"Dengan adanya makhluk penunggu itu, pasti ada benda pusaka !" kata Kim Tay.
"Engkau benar-benar sebagai muridku yang jempolan, apakah ular itu sudah kau bunuh ?" tanya Liok Jie Hui.
"Aku sudah menikamnya beberapa kali, entah mati atau hidup aku tak tahu !"
"Pokoknya asal kena sekali pasti ia akan mati, apa lagi kalau berkali-kali. Nah minum lagi arak ini, engkau pasti berhasil memperoleh pedang itu !"
Toa Gu segera menyelam lagi kedalam air, Liok Jie Hui dengan lihay melirik pada kim Tay, tampak kawan itu sedang terbengong mengawasi permukaan air, melihat ini timbul pikiran jahatnya di dalam benaknya. "Akan kubereskan lawan tangguh ini dengan menggelap," pikirnya, sambil berpura-pura mengawasi ke permukaan air.
Padahal dengan diam-diam ia mengumpulkan tenaga, dan mau segera menurunkan tangan jahatnya.....pada saat inilah dari mulut lembah terdengar suara nyaring yang amat panjang. Berbareng dengan suara itu tampak dua bayangan yang sangat cepat melayang kedalam lembah. Mereka bukan lain dari pada Hek pek siang kuay suami istri.
Begitu Liok Jie Hui melihat, hatinya tak alang kepalang kagetnya, dan yang membuatnya dongkol, kedua jejadian itu dengan mudah saja masuk kedalam lembah, sedangkan Siau Bwee dan Kiam Hong yang ditugaskan disana kemana perginya ? Saat ini ia tidak bisa berpikir terlalu lama kaena Hek pek siang kuay telah tiba didepannya. "Kim heng semoga engkau tak lupa dengan janji semula !"
Kim Tay tersenyum mendengar kekuatiran kawannya itu, ia segera menghadang Hek pek siang kuay. "Bagaimana tuan dan nyonya, apakah baik-baik saja ? Sudah lama kita tidak bertemu !"
Begitu masuk kedalam lembah, Hek pek siang kuay melihat pakaian Toa Gu dipinggir danau, dan rotannya terikat pada pohon sedang dipegangi Liok Jie Hui, pemandangan ini membuatnya kaget, membuat mereka mengawasi ketengah danau tanpa menghiraukan pertanyaan Kim Tay.
Liaw Siu Kim wajahnya terlihat asam, ia sudah merasa gusar melihat keadaan di danau. "Hei bangkai, engkau tidak mendengar kataku, nah apa yang mau engkau katakana lagi ?" Ia menyesali suaminya dengan kata-kata kasar.
"Ha ha ha !" Na Beng Sie tergelak-gelak. "Benar-benar didunia ini banyak keanehan...."
"Tutup mulutmu ! Dimaki masih bisa tertawa benar-benar menyebalkan ! Engkau tahu barang itu sudah dimiliki orang, apa-apaan ketawa lagi, mau di gaplok barangkali ?"
"Kita malang melintang puluhan tahun, selama ini belum pernah tunduk pada siapapun, tapi mulai hari ini, mau tak mau harus tunduk pada orang lain !"
Lauw Siu Kim tidak mengerti, matanya mendelik selebar-lebarnya. "Kenapa harus tunduk ?"
Dengan kipasnya Na Beng Sie menunjuk kepada Kim Tay, sedangkan matanya melirik pada Liok Jie Hui : "Puluhan tahun yang lalu, antara tiga belas jago-jago bulim, mempunyai nama dan kedudukan yang sederajat, tapi tak kira saat ini sudah berubah begitu jauh."
"Dulu dan sekarang apa bedanya, aku tak mengerti kata-katamu !" bentak Lauw Siu Kim.
"Diantara tiga belas jago-jago Bulim, yang bertabiat berangasan adalah Tong Cian Lie, sedangkan yang angkuh adalah Kim Tay bukan ? Tapi kenapa orang angkuh bertabiat tinggi serta tidak mau tunduk kepada orang lain dimasa lalu kini bisa tunduk dan mau menjadi tukang pukul orang lain ? Benar-benar aneh bukan ?"
"Mungkin ia sudah pikun !" kata Lauw Siu Kim.
Suami istri yang kelihatannya mungil-mungil ini mulutnya lemas sekali, tanya jawab antara mereka ini membuat Kim Tay merah padam karena ia tersindir sebagai tukang pukul Liok Jie Hui, sungguhpun begitu ia tidak sampai marah. Ia tetap tersenyum dan berkata : "Sudah bertahun-tahun kita tak bertemu, tak kira mulut Na heng masih lemas seperti dulu, he he he..." Ia mengakui berdebat mulut tak bisa menandingi Na Beng Sie, maka kata-katanya ditutup dengan tertawa sinis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perguruan Sejati - Gu Long
General FictionKehidupannya sebagai seorang murid biasa dari seorang Siucay (guru) tua di sebuah kota tiba-tiba berubah karena suatu peristiwa. Keisengannya mencoba mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai penerjemah bahasa Sansekerta dari sebuah Perkumpulan Pemecah L...