16

18 6 0
                                    

Struggle 16

12 tahun yang lalu...

Lyre terus berlari hingga tak sadar dirinya sudah berada di sisi dalam hutan. Ia pun tiba-tiba terjatuh. Tumitnya berdarah. Sky masih mengejarnya. Serigala kecil itu menyunggingkan senyum ketika melihat Lyre jatuh terduduk di antara semak-semak dan menghampiri bocah itu.

"Kena kau, domba kecil! Grawr!" ucap Sky. Namun Lyre tak menanggapi. Bocah kecil itu malah merintih kesakitan. "Kau kenapa, Lyre?" Sky bertanya. Kemudian ia menyadari bahwa tumit Lyre berdarah dan mulai panik. "Lyre, kenapa bisa jadi seperti ini?"

"Sepertinya aku tergores ranting." Lyre berusaha menyunggingkan senyumnya. "Aku tidak apa-apa."

"Apa maksudmu tidak apa-apa? Jelas-jelas kau terluka, kan? Ah, aku punya ide!" Sky merobek sebagian syalnya, kemudian membalutkannya ke luka Lyre. "Ibu yang mengajariku. Katanya, ini pertolongan pertama."

"Terima kasih."

"Sama-sama." Sky berjongkok membelakangi Lyre dan menepuk-nepuk punggungnya. "Naik ke sini! ku akan menggendongmu."

"Baiklah." Lyre mengalungkan tangannya pada leher Sky.

Sky mengamit kedua kaki Lyre dengan tangannya, kemudian berdiri. Ketika hendak berjalan, ia menoleh ke segala arah dengan raut bingung.

"Ada apa?" tanya Lyre.

"Aku tidak tau kita ada di mana."

Mata Lyre terbelalak. "Kita tersesat!"

"Oh ... tidak!"

Sementara itu, Abelard yang mencium bau darah terus mendekat. Seringainya melebar begitu melihat dua orang anak kecil terlihat kebingungan mencari jalan pulang.

"Manusia...," gumamnya penuh nafsu. Tanpa sadar, air liurnya menetes.

"Sky," desis Lyre. Bulu kuduknya meremang. "Suara apa itu?"

"Suara apa memangnya? Jangan menakut-nakuti aku, Lyre!" ucap Sky.

"Ada sesuatu yang bergerak di belakang kita. Jangan-jangan itu...."

Abelard bergerak semakin dekat menuju kedua bocah itu. Bau darah yang ia cium semakin kuat dan terasa menggoda. Tiba-tiba saja ia kembali mendapat kesadarannya. Tangannya yang masih berwujud tangan manusia bergerak ke moncong dan jari-jarinya buru-buru menutup kedua lubang hidungnya. Moncong Abelard berubah menjadi bibir manusia. Telinga, ekor, dan taringnya juga hilang. Ia kembali berwujud pria berusia 30 tahun saat kakinya melangkah keluar dari semak-semak.

Sky dan Lyre hampir saja berteriak ketika Abelard kelaur dari semak-semak. Namun ketika melihat wujudnya yang berupa seorang manusia dewasa, kedua bocah itu langsung bernafas lega.

"Siapa kalian?" tanya Abelard. Nada bicaranya yang terdengar galak membuat kedua bocah itu kembali bergidik ketakutan.

"M—maafkan kami, Tuan. Kami hanya dua orang anak kecil yang tersesat," ucap Lyre.

"Kalian berasal dari mana?"

"Desa Widewoods. Apa Tuan tau jalan untuk menuju ke sana?" Kali ini Sky yang menjawab.

"Desa Widewoods? Hm...." Abelard mengelus-elus dagunya. Matanya tak sengaja melirik ke arah tumit Lyre yang dibalut oleh sobekan kain. Pantas saja, ucapnya dalam hati. "Mengapa kalian bisa sampai ke sini?"

"Um ... Kami tadi bermain kejar-kejaran. Tanpa sadar kami sudah berada di sini," jawab Lyre.

"Sky! Lyre!" Terdengar suara teriakan seorang wanita yang terdengar mendekat.

Struggle ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang