Semakin kita mencoba untuk tegar, semakin terlihat bahwa kita butuh pegangan.
Yang pasti, itu bukan kamu. Karena kita kini berbatas. Hanya bisa saling memandang, tanpa bisa tersenyum lepas menyapa riang.
Begitu juga Laras yang kini diam memandang Fajar di hadapannya.
Fajar kembali menghela nafas lalu menyesap coffe latte miliknya. Dia bingung harus memulai dari mana percakapan yang serba canggung ini.
"Laras. Bagaimana menurutmu hubungan kita sekarang?"
"Maksud Kak Fajar apa? Kak Fajar lebih tahu hubungan kita bagaimana."
Jleb. Kembali kalimat itu mengingatkan ucapan Laras seminggu lalu saat dia tak sengaja berdiri di luar kamarnya. Jadi, beginilah akhirnya.
"Kamu nggak bisa ngasih kesempatan aku lagi?"
"Bukankah sekarang adalah kesempatan kedua Kak Fajar?"
"Tapi kenapa kamu terlihat seperti terpaksa menjalani hubungan ini?"
"Apa aku harus menjawabnya kalau kak Fajar sudah tahu jawabannya?"
"Laras!! Argh!!"
Fajar meremas rambut kesal. Matanya merah menahan marah. Tapi ia tahu, marah bukanlah akhir dari sebuah masalah.
Laras membuang muka, melihat rintik hujan bulan September yang mulai menyapa. Fajar berkeras hati ingin meyakinkan dirinya belum terbuang.
"Lalu kenapa kau menyetujui permintaan mama kalau kau sendiri tak bisa membuka hatimu lagi?"
"Karena aku ingin mencoba berbakti meski terlihat sangat gagal kenyataannya."
Sudah. Cukup sudah Fajar menahan diri. Dia merengkuh bahu Laras dan memeluknya tanpa peduli Laras yang berontak ingin melepaskan diri.
"Apa begitu dalam luka yang kuberikan?"
"Seharusnya kakak tahu, dari awal aku paling tak suka dengan pembohong."
"Aku minta maaf. Aku akan melepaskanmu jika memang tak ada lagi cinta di hatimu, meski aku harus sakit karenanya."
"Dulu aku bahkan hancur."
Fajar melepaskan pelukannya. Dia tahu, kehancuran Laras dahulu hampir membuatnya berlari kembali dan membuang mimpinya.
Tapi apa dia bisa menyesali semuanya sekarang? Toh, semua tidak bisa kembali lagi seperti dulu. Dan itu karena kesalahannya yang memilih berbohong agar Laras bisa mengerti, meskipun berakhir dengan menyedihkan seperti ini.
"Apa karena Renggo memintamu menunggu, sampai kau mengabaikanku yang menjadi cinta pertamamu?"
Laras tersenyum miris. Baginya Fajar yang dulu dan sekarang masih sama. Sama-sama belum bisa menerima kenyataan kalau mereka tak mungkin lagi bersama.
"Dia memintaku berbakti kepada mama, dan membebaskan aku jika memang aku masih cinta sama Kak Fajar."
"Renggo seperti itu?"
"Bahkan dia sudah mengajukan beasiswa ke Jepang bulan depan seperti permintaan mama agar Kak Fajar bisa bersama denganku lagi. Dengan begitu dia pikir aku akan mudah melupakannya."
Fajar tertegun.
Begitu besarkah pengorbanan Renggo untuk kebahagiaan Laras yang disadarinya membuat luka besar di hati Laras?
Lalu bagaimana dengan dia yang merebut Laras dari sisi Renggo?
Renggo berubah menjadi bijak, dan dia sendiri jadi picik karena cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta di Jogja
Roman pour AdolescentsJogja adalah tempat pelarianku setelah kejadian menyakitkan itu aku alami. Kini aku ingin menghapusnya, selamanya. Termasuk kuliah di tempat ini. Aku tak menyangka pusaran takdir mempertemukan aku kembali dengannya. Pun, dengan kehadiran seorang lel...