengar langkah kaki, tapi bukan Lim Siok Bwee yang datang melainkan Tiat Siau Bwee adanya.
Waktu itu gadis itu marah-marah dan merengut, kini ia kembali dengan wajah cerah dan tersenyum-senyum. "Mama ! Mana Mama ?" teriaknya tatkala mendapatkan ibunya tidak ada didalam ruangan.
"Hujin kedalam dulu, nanti akan datang lagi !" kata Tiat Hok, "Kounio temani dulu In siau hiap sebentat, aku mau kebelakang."
"Baiklah ! Sekalian bawakan aku makanan dan minuman !" kata Siau Bwee.
"Nampaknya girang betul, kenapa sih ?" tanya Tiong Giok.
"Apa yang kau katakana nyatanya benar," kata Tiat Siau Bwee, "bahwa Pangcu dan Siau Pangcu itu bukan orang jahat ! Tak sangka begitu ramah dan baik budi !"
"Nah sekarang engkau baru percaya omonganku bukan ?"
Tiat Siau Bwee menganggukkan kepala. Lengannya merogoh saku dan mengeluarkan suatu benda yang mengeluarkan bunyi "tring" waktu diletakkan dimeja.
"Lihat ini apa ?"
"Ah ! Ini tanda pengenal dari Pok Thian Pang, dari mana kau dapat ?"
"Dengan tanda pengenal ini bukankah kita bisa keluar masuk di Pok Thian Pang dengan bebas ?"
"Benar," jawab Tiong Giok, "apakah minat kita untuk pergi kesana engkau terangkan pada pangcu itu ?"
"Engkau kira aku begitu bodoh ? Benda ini ia sendiri yang memberikan padaku tanpa kuminta !"
"Ha ?"
"Baiklah kujelaskan," kata Siau Bwee.
Ia berhenti sejenak karena datang pelayan membawakan mereka arak. Dituangkan secawan arak pada Tiong Giok, ia sendiri mengeringkan juga secawan, baru melanjutkan kata-katanya. "Waktu kuantar mereka keluar, pangcu itu dengan ramah tamah dan mesra, menanyakan ini itu kepadaku. Aku sedang dongkol, apa yang ditanyanya tidak kujawab, tapi ia sangat sabar dan nyerocos terus. Katanya ia mempunyai seorang murid bernama Wan Jie, usianya sebaya denganku. Waktu ia menyinggung-nyinggung muridnya itu terasa amat bangga baginya. Sayang katanya tidak diajak serta, jika tidak bisa berkenalan denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perguruan Sejati - Gu Long
General FictionKehidupannya sebagai seorang murid biasa dari seorang Siucay (guru) tua di sebuah kota tiba-tiba berubah karena suatu peristiwa. Keisengannya mencoba mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai penerjemah bahasa Sansekerta dari sebuah Perkumpulan Pemecah L...