12

35 7 0
                                    

"Memangnya ada apa denganku?" Winola bertanya.

"T-tidak apa-apa." Lyre berusaha setenang mungkin. Ia harap roh pohon yang satu ini bukan bagian dari roh-roh pohon yang mengejarnya dan Dreck di hutan kemarin. Entah kenapa ia begitu takut dengan makhluk yang satu itu.

"Apa kau teman orang-orang baru berteduh di sini?"

"Maksudmu gadis bertudung merah?"

Winola mengangguk. "Dia salah satunya. Namanya Red. Selain itu, ada Velarie si veary tua dan Sky si siluman juga."

Dahi Lyre mengerut. "Veary? Siluman rubah?"

Winola mengangguk lagi.

Barulah Lyre menyadari sesuatu. Mereka berdualah target dalam misi yang diberikan Abelard. Selain itu, gadis bertudung merah. Red. Gadis yang baru menolongnya tadi.

Pada saat yang sama, Abelard merasuk dalam tubuhnya. Lyre mengerang kesakitan.

"Bodoh," ucap Abelard dalam diri Lyre. "sekarang tidurlah!"

Lyre berteriak kesakitan. Winola bertanya-tanya dengan nada khawatir, namun ia tak bisa melakukan banyak hal. Sekarang tubuh Lyre sepenuhnya berada dalam kendali Abelard.

"Dasar tidak becus!" ucap Abelard. Kemudian ia menatap Winola yang kini nampak ketakutan.

Winola memekik, "A-Abelard!!" Kemudian buru-buru masuk ke batang pohon.

Roh pohon itu pikir, ia bisa aman dengan bersembunyi di dalam batang pohon. Namun nyatanya tidak. Dalam sekali sentuh, Abelard sudah membekukan pohon itu dan menghancurkannya dalam beberapa detik. Ia kemudian berjalan mengikuti jejak-jejak Red. Es tercipta di setiap langkahnya, mengubah padang rumput yang panas itu menjadi dataran es yang dingin.

***

Di tengah perjalanan, Red merasakan sesuatu yang aneh. Suhu tiba-tiba menurun dan bulu kuduknya meremang. Ia pun menggigil kedinginan. Sekumpulan rasa khawatir berjubel masuk dalam dirinya. Ia menoleh ke belakang, melirik ke segala arah berkali-kali dengan raut yang amat khawatir. Takut, lebih tepatnya.

Sky yang mulai memerhatikan gadis itu kini mengerutkan dahi. Red semakin aneh dari waktu ke waktu. Entah kenapa, Sky merasa harus menjaga jarak dari gadis itu. Ia mempercepat langkahnya, meninggalkan Red di belakangnya. Red berhenti, menoleh ke belakang, dan sesaat kemudian, berlari dan menarik tangan Sky.

"Ada apa?" Sky bertanya kebingungan.

"Lari!" teriak Red. "Lari dan lari! Di sini mulai dingin."

Sky mengangkat salah satu alisnya. Udara memang mulai terasa dingin. Tapi ia tak melihat keanehan apapun di sekitar sini. Lagipula, mereka kini berada di area yang dikelilingi banyak pohon dan mempunyai roh pohon sebagai pelindung. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia pikir begitu.

Sky pun melepaskan tangannya dari cengkeraman Red. Gadis itu otomatis berhenti berlari dan memandang ke arahnya. "Kau gila," desis Sky.

"Apa?"

"Aku bilang kau gila!" Sky berkata dengan suara yang lebih keras, bahkan hampir membentak. Untung saja Velarie tidak terbangun karenanya. "Menyuruh kami meninggalkan gubuk kami yang nyaman, memaksa kami melakukan perjalanan yang tidak jelas, mengatakan bahwa ada pria yang mengejar kami, hah? Omong kosong!"

"Tunggu dulu. Aku melakukan semua ini demi kalian. Aku ingin menyelamatkan kalian sehingga kalian dan aku tidak mati pada akhirnya!" Suara Red juga ikut meninggi. Air matanya mulai menetes. "Aku ... aku menyayangi kalian. Kau adalah teman pertamaku dan Nenek adalah keluargaku yang berharga. Kenapa kau tidak memercayaiku, Sky?"

Struggle ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang