16. Pengakuan

189 12 2
                                    

Renggo menatap nama penelepon di hape Laras dengan mata nanar.

My Sun? Siapa? Apa itu Fajar? Laras belum mengganti namanya, atau sengaja tidak menggantinya?

Renggo meremas dadanya yang terasa sakit tiba-tiba. Tak lama hape Laras berdering lagi. Renggo berpaling, melihat Laras yang masih sibuk menghubungi mamanya. Dia akhirnya menekan tombol hijau.

"Haloo, Laras. Ini mama..Hiks.."

Renggo tercenung. My Sun itu nama untuk mama Laras. Kok ada yang aneh ya?

"Oh, ini Renggo, Tante. Tadi Laras malah lagi coba telepon tante pake hape saya. Katanya perasaannya nggak enak."

Selanjutnya, rentetan kalimat Mama Laras membuat Renggo bergeming. Fajar kecelakaan. Dia kritis. Poin pentingnya, mama Laras telepon memakai hape Fajar.

Renggo menutup telepon dengan perasaan campur aduk. Matanya merah menahan lara, sakit, dan sebuah rasa bernama, perih.

"Jadi, kebersamaan kita selama ini menurut kamu apa, Ras?"

Renggo masih kaku berdiri coba memahami berbagai kelebat kenangannya bersama Laras selama ini. Dukungan mama Laras untuk hubungan mereka juga. Sikap Laras, tawanya, perhatiannya. Apa semua hanya sebuah ilusi untuknya saja.

Renggo melihat jauh dan hatinya kembali mencelos. Laras malah sekarang menangis gagal menghubungi mamanya. Renggo menguatkan diri melangkah, mendekat menepuk bahu Laras.

"Ras, umm..tadi ada telepon di hape kamu. Sorry, aku lancang ngangkat karena penasaran. Yang telepon.."

Renggo menunduk, tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Laras dan Reyna saling pandang bingung.

"Siapa?"

"My Sun.."

Renggo menatap Laras lurus. Laras tersentak kaget. Ekspresi Laras membuat Renggo kecewa. Jadi benar, Laras belum melupakan lelaki masa lalunya itu.

"Kak, itu.."

"Tapi bukan Fajar kok yang ngomong," sahut Renggo dengan senyum sangat terpaksa. Laras mendongak. Mencari pembenaran. Renggo mengangguk dengan ekspresi tak terbaca.

"Mama kamu yang telepon, pakai hape Fajar."

"Kok bisa?" Kali ini Reyna mengerutkan kening bingung. Renggo menghela nafas dan menyerahkan hape Laras ke tangan Laras.

"Fajar kecelakaan. Dia sekarang kritis. Fajar nyelametin mama kamu waktu mau ditabrak mobil. Aku bisa nganter kamu sekarang kalau mau. Kita balik."

Laras mengerjap. Mencoba mencerna kalimat beruntun Renggo. Reyna bengong.

"Pak Fajar? Dosen smart? My Sun? Laras..lo sama Pak Fajar? Beneran pernah pacaran dan putus karena cewek itu?"

Laras diam tak menjawab pertanyaan Reyna. Renggo masih menatap Laras dengan ekspresi macam-macam. Yang pasti, ada sedikit luka dan kecewa di sana.

Laras menunduk dan mulai mengemasi isi carriernya. Mereka baru saja selesai mendirikan tenda di pos 3. Renggo akhirnya pamit ikut turun bersama Reyna dan Laras. 

 ***


Renggo, Laras, dan Reyna berjalan dalam diam. Kadang, refleks Renggo menolong Laras turun melompati batu besar dan menangkap tangannya.

Laras lebih banyak diam. Pikirannya kalut memikirkan mamanya yang sendiri menemani Fajar. Fajar di Jogja tanpa keluarganya. Dia bingung menjawab pertanyaan orang tua Fajar saat bertemu nanti.

"Laras, awas!!"

"Arrgh!"

Renggo buru-buru menangkap tangan Laras yang meluncur jatuh dan hampir terjun bebas ke jurang di sebelah jalur pendakian.

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang