12. Rasa

223 9 0
                                    


Laras meringis melihat hasil masakannya di meja makan paling menonjol. Dalam arti lain, sangat berbeda, baik bentuk dan mungkin rasanya juga. Laras merapal doa dalam hati agar resep masakan yang dia praktekkin dari mbah gugel tadi berhasil. Dia belum mencobanya sama sekali. Takut dengan kejutan rasanya.

Renggo sudah duduk manis menatap Laras yang membantu mama Renggo menyiapkan makan.

Renggo menyodorkan piringnya ke Laras. Mama Renggo batuk. Laras bingung.

"Apa?"

"Tolong ambilin dong. Sekalian belajar layanin ntar kalau kita udah nikah," ujar Renggo sambil nyengir. Laras melotot kesal.

Sambil ngomel dalam hati Laras sengaja mengambilkan porsi jumbo. Mama Renggo tertawa melihat interaksi Laras yang jutek dan Renggo yang malah menikmatinya.

"Nih."

“Makasih, kesayangan.."

Deg. Laras terkesiap kaget. Dia pura-pura memberikan piring ke Mama Renggo. Renggo tertawa melihat Laras gugup. Makin manis.

"Eh, sayang. Kamu nggak cobain masakannya Laras? Itu udang yang masak Laras loh. Cobain. Mama ambilin ya?"

Laras menatap Renggo horor. Renggo mengerling.

Laras berharap ada keajaiban. Waktu berhenti. Dia bisa pesan  goo food super duper express dan ganti menu udangnya dengan menu restoran yang sudah pasti enak. Sayangnya semua hayalan.

Laras pasrah melihat masakannya sudah memenuhi piring Renggo. Renggo lahap memakan udang itu. Tak lama wajahnya berubah. Mama Renggo yang ikut menyicip tertegun.

Laras merutuk dalam hati. Mati...mati...mati...ditolak nih jadi mantu. Eh?

"Sorry ya, Tan..eh, Ma. Masakan Laras nggak enak ya? Laras emang nggak jago masak. Itu tadi juga.."

"Ini enak banget, Ras. Kamu punya resep rahasia ya? Mama mau dong diajarin Laras."

Laras bengong. Mama Renggo sibuk muji masakan Laras. Renggo ngacungin dua jempolnya. Laras bingung merasa aneh sendiri dengan keahliannya masak.

"Beneran, Ma? Laras ikut cobain ya.."

"Nggak. Ini masakan khusus buat gue semua."

Renggo langsung merebut mangkuk isi masakan Laras dan menuang sisanya ke piringnya sendiri. Laras melotot kesal. Mama Renggo tertawa.

"Maklumin ya, Ras. Renggo suka gitu kalau dimasakin makanan favoritnya. Udang sama kepiting. Dia jarang mau berbagi sama orang."

"Pelit dong.."

Renggo meleletkan lidahnya dan menghabiskan makannya dengan cengiran lebar. Laras terpaksa ikut makan meski merasa tidak nyaman dengan keramahan Mama Renggo yang berlebihan.

Selesai makan Laras memaksa cuci piring sebelum pulang sama Mama Renggo. Renggo nyolek bahu mamanya, ngodein supaya pindah dan dia gantiin bantu Laras diam-diam di belakangnya.

"Rajin bener sih calon istri gue. Makin sayang," bisik Renggo yang membuat gerakan mencuci Laras terhenti.

Istri? We ow wew banget. Pacaran dulu lah baru nikah.

Loh, kok kamu jadi ngarep sih, Laras. Laras menggelengkan kepalanya coba mengusir pikiran konyol dari kepalanya.

"Lo bisa pergi aja nggak? Ganggu doang tau."

"Biarin. Kan romantis," elak Renggo.

"Romantis apaan? Lonya ngomong aja dari tadi. Bantuin juga nggak."

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang