21

30 6 0
                                    

Struggle 21

Pertama kali membuka mata, Sky langsung diserang rasa pusing yang amat sangat. Tau-tau ia sudah berada di sebuah goa yang seluruhnya diselimuti oleh es. Siluman rubah itu menggigil kedinginan. Baru saja ia terkejut mengetahui di mana ia berada, tiba-tiba di depannya telah berdiri seekor serigala raksasa, dengan seorang pemuda di depannya yang berlutut dengan raut ketakutan.

Sky jadi semakin bingung. Ia mengucek-ucek matanya beberapa kali. Siapa tau ia salah lihat. Merasa tak puas, ia pun menampar pipinya sendiri. Terasa sakit. Ini juga bukan mimpi. Siluman rubah itu memiringkan kepalanya. Bingung dengan apa yang harus diperbuat. Ketika matanya kembali menatap pemuda yang berlutut ketakutan itu, sebuah ingatan muncul. Mulutnya ternganga. Ia amati lagi pemuda itu dari atas ke bawah. Rambut hitam legam, iris mata sekelam malam, kulit putih pucat, tak salah lagi, itu adalah....

"Lyre," desis Sky. Kilasan tentang desanya yang terbakar kembali memenuhi kepala. Air matanya tiba-tiba menetes. Ia bersyukur Lyre masih hidup setelah peristiwa kelam 12 tahun yang lalu.

Di sampingnya, Velarie mengerjap-ngerjapkan mata. Veary tua itu segera bangkit dari posisi rebahnya dan langsung terbelalak melihat apa yang terjadi di depannya.

"Abelard!" pekik Velarie.

Sang serigala raksasa menoleh, memberikan tatapan bengisnya pada dua orang yang menjadi calon mangsanya itu. Kemudian ia menyunggingkan senyum. "Ah, Velarie. Sepertinya kau sudah bangun." Ia membalikkan badan, melupakan Lyre sejenak. "Lama tak berjumpa. Bagaimana kabarmu? Apa kau masih sehat?"

"Seperti yang kau ketahui. Aku mengalami kelumpuhan. Kutukan dari penyihir api membuatku cepat menua."

"Kalau begitu bagus." Abelard menyeringai. "Kau sudah hampir mati. Bagaimana jika kupercepat kematianmu?" Ia menunduk, menatap Velarie lekat-lekat. "Setidaknya, jantungu itu masih bisa berguna bagiku, daripada kau terus menjalani kehidupan masa tua yang membosankan seperti ini."

Raut Velarie berubah. Kali ini, wajah veary tua itu tampak lebih serius dari sebelum-sebelumnya. "Seharusnya aku menyadarinya dari awal. Kaulah penyebab menghilangnya para penyihir veary yang tersisa."

Abelard tertawa. "Benar! Kau benar sekali!" Tawanya terdengar semakin gila. "Dan kau tau? Akulah yang telah membunuh anakmu, Flavinus!"

Mata Velarie melebar. Ekspresinya nampak sangat terpukul. "Apa? Flavinus...."

"Lagipula, dia itu pengkhianat! Pengkhianat pantas untuk mati!" Suara Abelard meninggi.

"Tidak! Flavinus tidak mungkin-"

"Ah, sudahlah!" potong Abelard. "Pokoknya sekarang aku menginginkan jantungmu untuk meningkatkan kekuatan sihirku. Dengan begitu, aku bisa membalaskan dendam para veary dan para siluman atas pembantaian 12 tahun yang lalu. Tapi...." Abelard menyeringai lagi. "Tujuan utamaku sebenarnya bukan dirimu, melainkan cucumu."

"Cucu?" desis Sky. Dirinya kemudian teringat pada Red. Nyawa gadis itu berada dalam bahaya!

"Bukan begini caranya, Abelard. Yang kaulakukan ini salah! Kau justru akan menyebabkan kehancuran dari apa yang telah kauperbuat," sergah Velarie.

"Aku tidak peduli!" Abelard membentak. "Hidupku tidak akan tenang sebelum membalaskan dendam! Karena pembantaian itu, aku jadi kehilangan segalanya! Raja sudah menipuku! Kerajaan ini sama busuknya dengan orang yang memimpinnya!"

"Aku tidak akan membiarkanmu membunuh cucuku." Velarie mengangkat tangannya dan mengumpulkan kekuatandari energi sihirnya yang tersisa.

"Coba saja!" Abelard mengayunkan cakar ke arah veary tua itu, namun tidak sampai mengenainya. Angin yang tercipta dari ayunan cakarnya sudah cukup untuk menghilangkan semua energi sihir yang terkumpul di telapak tangan Velarie. Serigala raksasa itu kembali menyeringai dan mengarahkan cakarnya untuk mengenai tubuh si veary tua, berniat menghabisinya saat itu juga.

Struggle ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang