5. Pertemuan

369 15 2
                                    

"Pekerjaan selesai. Nih, gue mau balik."

Laras menyerahkan buku catatan yang sudah penuh terisi rangkuman dari beberapa buku tebal yang tadi disodorkan Renggo. Mata Renggo membulat. Wow, dia bisa menyalin secepat itu?

"Berarti kita bisa balik bareng, Ras. Yuk."

Reyna langsung menarik Laras keluar. Tangan Renggo menghalangi jalan mereka di pintu keluar. Laras menatapnya sengit.

"Apaan lagi sih?!"

"Lo enggak lewatin satu poin penting pun di buku-buku itu kan?" Renggo coba mencari alasan agar bisa bersama lebih lama dengan Laras. Laras menghela nafas kasar.

"Enggak. Lo cek sendiri aja. Minggir! Rey, kita pulang aja deh. Bolos ospek mapala aja yuk. Capek gue."

Reyna melotot maksimal. Dia melirik Renggo yang melipat kedua tangannya sambil bersender. Reyna kembali terpesona melihat senyum kecil di bibir Renggo.

"Ya, lo balik aja kalau mau hukuman buat sahabat lo itu didobel sama Bayu."

Reyna mencengkeram tangan Laras meminta bantuan. Laras merutuk dalam hati.

Dasar, cowok penindas.

"Ok. Gue temenin. Tapi ntar.."

"Lo boleh pulang cepet kok. Gue ijinin," potong Renggo dengan seringai kecilnya. Laras meneruskan ucapannya dengan muka datar.

"Tapi ntar kita ke toko buku dulu ya, Rey. Ada novel baru. Gue mau beli."

"Shitt."

Laras meleletkan lidah mendengar umpatan Renggo dan menarik Reyna pergi sambil menahan geli melihat kekesalan di mata Renggo.

Renggo mengacak-acak rambutnya frustasi. Laras benar-benar membuat otaknya jadi bodoh. Banyak mata melihat dengan tatapan ingin menertawakan, tapi melihat Renggo mendelik mereka langsung pura-pura sibuk dengan buku masing-masing.

Renggo memasukkan buku catatannya ke dalam tas dan membuang kotak makan ke tong sampah sebelum melangkah keluar.

Krucuk-krucuk.

Renggo memegang perutnya. Dia meringis sadar belum makan dari pagi, dan rencananya menggoda makan siang di depan Laras berubah total. Dia mengacak rambutnya lagi kesal ingat dengan bodohnya malah menyuapi Laras. Tiba-tiba Renggo tersenyum simpul. Dia ingat semburat merah di pipi Laras saat dia menyuapinya tadi.

Jangan-jangan dia yang pertama melakukan itu?

***


"Hahahaha." Reyna masih saja ngakak di dalam lift ingat jawaban Laras tadi yang membuat Renggo mati kutu. Laras melirik malas.

"Enggak capek mulut lo ketawa dari tadi? Kram perut lo baru tau rasa deh."

"Dih jelek lo doainnya," sungut Reyna. Laras mengangkat bahu cuek.

"Tapi beneran, Ras. Gue ngakak lihat ekspresi Kak Renggo tadi. Mati kutu. Buahahahaha." Reyna menyemburkan tawanya lagi. Laras nyengir dan ikut tertawa kecil ingat omongannya tadi.

"Habisnya ngeselin. Sok berkuasa banget. Mentang-mentang senior."

"Eh tapi kan dia seangkatan kita tahu, Ras. Di mapala aja jadi senior."

"Beneran?"

Reyna mengangguk. Dia langsung memaparkan hasil penyelidikannya tentang siapa Renggo. Anak informatika, IPKnya selalu di atas 3,5. Masih single, idola semua anak cewek di kampus, dan satu lagi, tajir asli. Laras geleng-geleng melihat antusiasme Reyna cerita siapa Renggo.

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang