9. Fly

249 12 0
                                    



"Wow! Beneran kesini nih?! Ini kan destinasi gue ntar pas liburan."

Laras berdecak kagum saat Renggo memarkirkan motornya di depan sebuah rumah, tak jauh dari camp Bukit Parangndog, Parangtritis. Omelannya saat mereka harus melewati tanjakan yang cukup terjal tadi dan membuat Renggo tertawa melihat Laras terpaksa memeluk pinggangnya dengan kaku sudah tak terdengar lagi.

"Yuk." Renggo ingin menggandeng Laras, tapi Laras pura pura membenarkan tasnya. Renggo tersenyum dan berjalan di depan Laras.

Mereka berjalan menaiki bukit melalui jalan setapak di samping rumah tadi. Terus hingga menemukan pemandangan eksotis di depan mata mereka. Laras memekik girang. Renggo tersenyum dan memasukkan dua tangannya ke saku celana.

"Lo pengin lihat ini kan? Indah nggak?"

"Huum. Indah banget."

Laras berdecak kagum. Renggo tersenyum geli melihat poni Laras bergoyang ke kanan dan kiri, membuat rambut yang ia kuncir ekor kuda ikut bergoyang.

Laras membentangkan tangannya melihat hamparan pantai dengan pemandangan indah di bawah mereka. Pantai Parangtritis, Jogja.

"Kalau mau teriak di sini boleh kok. Gue tau lo masih nyimpen kesel sama cewek tadi."

"Nggak bakal. Lo nggak lihat banyak orang di sini? Disangka gila iya."

Laras mencebik dan hendak duduk di sisi kanan bukit. Renggo menahan bahunya untuk duduk. Laras menoleh dengan muka cemberut.

"Apa lagi sekarang?"

Renggo tersenyum dan menggandeng tangannya menuju sebuah tanah lapang tak jauh di dekat mereka. Laras cemberut. Lelaki ini suka sekali main gandeng tangannya. Membuatnya salah tingkah.

"Lihat ke atas."

Laras mendongak. Mulutnya terbuka kaget dan seketika berteriak senang meliat banyak paralayang yang perlahan mendarat cukup jauh dari tempat mereka berdiri.

"Keren banget," gumam Laras.

"Kalau gue yang nerbangin itu keren nggak?"

"Emang bisa?" Laras tertawa mengejek.

Renggo gemas dan mencubit pipi Laras, membuat Laras melotot garang.

"Gue bakal buktiin ke lo. Di atas ntar lo juga bebas teriak kok," ujar Renggo kalem.

"Paling terjun bebas ntar. Hahaha."

"Kalau gue bisa, lo bersedia ngasih gue hadiah?" Renggo mengerling jahil.

"Kaya bocah."

"Biarin."

"Kasih hadiah ya kalo gue bisa." Renggo merajuk. Laras menahan geli. Sejak kapan Renggo jadi manja begini.

"Coba aja kalo bisa."

"Lo bakal nyesel udah ngomong gitu ke gue, Ras."

"Nggak akan. Wekkks."

Laras meleletkan lidah. Tangan Renggo bergerak, Laras langsung menghindar. Otaknya mengirim sinyal Renggo bakal mencubit pipinya lagi. Tapi Renggo malah mengacak poninya, membuat Laras cemberut. Renggo tertawa dan mendekati salah satu instruktur di sana, pastinya sambil menggandeng Laras. Kali ini lebih tepatnya menyeret Laras.

"Teo. Gue mau terbang sama dia."

"Ke syurga?" Teo mencoba bercanda sambil mengerling ke Laras. Renggo tertawa geli, tapi Laras melotot maksimal.

"Jangan macem macem ya, Mas!" bentak Laras kesal.

Renggo dan Teo tertawa.

"Yang ada si Renggo tuh yang bakal macem macem. Hahah. Ya udah lo pake aja, Nggo. Ini kan punya lo juga. Kalau udah selesai telepon gue. Gue mau tidur bentar."

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang