7

98 11 17
                                    


Teriakan yang berasal dari dalam pondok berubah menjadi isakan tangis memilukan yang membuat gerakan tangan Lyre terhenti seketika. Belatinya bahkan belum sempat menembus leher Sky dan hanya berbuah pada semakin panjangnya goresan pada leher siluman serigala itu.

"Red.." Sky bergumam lirih. Digeliatkan tubuhnya agar dapat bebas dari tindihan Dreck. Namun usaha itu sia-sia saja.

Lyre tertegun. Rasa bersalah menohok hatinya. Tak lama kemudian, pandangannya di arahkan ke Dreck. Ia memelototi lycan itu dengan amarah bergejolak. "Bodoh! Seharusnya kau tak perlu membunuh neneknya! Kita hanya membutuhkan jantung siluman rubah tengik ini agar dapat mengecoh Abelard!"

Dahi Sky berkerut. Jadi, itulah alasan mengapa Lyre tiba-tiba datang dan menyerangnya.

"Ta-tapi.."

"Sudahlah!" bentak Lyre. Dreck langsung tutup mulut. Lyre kembali mengarahkan belatinya ke leher Sky. "Sekarang kita habisi dulu si tengik ini. Setelah kita mengambil jantungnya, kau bawa benda itu dan bersembunyilah. Sementara aku akan menemui Red, menenangkannya, dan berkata bahwa Skylah yang membunuh neneknya," Seringai muncul pada wajahnya. "kemudian akan kubawa ia menjauh dari jangkauan Abelard."

Itu ide yang sangat licik.

"Dasar manusia berotak busuk!" umpat Sky dengan napas tersenggal.

Itu membuat amarah Lyre semakin bergejolak. "Diam!" Ia menyabetkan belatinya ke leher Sky dengan keras. Kemudian..

CRAASSHH

Darah merah segar pun menodai tanah coklat yang basah.

***

Mata Abelard tiba-tiba terbuka. Ada sesuatu yang seakan menohok hatinya. Tak lama kemudian, matanya terbelalak. Jantungnya seperti ditarik dari tempatnya.

"Lyre...," geramnya kesal. Rasa sakit yang menyiksa jantungnya itu serasa semakin kuat. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Mungkin beginilah resiko pengikatan jiwa yang ia lakukan pada Lyre beberapa tahun lalu. Rasa sakit di jantung adalah ciri dari pengkhianatan. Itu artinya, Lyre kini telah berani melawannya.

Abelard memejamkan kembali matanya, mencoba menghubungkan penglihatannya dengan Lyre, juga mencoba merasuk ke pikirannya. Pengikatan jiwa ini membuat Abelard bisa leluasa memata-matai anak buahnya itu tanpa diketahui oleh Lyre sendiri.

Lyre mengarahkan belatinya ke leher seseorang, tapi itu bukan orang yang diinginkan Abelard. Ia adalah siluman rubah. Untuk apa Lyre membunuh siluman rubah itu?

"Pegangi dia dengan erat Dreck!" Lyre berucap. Dreck si lycan mengikuti intruksinya. "Setelah kita membunuhnya, kita ambil jantungnya untuk mengecoh Abelard. Dengan begitu, Red akan aman."

Mata Abelard terbuka kembali, kemudian membelalak marah. Berani-beraninya manusia yang hanya menjadi anak buahnya itu berkhianat. Apalagi, ia melakukannya justru untuk melindungi gadis setengah veary itu.

"Lyre, kau akan menerima balasannya!"

***

Lyre tertawa puas. Sky kini berhasil dilukainya dan sebentar lagi nyawa siluman itu akan melayang di tangannya. Lyre hendak melukai leher Sky lagi. Namun tiba-tiba tangannya terasa amat sakit. Belati di tangannya pun lepas dari genggaman.

Lyre berteriak kesakitan sembari memengangi tangannya yang sakit. Tak lama kemudian, Dreck ikut berteriak karena sebab yang sama; rasa sakit. Kedua tangannya yang besar itu kini memegangi kepala serigalanya.

Lyre kembali menatap Sky dengan amarah membuncah. Benar juga, siluman rubah itu bisa melakukan sihir. Mungkin saja Sky kembali menggunakan mantra sihir untuk mengecoh mereka.

Struggle ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang