15. Sunshine

238 9 0
                                    

Rombongan Renggo dan Laras baru saja selesai briefing. Mereka dibagi dalam beberapa tim untuk meminimalisir keadaan tersulit selama perjalanan. Renggo posisinya paling belakang bersama si Gondrong sebagai tim sapu bersih. Laras dan Reyna baru ingin melangkah, Renggo menghadang langkah mereka. Laras mendongak bingung.

"Apa? Kan udah mau jalan?"

Renggo tersenyum. Laras mengernyit tak suka.

"Mau ngasih tahu aja kalau kita cuma ikut trip Merbabu. Lainnya nggak."

"Kok?" Reyna sama Laras protes. Renggo angkat bahu cuek.

"Pada nggak inget? Mapala kampus kan mau inaugurasi. Kalian anak baru main kabur aja nggak ijin sama ketuanya. Kalau ada yang harus dipersiapkan kan ribet jadinya."

"Dih, lonya juga ikut kesini jadi ketua mapala," sahut Laras jutek. Reyna menahan tawanya. Skak mat.

"Ya gue di sini karena lo. Pertama, lo bohong ijin sama mama lo. Dua, lo itu kan kesay...mmppphh.."

Laras menutup mulut Renggo dan melotot ganas, membuatnya malah tambah cantik di mata Renggo. Bukan karena Renggo ngomong lo gue lagi sama dia, tapi omongannya itu loh. Nyolot. Mau bilang kesayang..an. Kan malu.

Cup.

Laras membelalak lagi, lebih lebar. Telapak tangannya malah dikecup kurang ajar sama Renggo. Laras kesal dorong Renggo sampai jatuh terjengkang. Laras kaget tapi langsung narik Reyna pergi. Si gondrong geleng kepala tapi nolongin Renggo. Renggo meringis melihat sikunya berdarah.

"Aww! Pelan, Ndrong!"

"Sorry. Tenaga cewek lo kuat juga ya. Hahaha."

Laras berdiri menyatu dengan anggota lain. Sesekali dia melirik Renggo yang meringis mengusap sikunya yang berdarah.

Laras merasa bersalah. Iba, tapi gengsi. Dia khawatir, tapi takut baper. Renggo kan dingin-dingin jahil, tapi ngangenin. Lah? Laras langsung menggeleng sendiri.

Renggo menahan geli melihat sikap Laras yang sering meliriknya, tapi pura-pura lihat ke arah lain waktu saling bertabrakan pandangan.

Laras tak tahan untuk tidak peduli. Dia itu suka iba, apalagi kalau orang yang terluka itu Renggo. Lebih tak tahan lagi.

Laras melangkah mendekati Renggo yang memberi masukan ke ketua panitia. Tangannya menarik Renggo menjauh.

Reyna melihat dari jauh dengan senyum miring. Dasar, suka tapi gengsi ngomongnya si Laras.

"Ngapain gue ditarik ke sini? Mau berduaan ama gue ya?" goda Renggo.

Laras tidak peduli dan memilih membasuh luka siku Renggo dengan air dengan larutan garam, membersihkannya dengan telaten. Padahal itu hanya luka kecil lho.

Hati Renggo menghangat. Laras itu, cuek. Tapi kalau sudah sayang, perhatian banget.

"Ras.."

"Hmm.."

"Lo nggak perlu kaya gini. Ini cuma luka kecil kok. Gue kan jadi baper nih, seneng gimana gitu."

"Mau cepet selesai nggak? Diem!"

Renggo tersenyum. Laras fokus menempelkan plester dan membersihkan sisa tanah yang menempel di sekitar siku Renggo. Dia menahan debaran jantungnya yang menggila karena saat ini posisi mereka berbahaya.

Renggo intens menatapnya dari jarak dekat. Sedikit saja Laras bergeser, posisi mereka akan sama seperti orang yang sedang berciuman.

"Selesai," kata Laras tanpa menatap Renggo. Dia langsung berbalik dan nafasnya tercekat merasakan pelukan hangat dari belakang. Pelukan yang membuatnya entah kenapa terasa, nyaman? Ya, seperti itu.

Ada Cinta di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang