Laras mengedipkan matanya bingung memihak siapa. Renggo dan Fajar berdiri berhadapan dengan rahang mengeras. Mereka kini melupakan status mereka di kampus dan berdiri sebagai sesama lelaki.
"Gue nggak bakal biarin Laras ujan-ujanan sama lo. Dia bisa sakit."
"Kemarin dia aman aja tuh ujan-ujanan sama gue." Renggo tersenyum sinis. Fajar mengepalkan tangannya.
"Biar Laras yang putusin."
Dua lelaki itu menoleh ke arah Laras yang menatap mereka dengan kesal. Matanya menatap Fajar dan lagi-lagi dia berpaling menantang mata Renggo yang mengelam melihat percikan di mata Laras untuk lelaki itu. Renggo cemburu tahu Laras belum bisa melupakan lelaki di depannya itu.
"Aku balik sama Renggo aja."
Fajar merasakan perih menerima penolakan Laras. Renggo menyunggingkan senyum kemenangan dan langsung menarik Laras pergi. Fajar mengikuti mereka dengan pandangan cemburu.
"Ok. Hari ini gue ngalah. Besok, tidak akan pernah."
***
Renggo menepikan motornya di alun-alun kidul Jogja. Beruntung di kawasan itu terang benderang. Laras turun dengan bingung.
"Kak, kita bukannya mau pulang?"
Renggo meringis. Dia narik tangan Laras cari tempat di depan pohon beringin kembar dan duduk bersila, mengeluarkan tupperware dari mama Laras. Laras menelan ludah. Mereka belum makan seharian. Renggo ikut batal makan tahu Laras nolak makan sama dia demi nunggu dosen killer yang ternyata diganti Fajar dan buat dia cemburu setengah mati.
"Makan dulu yuk. Masih enak dimakan nih."
Laras malah menutup tupperware milik mamanya. Renggo heran.
"Sudah dingin. Besok gue minta mama masak lagi deh."
"Beneran?" Mata Renggo berbinar senang. Laras mengeluh. Hari ini Renggo sikapnya cepat sekali berubah, beda dengan biasanya.
"Iya. Bener."
Krucuk..krucuk... Renggo meringis menyadari perutnya bunyi dan nekat merebut tupperware di tangan Laras. Dia langsung makan lahap takut dilarang Laras lagi. Laras melotot kesal.
"Kan gue bilang ini udah dingin. Mending lo..mmpphmm."
Laras terdiam. Renggo langsung menyuapkan satu sendok makanan dengan lauk sambel goreng ati favoritnya. Laras terpaksa mengunyahnya dan mukanya jadi merah merasa de javu. Mereka pernah seperti ini. Renggo menyuapinya. Renggo langsung tersenyum ingin menjahili Laras.
"Merona heh? Gue kan nyuapin doang bukan nyiu...mmmmppph."
Renggo merengut Laras nyumpelin mulut Renggo dengan kentang. Laras cemberut. Renggo sukses membuat jantungnya deg-degan lagi. Laras nolak disuapin lagi tapi Renggo pegang rahang Laras dan deketin wajahnya. Laras gelagapan langsung buka mulut. Renggo menahan geli.
Renggo menutup tupperware dan berlari membeli satu botol minuman. Dia nyodorin minuman itu setelah dia sendiri meminumnya. Laras menelan ludah. Masa iya dia minum sebotol berdua sama Renggo. Ada bekas bibirnya di botol minuman itu. Laras menelan saliva sadar mau cegukan akhirnya merebut botol yang dipegang Renggo yang mengerling menatapnya. Laras menghabiskan separuh air dalam botol. Renggo tertawa.
"Yuk." Renggo berdiri. Laras menatapnya bingung. Renggo tersenyum.
"Tadi kan pembuka doang. Kita cari makan berat yuk."
Laras melotot kesal. Renggo nyengir.
"Tadi kan udah makan? Ntar tambah ndut gue."
"Ndut tapi tetep cantik kok di mata gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta di Jogja
Fiksi RemajaJogja adalah tempat pelarianku setelah kejadian menyakitkan itu aku alami. Kini aku ingin menghapusnya, selamanya. Termasuk kuliah di tempat ini. Aku tak menyangka pusaran takdir mempertemukan aku kembali dengannya. Pun, dengan kehadiran seorang lel...