Jilid 20

3.2K 57 0
                                    

"Kurasakan agak mendingan dan ingin duduk," kata Tiong Giok sambil tersenyum. "Mana ayahmu ?"

"Ayahku menjaga di mulut gua ia kuatir ada orang jatuh ke jurang."

"Masakan ditempat begini bisa didatangi orang ?"

"Sejak Siau cu jin jatuh kesini, setiap hari ada orang yang menyelidiki tempat ini. Ayahku kuatir di antara mereka ada yang jatuh, maka setiap hari bersiap sedia di mulut gua."

"Apakah sewaktu kujatuh tak sadarkan diri selama tiga hari tiga malam itu banyak orang menyelidiki jurang ini ?"

"Benar."

"Apakah sekarang ada yang datang ?"

"Sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin mereka sudah pergi," kata Thian Sek, "sungguhpun begitu ayahku masih kuatir dan tetap saja menjaga-jaga diluar."

"Oh, kalau begitu mereka menganggap aku sudahmati dan berlalu...." Kata Tiong giok dengan perlahan.

"Apakah Siau cu jin tahu orang-orang itu siapa ?"

In Tiong Giok hanya tersenyum meringis tanpa memberikan jawaban, ia jadi terpekur, ia memikirkan banyak soal, misalnya Pek Kiam Hong dan Tiat Siau Bwee setelah terlepas dari bahaya maut akan pergi kemana ? Ciu Kong dan lain-lain akan berbuat apa setelah kehilanganku ? Bagaimana ibunya dan Wan Jie yang masih didalam hotel ? Betapa kaget dan kecewa mereka, tatkala mendengar berita, aku tergelincir kedalam jurang, semua kejadian yang rumit ini biar bagaimana dijelaskan Thian Sek sukar mengerfti, maka itu Tiong Giok diam terus walaupun ditanya lagi.

"Siau cu jin sebaiknya istirahat lagi, aku mau memanggil ayah pulang," kata Thian Sek setelah melihat Tiong Giok terpekur terus,

"Aku tak merasa letih barang sedikitpun, sebaiknya marilah kita mengobrol," ajak Tiong Giok.

Dari percakapan singkat Tiong Giok mengetahui sejak Thian Sek jatuh kedalam jurang mendapat pelajaran silat dari Bok Tiong, seingat ia mempunyai pelajaran dasar yang kuat selama sepuluh tahun.

"Engkau telah pandai bersilat, kenapa tak berusaha meninggalkan tempat ini ?"

"Sebenarnya aku jatuh kesini sudah sepantasnya mati konyol, akan tetapi berkat pertolongan ayah angkatku, aku bisa hidup sampai sekarang. Maka itu aku sudah bertekad bilamana tidak bersama-sama ayah keluar dari jurang ini, lebih baik aku mati tua disini !"

"Itu adalah rasa baktimu kepada orang tua yang berlebih-lebihan, kenapa engkau tidak amenyelidiki keadaan disini dan berusaha mencari jalan keluar ?"

"Jurang ini mulutnya kecil dasarnya luas sekelilingnya adalah tebing yang buntu. Hanya gua ini yang menembus kedalam perut gunung, disitu terdapat mata air yang jernih berupa kolam, dalamnya entah bebreapa meter belum pernah dijajaki, menurut ayah kolam itu adalah sungai didalam tanah yang berkemungkinan bisa menembus keluar. Ayah sudah pincang maka itu tak bisa menyelam, karena itu tak pernah mencobanya."

"Dimana kolam itu ?"

"Didalam gua ini, lebih kurang satu lie dari sini."

"Coba ajak aku kesana !" kata Tiong Giok.

"Nanti saja setelah Siau cu jin baik betul baru kesana," kata Thian Sek.

"Oh luka luar ini tidak berbahaya, juga sudah baikkan," kata Tiong Giok memaksa. "Aku hanya ingin melihat kolam itu, siapa tahu ada kemungkinan jalan keluar dari lembah ini."

Thian Sek tidak banyak bercerita lagi, diambilnya pelita dan dipayangnya Tiong Giok.

"Tak usah aku bisa berjalan sendiri," kata Tiong Giok. Yang terus jalan perlahan-lahan sambil memegangi dinding gua.

Perguruan Sejati - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang