8. Kejutan

253 12 0
                                    


Nia masih memandang jendela rumah Laras yang kini tertutup. Bajunya setengah basah karena dia membiarkan air hujan tadi menerpa badannya demi mengejar Laras. Ingin sekali dia berlari dan memeluknya. Berbagi cerita lagi dan tertawa bersama, tapi ia kini hanya bisa menggigit bibirnya melihat lampu di kamar Laras padam. Laras tidur.

Nia menunduk dan perlahan menstarter motornya. Dia meyakinkan diri besok harus menemui Laras dan menjelaskan semuanya.

***


Laras baru selesai mengunyah sarapannya saat mamanya menjerit mengabarkan telepon seseorang. Laras berlari sebentar menyangka itu Reyna, tapi matanya langsung berputar malas mendengar suara di seberang.

"Halo, Ras."

"Ya Salam. Ngapain lo nelpon pagi pagi? Ntar sore juga ketemu."

"Gue ngetes aja bener nggak ni no rumah lo. Semalam gue catet di otak gue nomornya. Takut hilang dari catatan panggilan telepon hati gue. Hehe."

"Garing banget sih. Udah belom? Gue mau ke kampus. Kesiangan."

"Gue jemput ya?"

"Nggak usah, Kak-Renggo. Makasih. Gue bawa motor kok."

Terdengar tawa geli di seberang. Laras melirik jam di tangannya. Alamat kesiangan terus ngoceh sama cowok gila ini. Batin Laras kesal.

"Lo lupa kemarin motor lo tinggal di kampus? Kan lo diculik si killer kemarin?"

"Hah?"

Laras mengacak acak rambutnya menyadari lupa satu hal, dia langsung menelan salivanya berharap Renggo belum sadar ada yang hilang darinya.

"Kak?"

"Ya."

"Itu....nggg...lo telepon darimana?"

"Dari telepon umum depan komplek lo."

"Hah!!"

"Hah hoh hah hoh. Udah cepetan keluar. Lima menit lagi gue sampe."

"Tap....i..."

Tuuut...tuuuut... Laras menghentakkan kaki kesal dan kaget mamanya kejengkang ketahuan nguping sambil duduk meringis mengelus pantatnya.

"Dih, mama ngapain sih? Kurang kerjaan nguping Laras."

"Heheh. Maaf deh. Mama penasaran ada cowok nelepon kamu sih. Cowok kemarin yah?"

"Bukan. Tukang listrik."

Laras langsung melesat mengambil tasnya sebelum mamanya bertanya aneh aneh lagi. Dia tidak tahu mamanya senyum senyum dan memasukkan nasi goreng sambal ati ke dalam tupperware dan berjinjit mengintip Laras yang kaget sebuah motor dengan lelaki yang dia lihat semalam membuka helmnya. Renggo. Mama Laras langsung keluar.

"Ngapain jemput sih? Gue kan bisa pesen ojek online."

Laras merengut. Renggo tertawa dan menyerahkan helm ke Laras.

"Pesen sama nunggunya aja udah makan waktu. Udah cepet naik."

"Dasar cowok pemaksa."

Renggo tertawa geli. Mama Laras datang tergopoh gopoh. Laras mendelik melihat mamanya senyum senyum.

"Ini teman Laras yang nganterin semalam ya?"

Renggo langsung mengangguk dan turun dari motor. Dia cium tangan mama Laras, membuat Laras jengah.

"Maaf ya, tante. Semalam agak lama. Kehujanan di jalan."

"Iya. Sebagai ucapan terima kasih tante, ini ada bekal buat kamu. Kamu mau?"

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang