Sejumlah makanan dan air dimasukkan Red ke sebuah tas selempang kecil. Sky bilang tidak perlu membawa banyak barang dalam perjalanan karena hutan sudah menyediakan segalanya. Tak lupa ia memasukkan beberapa lembar kain sebagai selimut untuk jaga-jaga. Setelah selesai berkemas, ia pun pergi keluar kamar. Namun tau-tau Fransiska sudah berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tajam seolah tak mengizinkannya untuk lewat.
"Mau ke mana kau?" tanya Fransiska.
"Bukan urusan Ibu," ucap Red sambil mencari celah untuk lewat. Namun Fransiska segera merubah posisinya hingga seluruh tubuhnya menghalangi jalan.
"Kau berani melawan Ibu?"
Red menghela nafas. "Ibu, nenek dan temanku sedang dalam masalah. Aku harus membantu mereka?"
"Masalah seperti apa? Apa pentingnya mencampuri urusan mereka?"
"Aku tidak bisa menceritakannya pada Ibu dan bagiku amat penting untuk ikut campur karena mereka adalah teman dan nenekku, orang yang berharga bagiku. Sekarang bisakah Ibu minggir? Kau menghalangi jalanku."
Tatapan Fransiska menjadi sedikit lebih lembut. Ia memegang kedua bahu Red. "Red, Ibu hanya khawatir padamu. Nenekmu dan temanmu itu—"
"Veary dan siluman kan? Memangnya ada apa dengan itu? Apa karena mereka bukan manusia, aku tidak boleh menolong mereka? Apa menurut Ibu mereka itu jahat? Semua itu hanyalah omong kosong. Manusia-manusia yang menjadi tetangga kita juga tidak lebih baik dari mereka."
"Red—"
"Sudahlah Bu, izinkan aku pergi. Aku hanya pergi selama beberapa hari. Kemudian aku akan kembali apabila semua urusanku sudah selesai. Aku janji."
Fransiska menghela nafas. Kemudian melepas pundak Red. "Terserah padamu."
Ia beranjak dari pintu dan duduk di ruang tamu dengan tatapan masam. Red merasa tak enak. Ia sudah menyela ucapan ibunya sebanyak dua kali. Ia merasa sudah menjadi anak durhaka sekarang.
"Berhati-hatilah," ucap Fransiska saat Red melewati ruang tamu dan hendak menuju ke luar.
Red mengangguk. "Aku pergi dulu."
Fransiska menyesap tehnya. Tatapan masamnya berubah menjadi tatapan khawatir begitu punggung Red semakin jauh dari pandangan. Dalam hati ia berdoa agar putrinya itu diberi keselamatan.
***
Saat Red datang, Sky sudah mengunci pintu pondok. Velarie digendongnya di punggung. Pemuda rubah itu menolah ketika Red menyapanya. Ia juga membawa tas selempang kecil. Red menebak isinya adalah tanaman herbal yang nanti bisa digunakan sebagai obat dan mungkin beberapa apel. Persediaan mereka tampaknya hanya segitu saja. Entah kenapa rasanya perjalanan ini jadi santai sekali.
"Ada apa? Kenapa wajahmu murung begitu?" tanya Velarie pada Red.
Red agak terkejut Velarie dapat mengetahui perasaannya. "Tidak apa-apa. Hanya... masalah kecil."
"Dengan Fransiska?"
Red hanya mengangguk.
"Sudah kuduga. Dasar wanita jalang. Sampai kapan dia ingin mengekangmu?" gerutu Velarie. "Ya sudahlah. Mari kita berangkat! Tapi sebelum itu." Velarie menjentikkan jarinya. Muncul cahaya kebiruan. Ia mengucapkan sebuah mantra yang terasa asing.
Tak lama kemudian, pohon-pohon bergerak-gerak. Lalu tampak api biru yang menyala-nyala keluar dari batang para pohon itu. Mereka mengelilingi Velarie selama beberapa saat dan berubah menjadi sosok manusia yang diselimuti cahaya berwarna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle ( Sudah Terbit )
Fantasy(Beberapa konten dihapus untuk kepentingan penerbitan) Kutukan. Itulah yang dipikirkan Red begitu mengetahui dirinya terus-menerus mengulang sebuah kehidupan meskipun sebelumnya ia sudah mati. Namun rupanya hal itu tidak seperti yang ia pikirkan. Se...