Red membuka mata dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang gelap. Ini bukan gubuk Velarie. Bukan. Gubuk Velarie baunya tidak seanyir ini. Seluruh ruangan ini sepenuhi oleh bau darah. Red kemudian menyadari bahwa ia kini berada dalam posisi berdiri. Kedua tangannya direntangkan ke atas, masing-masing diikat dengan sebuah tali yang dikaitkan dengan dinding. Ia tak memakai alas kaki. Sebuah cairan lengket menggenang di bawah kakinya. Jubahnya telah dilucuti. Ia hanya memakai gaun putihnya yang ternodai oleh darah.
"Halo." Suara itu milik Nica. Gadis rubah itu kini duduk di depan Red, memandangnya dengan senyum menyeramkan yang tersamarkan oleh gelap. Hanya manik keemasannya yang tampak menyala liar di tengah keremangan cahaya, bertatapan dengan manik kecoklatan milik Red.
"Lepaskan aku!" ucap Red. Suaranya terdengar lemah.
Nica tertawa. "Kau lucu ya! Kau kira dengan berkata begitu, aku akan langsung melepaskanmu?"
"Apa yang kau inginkan dariku?"
"Yah, aku ingin menanyaimu banyak hal sih." Ia memainkan pisaunya. "Apa kau tau Sky?"
"Tau. Memangnya kenapa?"
"Di mana dia sekarang?"
"Aku tidak tau. Dia berpisah dariku saat perjalanan."
Nica mengangguk-angguk. "Apa hubunganmu dengannya?"
"Hanya sebatas teman. Tidak, mungkin tidak. Ia sepertinya membenciku."
"Heh? Begitu ya? Apa kau tau sudah berapa lama Sky tinggal bersama wanita tua itu?"
Red menggeleng. "Aku tidak tau."
"Lalu, apa kau tau aku?" Nica berdiri dan mendekatkan pisaunya ke wajah Red.
"Tidak."
Senyum di wajah Nica mengembang. Ia menarik pisaunya. "Namaku Nica."
Mata Red melebar. Ia mengingat sesuatu. Nica? Nama yang tak begitu asing. Bukankah itu gadis yang disukai Sky? Bukankah mereka akrab? Ia kira Nica adalah gadis yang manis yang baik hati. Tapi ternyata semua perkiraannya salah.
"Apa ini dirimu yang asli?" tanya Red.
"Ya. Memangnya kau kira aku seperti apa?"
"Tapi ... Sky menyukaimu."
"Hah? Dia menyukaiku? Omong kosong. Dari mana kau bisa tau hal itu? Lagipula-" Nica membelai ujung pisau dengan jarinya. "Aku ingin membunuhnya."
"Kenapa? Padahal-"
"Kau tidak mengetahui apa-apa. Tentang semua yang terjadi. Antara aku dan Sky. Alasan kenapa aku ingin membunuhnya. Kenapa aku bisa menjadi seperti ini. Mana mungkin kau tau?" Volume suara Nica mengecil. Ia terkesan menggerutu pada dirinya sendiri. "Red, ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan padamu."
"Apa?"
Manik keemasan Nica kembali bertatapan dengan manik coklat Red. "Kau ini sebenarnya apa?"
"Aku? Tentu saja manusia."
"Manusia?" Nica mendekatkan hidungnya ke arah Red, mengendus-endusnya. "Baumu agak lebih wangi dari manusia." Ia menyayat pipi Red dengan pisaunya. Kemudian menjilat darah yang menempel di bagian tajamnya. "Darahmu juga lebih manis dari darah manusia." Matanya menyipit. "Veary."
"Bukan."
"Ya, veary. Kau itu setengah veary. Dasar bodoh! Kenapa nenekmu seorang veary kalau begitu? Salah satu orang tuamu pasti seorang veary. Entah itu ayah atau ibumu."
Red menggeleng. "Kau salah."
"Sampai kapan kau mau mengelak?" Nica mulai tertawa. "Seperti kami, para siluman rubah. Kau itu setengah-setengah. Dan yang setengah-setengah tidak akan mendapat tempat di dunia ini." Wajahnya nampak masam. "Itu kata raja sialan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle ( Sudah Terbit )
Fantasy(Beberapa konten dihapus untuk kepentingan penerbitan) Kutukan. Itulah yang dipikirkan Red begitu mengetahui dirinya terus-menerus mengulang sebuah kehidupan meskipun sebelumnya ia sudah mati. Namun rupanya hal itu tidak seperti yang ia pikirkan. Se...