15

27 5 0
                                    


12 tahun yang lalu...

"Lyre, Lyre," Sky menggoyang-goyangkan tubuh Lyre, mencoba membangunkan bocah kecil itu dari tidurnya. "Bangun!"

Lyre akhirnya terbangun dan mengucek-ngucek matanya. Ia menguap, kemudian menatap Sky dengan wajah yang masih mengantuk. "Ada apa?"

Sky melebarkan senyumnya. "Ayo kita ke hutan!"

Sontak saja Lyre memukul kepala siluman rubah kecil itu. "Bodoh! Kau tidak ingat kemarin aku baru saja melarangmu, hah?"

Sky memegangi kepalanya sambil memasang wajah cemberut. "Sakit tau! Yang kumaksud itu hutan di dekat desa kita."

"Untuk apa kita ke sana?"

Sky menatap Lyre sebal. "Dasar pikun! Kita kan akan bermain dengan Griselle."

"Griselle?" Lyre mengangkat kedua alisnya. "Si waita veary itu?"

Sky mengangguk-angguk. "Karena itu, bersiaplah!" Ia bergerak menuruni tempat tidur. "Cepatlah Lyre! Aku tidak sabar bertemu dengan Griselle."

"Tunggu, bukankah ini terlalu pagi?"

Sky menggeleng. "Griselle pasti sudah bangun saat ini."

"Kau tau dari mana?"

Sky mengangkat kedua bahunya. "Entah. Mungkin dari insting." Ia menampilkan cengiran khasnya.

Lyre memutar bola matanya dengan malas. Kemudian menarik selimut hingga menutupi kepalanya dan kembali berbaring. Sky menghentakkan kaki dengan kesal ke lantai. Ia menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuh Lyre, lalu menarik tangan bocah itu hingga ia jatuh menggelinding ke lantai.

Lyre meringis kesakitan. Sky kembali menarik-narik tangan bocah malang itu.

"Ayolah, Lyre! Temani aku," ucap Sky penuh semangat.

Lyre menghela nafas. "Baiklah."

"Horee!" Sky berteriak kegirangan. Ia menarik tangan Lyre lagi dan kini membawanya berlari.

Mereka berhenti dan berjalan mengendap-endap begitu sampai di dekat dapur, kemudian kembali berlari lagi ketika langkah mereka sampai di ruang tamu. Sky membuka pintu dengan perlahan, merasakan udara dingin pagi hari menyapu wajahnya.

"Cepatlah, Sky!" desis Lyre sambil mengawasi di belakang, takut kalau ibu Sky menemukan mereka menyelinap keluar rumah pagi-pagi begini.

Sky membuka pintu lebih lebar dan menarik Lyre keluar. Mereka kembali menutup pintu ketika sampai di luar. Udara dingin kini menembus ke dalam pakaian tipis yang mereka kenakan. Kedua bocah itu menggigil kedinginan.

"Sky, haruskah kita kembali ke dalam untuk mengambil pakaian yang lebih tebal?" tanya Lyre sambil memeluk tubuhnya.

"Tidak perlu. Nanti bisa-bisa ibu menemukan kita," ucap Sky.

"Kau mau aku mati karena kedinginan?"

"Kita tidak akan mati karena udara seperti ini," Sky melingkarkan ekornya yang berbulu tebal ke pinggangnya. Ekspresinya tampak nyaman. "Lagipula ekorku sudah cukup hangat."

"Kau enak punya bulu. Sedangkan aku?"

Sky menunjukkan cengirannya. Manusia dan siluman memang berbeda jauh. Kadang ia bertanya mengapa Lyre amat berbeda meskipun mereka hidup berdampingan. Tiba-tiba ia merasakan pipinya menghangat. Ternyata cahaya matahari mengenainya. Sky pun menengok ke arah Timur dan mendapati cahaya kekuningan muncul, melewati sela-sela pepohonan. Senyumnya mengembang. "Lyre, lihat itu! Matahari telah terbit," seru Sky.

Senyum Lyre ikut mengembang. "Kau benar!" Matanya terpejam, menikmati hangatnya sinar matahari pagi. "Hangatnya...."

"Jadi tunggu apa lagi?" Sky menarik tangan Lyre. "Ayo pergi ke hutan untuk menemui Griselle!"

Struggle ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang