18. Titik Nadir

183 12 3
                                    


"Mama? Mama sudah sadar? Alhamdulillah.."

Mama Laras tersenyum. "Berkat doa kamu, sayang."

Laras memeluk mamanya sayang. Tinggal satu masalah lagi yang harus dia selesaikan. Kak Fajar.

Laras membantu mamanya sarapan dan memberi obat. Setelah mamanya istirahat, Laras menghampiri Reyna yang sedang menggigiti kukunya sendiri.

"Bayu sudah pulang?"

"Huum."

"Renggo mana? Dari mama sadar tadi, dia nggak kelihatan?"

Reyna meneguk ludah. Mati gue.

Laras langsung menghubungi Renggo dengan hapenya yang sudah dia charge full kemarin.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...

Laras tertegun. Baru kali ini Renggo mematikan hapenya. Dia tidak pernah sekalipun mengabaikan pesan Laras, apalagi teleponnya. Laras melihat Reyna yang sibuk melihat atap rumah sakit.

"Rey, lo tau sesuatu?"

"Tau. Hari ini dosen nggak masuk. Jadi kita bisa seharian di sini jagain mama lo."

"Bukan itu maksud gue."

Mata Laras menyipit melihat Reyna gugup. Ia langsung mendekati Reyna dan menatap matanya yang pasti akan blingsatan tak mau melihatnya saat ketahuan bohong.

"Lo tahu sesuatu tentang Renggo kan? Lihat mata gue?!"

"Ogah. Bosen."

"Reyna!"

Laras membentak dan membuat Reyna makin gugup salah tingkah.

"Sorry. Gue.."

"Nak Renggo sudah pergi, Laras. Mama yang minta."

Laras berbalik menatap mamanya yang melihatnya dengan sorot mata lelah. Badan Laras bergeming. Dia tidak yakin mamanya mengatakan sesuatu.

"Mama nggak ngomong kan tadi? Pasti Laras lagi halu.."

"Nggak. Renggo memang sudah pergi setelah mama sadar tadi."

Mata Laras mengabur oleh air mata. Langkahnya terasa berat mendekat dan duduk lemas di samping ranjang mamanya.

"Kenapa mama lakuin itu? Mama harusnya tahu kan.."

"Kalau Nak Renggo yang buat kamu bangkit dan bisa berdamai dengan masa lalu kamu? Mama tahu," potong Mama Laras dengan tatapan bersalah.

"Jadi kenapa Renggo harus pergi?"

"Karena Nak Fajar sudah menyelamatkan nyawa mama. Mama ingin memberinya kesempatan sekali lagi untuk bersamamu."

"Dengan Renggo meninggalkan Laras, Ma?" 

Laras semakin berkaca-kaca melihat mamanya mengangguk. Ada luka hati yang kemudian tak kasat mata, tersayat lebar dan terasa sakit meski tak berdarah.

"Itu yang terbaik buat kalian. Maafin mama. Karena mama nggak bisa balas kebaikan Nak Fajar dengan cara lain. Bahkan dia masih koma sekarang. Kalau pun mama boleh memilih, mama akan memilih koma menggantikan Nak Fajar agar kamu bisa tetap bersama Renggo."

Mama Laras menggenggam tangan Laras dan mengusap air matanya. Laras menunduk dalam sedu sedan.

Reyna beringsut keluar memberi kesempatan Laras dan mamanya bicara dari hati ke hati. Langkahnya bergegas menuju ruang UGD tempat Fajar dirawat. Seseorang menunggunya di sana.

"Kak Renggo. Apa keputusan kakak dan Tante Rina nggak bisa diubah? Laras kayanya terpuruk banget," ujar Reyna sedih.

Renggo menghela nafas lelah.

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang