13. Insiden

251 11 0
                                    

"Tante.."

"Mama.."

Fajar dan Renggo memanggil seseorang yang berdiri dengan wajah tak percaya. Selanjutnya, Mama Laras berlari panik menghampiri Renggo dan mencari tisu dalam tasnya.

"Kamu nggak papa, Nak?"

Renggo meringis. Mama Laras menyeka bekas darah di bibirnya. Fajar salah tingkah saat tatapan mata mama Laras menatapnya tajam.

"Kenapa kamu pukul dia?"

"Itu, Ma. Aku.."

"Kamu sama Laras sudah nggak ada hubungan kan? Jadi jangan panggil seperti itu lagi ke saya. Nak Renggo, ayo ikut tante."

"Kemana, Tante?" Renggo menelan ludah saat mengucap kata itu. Mama Laras memberinya kode agar menurut. Renggo berjalan menuntun motornya. Fajar berdiri terpaku dengan tangan mengepal kesal.

"Bahkan Mama Laras pun kini menolakku? Nggak. Aku harus balikin semua ke awal lagi. Lihat saja."

Fajar masuk ke mobilnya dan pergi dengan mengegas mobilnya kencang.

***


Renggo duduk dengan bingung. Mama Laras melarangnya pulang meski sudah malam. Selesai membersihkan luka di bibir Renggo, Mama Laras justru menyita kunci motornya karena di luar sedang hujan deras. Laras di seberang duduk bersidekap menatapnya kesal.

"Ini bukan alibi lo buat nginep di sini kan?"

"Ya Tuhan, Ras. Lo nggak liat mama lo nyita kunci motor gue? Ini luka juga gara-gara mantan lo," sembur Renggo kesal. Laras menelan ludahnya.

Mama Laras datang membawakan selimut. Renggo tersenyum canggung.

"Ini buat kamu. Nanti kamar tamunya ditunjukin sama Laras ya. Udah sana, tante mau tidur. Ngantuk."

"Iya, Tante. Makasih."

Laras berjalan mendahului Renggo menuju kamar tamu. Dengan kesal dia membuka kamar dan berdiri di depan pintu. Renggo mengernyitkan alis bingung.

"Nunggu apa lagi? Masuk sana!"

"Kan belum dibersihin, Ras. Gue alergi debu."

"Ya Tuhaan.. manja banget sih."

Laras mengacak rambutnya kesal dan berjalan masuk. Renggo tersenyum sendiri melihat tingkah Laras yang membereskan kamar tidur dan menyapu ruangan. Saat selesai Renggo berjalan masuk, duduk di tepi ranjang.

"Umm..boleh minta tolong satu lagi nggak?"

Laras melotot kesal, tapi diam saja tak beranjak dari depan pintu. Renggo berjalan mendekat. Laras waspada.

"Mo ngapain lo?!"

Pletak!

"Aww!!" 

Laras memekik merasa jitakan di kepalanya. Mama Laras melotot di samping Laras. Renggo meringis refleks mengelus kepala Laras. Kini, Laras yang melotot ke Renggo.

"Lagi kamu ini ya. Sama pacar sendiri la lo la lo. Nggak romantis banget."

Laras cemberut. Mama Laras berdehem. Renggo meringis Laras hempasin tangannya.

"Ngelunjak sih. Lagi juga siapa yang mau jadi pacarnya," sungut Laras.

"Huss." Mama Laras mencubit pinggang Laras. Laras makin manyun.

"Ngg..saya minta tolong ambilin air ke Laras doang kok, Tan. Saya kan nggak tahu dapurnya dimana."

"Manja!" Laras ngomel, tapi jalan juga ke dapur. Mama Laras tertawa tertahan. Renggo senyum senang.

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang