18

25 4 5
                                    

12 tahun yang lalu...

Lyre terus berlari hingga tak sengaja kakinya terpeleset oleh sesuatu yang licin. Suhu udara menurun seketika. Bocah kecil yang tengah berpakaian tipis itu menggigil. Ia berusaha bangkit di atas ketakutannya. Mencoba berlari lagi, namun jatuh. Mulut kecilnya itu mengucapkan kata-kata putus asa. Ia menoleh ke arah deretan pepohonan dalam balutan kegelapan yang lebih mirip barisan para monster. Pemandangan desa yang terbakar tak lagi terlihat dan suara derap langkah kaki para prajurit tidak lagi terdengar.

Nafas lega berhembus keluar melewati paru-parunya. Memang banyak hal gila yang telah terjadi malam ini, namun ia harus bertahan hidup! Kata-kata itu tak bosan-bosan ia dengungkan dalam kepala. Saat Lyre mencoba bangkit lagi, sayup-sayup suara langkah kaki yang melangkah tegas di atas bongkahan es mulai terdengar. Bocah itu kembali terkesiap. Ia sudah tak kuasa menerima kejutan lainnya.

Dua buah kilatan berwarna merah muncul mengoyak kegelapan. Seiring dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat itu, jantung Lyre seolah berlomba untuk memompa darahnya lebih cepat. Air mata kembali membasahi pipi tirus bocah malang itu. Tidak, tidak lagi! Tidak! Teriaknya dalam hati.

Dua manik merah yang menyala itu berhenti di depannya. Itu adalah sorot mata milik seorang pria. Beberapa buah cahaya kehijauan muncul entah dari mana, menerangi sekitar yang diselimuti kegelapan. Lyre berhenti menangis begitu mengetahui siapa pemilik mata merah itu. Abelard!

Penampilan pria 30 tahunan itu nampak berbeda kali ini. Dua buah taring mencuat di balik bibirnya. Ekor tumbuh di belakang tubuhnya. Sedangkan di kepalanya terdapat sepasang telinga. Tangan pria itu membopong seorang wanita yang tampak terkulai lemas. Itu adalah muridnya sendiri, Griselle. Pemandangan itu membuat Lyre kembali dilanda kebingungan. Bagaimana jika pria di depannya ini bukan Abelard, melainkan roh pohon yang menyamar dan membunuh Griselle? Atau ... mungkinkah Abelard dan muridnya itu terkena imbas dari penyerangan yang dilakukan di desa Widewoods?

"Bocah," panggil Abelard. Suaranya terdengar lebih berat daripada biasanya. Manik merahnya itu kini menatap Lyre.

Lyre terdiam, tak berani menjawab. Sebagian dari dalam dirinya masih terguncang karena apa yang baru saja terjadi.

"Grrr...." Terdengar geraman pelan dari mulut Abelard yang lebih mirip suara seekor serigala. Pria itu kemudian meletakkan Griselle di tanah yang beku. "Tolong jaga dia, bocah! Aku akan pergi memusnahkan manusia-manusia laknat itu."

Setelah itu, tubuh Abelard dipenuhi bulu-bulu yang berwarna abu-abu. Sosok pria 30 tahunannya berubah wujud menjadi serigala raksasa yang besarnya melebih tinggi orang dewasa. Cahaya kehijauan itu masih menyinari bulu-bulu. Abelard kemudian berlari dengan keempat kakinya. Debuman keras terdengar di setiap langkahnya.

Lyre memerhatikan kepergian serigala itu dengan mulut ternganga. Kemudian ia menampar wajahnya sendiri, berharap apa yang terjadi semalaman ini adalah mimpi belaka. Namun pipinya terasa sakit. Itu artinya ... ini nyata!

Lyre pun teringat pada Griselle. Tangannya bergerak menyentuh leher wanita veary itu untuk memastikan denyut nadinya. Namun tak sedikitpun terasa. Tangan Lyre berpindah ke hidung veary itu. Nafasnya tak berhembus.

"Ini pasti bohong. Veary tidak akan mati sebelum masa tuanya," desis Lyre. Tanpa sadar, air mata kembali melewati pipinya.

***

Pemandangan yang didapatkan Sky kembali membuatnya terguncang. Tepat di depan matanya, kepala ayah dan ibu Nica terpenggal. Kaki-kaki kecil siluman rubah cilik itu terasa lemas. Ia kemudian terduduk di tanah dengan mata terbelalak. Nica menangis tersedu-sedu melihat orangtuanya terbunuh di depan matanya sendiri.

Struggle ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang