Struggle 17
12 tahun yang lalu...
Lyre tengah mengemasi barang-barangnya ketika tiba-tiba Sky berhambur masuk ke kamar dan menyerbunya dengan berbagai pertanyaan. Bocah kecil itu menghela nafas. Ia tau hal ini akan terjadi. Seberapa hati-hatinya ia, Sky pasti bisa menemukan sesuatu yang ia sembunyikan. Cepat atau lambat.
"Bukannya kau tadi sedang bermain dengan teman-teman rubahmu? Gadis itu—ah, siapa ya namanya? Nica ya? Ah, dia pasti mencarimu," ucap Lyre, menghentikan serangkaian pertanyaan yang keluar dari mulut Sky.
Pipi siluman rubah kecil itu memerah seketika. "L—Lyre, kau mengetahuinya ya?"
Lyre tersenyum geli. Untung cara yang satu ini cukup ampuh untuk mencegah Sky bertanya lebih banyak. "Tentu saja aku tau. Kaukira aku bodoh?" Lyre menjulurkan lidahnya.
"Ah ... uh ... Lyre, kau belum menjawab pertanyaanku. Untuk apa kau berkemas?"
Lyre menghela nafas. Pada akhirnya Sky akan terus bertanya. "Ini bukan urusanmu."
Merasa diabaikan, Sky menggembungkan pipinya. Tangannya bergerak untuk mengacak-acak pakaian yang baru saja disusun secara rapi oleh Lyre dan hendak dimasukkan ke dalam sebuah tas besar.
"Hey!" protes Lyre terhadap apa yang dilakukan oleh Sky.
"Jawab dulu pertanyaanku! Mengapa kau berkemas, hah? Apa kau akan pergi?"
"Kalau jawabannya iya, memangnya kenapa?"
Ekspresi Sky berubah. Dari marah menjadi kaget. Kedua telinganya terangkat ke atas.
Lyre buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Ups. Gawat...."
"Kenapa kau pergi? Apa kau sudah tak mau lagi bermain denganku?"
"Bukan begitu." Mata Lyre mulai berkaca-kaca. "Aku ... tidak bisa mengatakannya padamu."
"Tapi jika kau pergi ... apa itu artinya aku harus tidur sendirian? Apa aku juga harus bermain sendirian? Lalu siapa yang akan mengejarku bila aku berlari? Hiks...." Air mata Sky mulai menetes. Tak lama kemudian, air matanya semakin deras mengalir. Ia menangis sejadi-jadinya.
Meski berusaha menahan air matanya untuk jatuh, pada akhirnya Lyre ikut menangis. Amat berat hatinya meninggalkan rumah yang nyaman dan desa tempatnya dirawat ini. Ia juga tidak ingin meninggalkan Sky yang sudah dianggap sebagai saudara kandungnya sendiri. Dalam kepalanya kembali terbayang bagaimana kerasnya hidup di hutan. Apakah aku sanggup bertahan? Itulah pertanyaan yang selalu berdengung dalam kepalanya.
Saat kedua bocah itu sedang menikmati kesedihan mereka masing-masing, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang amat keras. Tangisan mereka pun berhenti. Rasa sedih kini digantikan oleh rasa penasaran atas apa yang terjadi. Tak lama kemudian, ibu Sky berlari memasuki kamar dengan wajah khawatir.
"Sky, Lyre!" ucapnya dengan suara bergetar. Kemudian ia memeluk kedua bocah itu.
"Ibu, ada apa?" tanya Sky sembari menghapus air matanya.
"Ledakan apa itu tadi?" tanya Lyre.
Ibu Sky melepaskan pelukannya. "Prajurit kerajaan. Manusia. Mereka menyerang desa kita."
"Apa?" ucap Lyre dan Sky secara bersamaan.
Keduanya baru saja menangis karena harus berpisah, dan sekarang harus siap terguncang dengan adanya penyerangan ini.
Ibu Sky menarik tangan kedua bocah itu dengan lembut, membawa mereka ke luar kamar. "Prajurit-prajurit bisa saja menggeledah rumah ini. Kita harus sembunyi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle ( Sudah Terbit )
Fantasy(Beberapa konten dihapus untuk kepentingan penerbitan) Kutukan. Itulah yang dipikirkan Red begitu mengetahui dirinya terus-menerus mengulang sebuah kehidupan meskipun sebelumnya ia sudah mati. Namun rupanya hal itu tidak seperti yang ia pikirkan. Se...