Tiga penunggang kuda melarikan tunggangannya demikian cepat, dan menghentikan mendadak sekali.
Mau tak mau kuda itu mengangkat kaki depannya, debu beterbangan. Empat pengawal memaki-maki, tapi tak dihiraukan tiga pendatang itu, serentak merentangkan tangan, senjata bertebaran menembus debu, pengawal tidak siap sedia akan seraangan mendadak ini. Antaranya dua segera terjungkal dari kuda, melihat serangannya berhasil tiga pendatang menghunus senjata menerjang kearah kereta.
Kejadian ini berlangsung sekejap mata. Siaw Eng dan Siaw Hong serentak menghadang dua penyerang, sedangkan yang seorang menggunakan kesempatan lompat dari kudanya menerjang ke pintu kereta.
Matanya bersinar tajam, saat ini Tiong Giok mengenali penyerang ini, bukan lain pemuda she Yo yang dijumpainya di penginapan Hong Sing. Pemuda she Yo itu, segera membuka pintu kereta matanya memancarkan napsu membunuh.
Tiong Giok tahu kedatangannya tidak bermaksud baik, tapi sebelum ia bisa berbuat apa-apa, merasakan pundaknya dicengkeram orang dan sedikitpun idak bisa bergerak lagi. Adapun manusia yang mematikan jalan darahnya itu Pang Hui adanya !
Dikata cepat juga tepat, tiba-tiba saja tubuhnya pemuda she Yo itu gemetar dan pedang di tangannya menjadi jatuh. Lalu terjungkal dari kereta tanpa berkutik lagi.
"Pang Heng lepaskan lenganmu, apa-apaan ini?"
"Aduh, maaf...maaf saking takut kupegangi pundakmu... untung pek Kounio turun tangan tepat pada waktunya!"
"Hm, bilang saja terlalu cepat sedikit!" kata In tiong Giok. Dilihatnya Pek Wan Jie berada tujuh delapan meter dari keretanya, lengannya menghunus pedang wajahnya terlihat guram. Disamping kereta menggeletak pemuda She Yo, tubuhnya tidak berkutik lagi, mati terbunuh senjata rahasia.
Sedangkan dua penyerang lainnya, sudah dibikin satu mati satu menderita luka, yang luka itu adalah seorang tua bearjanggut putih. Karena tak kuat melawan lagi ia leloloskan diri sekuat-kuatnya. Pek Wan Jie mencegah melakukan pengejaran, ia memeriksa dua pengawal yang terkena senjata rahasia, untung tidak terkena bagian yang mematikan hanya menderita luka parah. Lalu ia menghampiri kekereta : " Kuharap Jiewie Kongcu tidak usah berkecil hati atas peristiwa ini, kejadian didunia Kang Auw sudah lumrahnya bunuh membunuh. Ada aku sebagai pengawal, Jiewie pasti akan tiba dengan selamat."
"Ya mereka seharusnya melakukan pengejaran ke Pok Tian Pang jika benar-benar gagah berani, kenapa mau membunuhku yang tak berdaya apa-apa?" kata In Tiong Giok.
"Karena mereka ingin mencegah Jiwie bekerja pada Pok Tian Pang," kata Pek Wan Jie, "tapi kelakuan yang tak tahu diri ini,hanya mendatangkan kematian bagi mereka."
Pang Hui diam saja, matanya seperti berkaca-kaca, entah terharu mendengar kata-kata Pek Wan Jie. Sedangkan Tiong Giok tidak alang kepalang geregetannya pada orang She Pang itu, tapi didiamkan saja dalam hati tanpa dikentarakan. Tak selang lama mereka melanjutkan perjalanan.
Hari ketiga mereka tiba kota pedesaan, Pek Wan Jie menyuruh kereta kembali, empat pengawal tidak turut pulang. Tampaknya mereka gembira dan tidak kesal sekali, seolah-olah sudah tiba ditempat sendiri.
In Tiong Giok menanyakan kenapa kereta disuruh pulang. "Maju lagi kemuka sudah daerah pegunungan, kereta tidak bisa digunakan lagi. Kongcu kepaksa harus berkuda," jawab Pek Wan Jie.
"Bukankah Kounio mengatakan harus menempuh empat sampai lima hari perjalanan?"
"Ya kalau berkereta," jawab Pek Wan Jie, "tapi perjalanan mengitar makan waktu dan berbahaya, kupikir untuk secepatnya tiba di tujuan memotong jalan saja. Esok Kongcu harus berkuda dan pasti meletihkan, nah sebaiknya istirahat siang-siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perguruan Sejati - Gu Long
Fiction généraleKehidupannya sebagai seorang murid biasa dari seorang Siucay (guru) tua di sebuah kota tiba-tiba berubah karena suatu peristiwa. Keisengannya mencoba mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai penerjemah bahasa Sansekerta dari sebuah Perkumpulan Pemecah L...