In Tiong Giok menjadi merah padam dan jengah menghadapi perempuan semacam ini, tak terasa lagi mundur-mundur. Kesempatan ini tidak dilewatkan Hoo Su Kouw begitu saja, dengan cepat kakinya terangkat melakukan sabetan.
Geraknya ini cepat dan kejam, jangankan Tiong Giok yang tidak berpengalaman andaikata seorang jago Bulim yang berpengalamanpun sukar menghindarinya. Tak heran pemuda kita yang menduga mendapat serangan mendadak menjadi jungkir balik terkena dupakan Hoo Su Kouw.
Setelah serangannya berhasil, Hoo Su Kouw melanjutkan lagi serangannya dengan keras, Tiong Giok menggulingkan badan dan menyambut serangan musuh dengan ilmu In liong sian jiau (naga terbang menunjukkan cakar).
Hoo Su Kouw mengubah serangan, dan disambut lawannya dengan ilmu Cee siu sing liong (lengan kosong menangkap naga). Tak terasa lagi lengannya kena tangkap, tak putus asa baginya. Kakinya terangkat kearah selangkangan musuhnya. Tiong Giok menjadi gusar, ia mengengos lalu melemparkan perempuan itu sejauh beberapa depa. Hoo Su Kouw benar-benar habis mengerti kenapa pemuda lemah ini memiliki kepandaian luar biasa.
Sekali ini ia tidak memperedulikan dapat tidaknya buku keng thian cit su pedangnya dihunus dan niatnya membunuh sudah mantap. Terlihat ia menyabetkan senjatanya dengan ganas, Tiong Giok melihat kekalapan orang menjadi gusar.
Sambil mengengos ia membarengi dengan Hiat cie lengnya yang ampuh. "Sret" terdengar suara memecah udara, angin keras yang panas tak ubahnya seperti halilintar menyambar kearah musuhnya. Hoo Su Kouw merasakan hawa panas menerjang dirinya, dengan memutarkan pedang berusaha membendung serangan musuh. Sungguhpun begitu masih juga baju dan rambutnya bagian sebelah kiri kena dihanguskan.
"Kongcu begini lihay, dapatkah kutahu nama gurumu ?" katanya dengan wajah pucat.
"Penunggang Hiu dari Hong Lay pelajar miskin dari gunung salju !"
"Oh, kiranya Bulim Capsahkie yang tertua," kata Hoo Su Kouw dengan melengak.
"Hitung-hitung aku bernasib sial, tidak bisa melihat orang."
"Sifat dan kelakuanmu itu sebenarnya musti dihukum mati !" kata In Tiong Giok, "tapi aku tak mau membunuhmu, seangkan Hiat cie leng yang kulancarkan semata-mata untuk membela diri !" segera ia membalik badan dan berlalu.
"Jangan bergerak," teriak Hoo Su Kouw.
"Apa lagi yang engkau kehendaki ?"
"Ingin kutanya padamu, pantaskah seorang murid kenamaan didunia Bulim menyerahkan buku Keng thian cit su kepada Sian Ong ? Hal ini sedikit banyak bisa-bisa merusak nama baik gurumu bukan ?"
"Semua ini karena ditipu, apa salahnya ?"
"Hm, ini engkau tulis sendiri bukan ?" ejek Hoo Su Kouw, "bagaimana jika ilmu pedang Keng thian cit su digunakan sebagai alat kejahatan oleh Liok Sian Ong ? Semua ini adalah tanggung jawabmu bukan ?"
"Engkau..."
"Aku kenapa ? semua ini kulihat dengan mata kepala sendiri dan akan kuutarkan didunia Bulim agar memberikan hukuman yang setimpal bagimu !"
"Hm, buku itu akan kurampas kembali !" kata In Tiong Giok.
"Dengan kepandaianmu ini ingin merampas kembali dari tangan Liok Sian Ong ?"
"Ini urusanku, engkau tak perlu banyak bicara !"
"Ya memang urusanmu ! Andaikan engkau berhasil mengambil kembali, berbagai orang Bulim pasti akan merampas dari tanganmu, apakah engkau sanggup melindunginya ?" kata Hoo Su kouw dengan bersungguh-sungguh, "Engkau jangan menganggap omonganku tak berarti, lihat saja sejak hari ini, bahaya selalu mengancam dirimu. Kini engkau berhasil lolos dari tanganku, tapi belum tentu berhasil dari jago-jago lain !" Sehabis berkata ia berlalu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perguruan Sejati - Gu Long
General FictionKehidupannya sebagai seorang murid biasa dari seorang Siucay (guru) tua di sebuah kota tiba-tiba berubah karena suatu peristiwa. Keisengannya mencoba mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai penerjemah bahasa Sansekerta dari sebuah Perkumpulan Pemecah L...