Kalau aku bisa berkata rindu, mungkin sosok itu akan muncul. Tapi saat aku mengucap bahagia, wajah si pemaksa itu yang keluar.
Aaarghh. Laras mengacak rambutnya berguling-guling di kamar setelah Renggo mengantarnya tadi. Sikap Fajar dan Renggo membuatnya sedari tadi berubah posisi tanpa bisa memejamkan mata lagi. Ini sudah ke sekian kalinya dia berjalan mondar mandir mencari ilham. Iya. Ilham buat mengeluarkan Fajar dan Renggo dari otaknya.
Laras menyalakan laptop, menyetel instrumen Canon sebelum akhirnya malah jatuh tertidur sebelum mengetik beberapa ide yang mampir di pikirannya.
***
Laras dan Reyna sibuk mengisi soal kuis dadakan dosen tadi pagi. Muka Laras suntuk melihat kertasnya baru terisi sebagian. Reyna melirik memberi kode untuk memberikan jawaban tapi Laras menggeleng. Semampunya Laras mengisi soal. Matanya melotot lebar melihat soal kuis berubah wajah Renggo yang tersenyum manis padanya.
"Hadooh. Puyeng soal, keluar kunci jawaban kek. Malah muka Kak Renggo sih," sungut Laras sambil sibuk isi soal kuis. Reyna yang dengar di sebelah menahan tawa. Laras cemberut. Sepuluh menit lagi. Dia membuka soal di lembar terakhir dan tersenyum. Cepat ia mengisi jawaban sambil tersenyum puas. Bel berdering.
Reyna dan Laras berkemas. Reyna menyenggol lengan Laras.
"Kenapa?"
"Ditungguin pangeran tuh?" Reyna menunjuk ke pintu kelas.
Renggo menyenderkan bahu di pintu dengan bersedekap. Rambutnya yang berantakan malah terkesan manly dan gagah. Beberapa teman lain menyapa dan sebagian menepuk bahu Laras menguatkan. Reyna menahan tawa.
"Ngapain tu cowok senyum-senyum sendiri?"
"Kura kura dalam perahu lo. Nungguin lo lah."
"Gue nggak janjian sama dia."
"Coba tanyain aja." Laras melotot. Yakali benar, kalau ternyata Renggo nunggu temennya, tengsinlah.
"Umm...itu...gue.."
Reyna ngikik Laras narik tangan dia buat kabur. Renggo berdiri menjulang menghalangi di depan pintu. Laras menelan ludah. Ini orang badannya kaya pohon kelapa, tapi nggak pakai melambai.
"Ngg..misi..gue mau balik sama Reyna."
Reyna mau ngeles dipelototin Laras. Renggo berdehem kecil.
"Rey, gue pinjem temen lo. Ada urusan bentar."
"Pinjem aja kak. Free dia mah, nggak ada kelas lagi...Ras, gue duluan ya. Byeee.."
Laras mau protes langsung ditarik Renggo ke parkiran. Dasar, Reyna. Awas kamu nanti.
"Kita mau kemana?"
"Pulang," jawab Renggo kalem.
Laras girang mikir bisa langsung molor meluk guling beruang kesayangannya.
Sampai rumah...
"Kak.."
"Hmm."
"Ini bukan rumah gue."
"Hmm." Laras gondok. Renggo kalem lepasin helm Laras yang menghentakkan kaki kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta di Jogja
Novela JuvenilJogja adalah tempat pelarianku setelah kejadian menyakitkan itu aku alami. Kini aku ingin menghapusnya, selamanya. Termasuk kuliah di tempat ini. Aku tak menyangka pusaran takdir mempertemukan aku kembali dengannya. Pun, dengan kehadiran seorang lel...