delapan

7.4K 1.1K 155
                                    

If it's not too late
Can't we get back together?

Memang benar jika penyesalan selalu datang di akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang benar jika penyesalan selalu datang di akhir. Sama seperti aku yang menyesali semua yang telah aku lakukan pada Lisa. Aku kini berada di depan Bang PD, dia terlihat kecewa dengan pemberitaan yang ada. Sejak awal, Bang PD tahu jika aku dan Lisa berpacaran bahkan mendukung serta menutupi kedekatan kami. Tapi saat aku dan Irene memutuskan untuk mempublikasikan hubungan kami, dia sangat kecewa meski saat itu ia tak memperlihatkannya.

"Kau tahu, Taehyung-ah satu-satunya yang sangat terluka adalah Lisa. Dia tidak akan hanya diserang oleh Army tapi juga fans Red Velvet. Selama ini aku sudah melindungi kalian tapi kau memilih Irene. Aku menghargai keputusanmu tapi dengan munculnya kabar ini, aku tak tahu harus apa." Bang PD menghela berat. Ia melepas kacamatanya kemudian menyandarkan tubuhnya. "Aku sudah berbicara dengan Yang Hyun Suk, dia sudah mencoba mengendalikan situasi. Satu hal yang ingin kuberitahu adalah karena pemberitaan ini Blackpink harus memundurkan jadwal comeback mereka. Aku bahkan tak tahu bagaimana harus menghukummu."

Aku menatap Bang PD tak percaya. Bagaimana mungkin comeback mereka harus diundur? Aku mengacak rambutku frustasi. Lisa sudah bekerja keras untuk comeback kali ini dan aku mengacaukannya!

"Jangan temui Irene untuk sementara ini. Kau bisa menemuinya minggu depan atau setelah kabar ini reda. Aku akan mengatakan pada wartawan jika kau dan Lisa tak ada hubungan apa pun. Aku akan mengatakan bahwa kalian hanya bersahabat."

Entah kenapa aku tak menyukainya. Fakta bahwa Bang PD mengatakan bahwa aku hanya sahabat Lisa sementara kami berkencan. Sedikit banyak aku merasa terluka dengan itu. "Aku mengerti. Kalau begitu aku permisi."

* * *

Dengan menggunakan jaket hitam dan masker yang menutupi sebagian wajahku, aku melangkah menuju salah satu kafe. Kafe dengan mural yang menghiasi dinding. Permainan dari Yiruma mengalun lembut dari speaker kafe. Aku duduk di pojok kafe sambil memainkan ponselku, menunggu pesanan untuk datang.

"Selamat datang," seruan dari pelayan entah mengapa membuatku mendongak. Dua orang pelanggan masuk. Aku rasa mereka sepasang kekasih, si pria dengan posesif memeluk pinggang sang wanita yang menunduk malu. Aku menyipitkan mataku, familiar dengan sosok wanita yang menggunakan masker juga topi hitam. Lalisa? Itu memang dia.

Siapa lelaki itu? Aku menggeram marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa lelaki itu? Aku menggeram marah. Fakta bahwa Lisa berkencan dengan lelaki lain membuatku marah. Keduanya duduk tak jauh dariku. Lalisa memunggungiku, namun tawanya dapat kudengar. Lelaki itu menurunkan maskernya sedikit dan aku mengetahui bahwa ia adalah Lee Taeyong. Bagaimana mereka bisa saling mengenal?

Sungguh ingin rasanya aku menghampiri mereka dan menarik Lalisa menjauh darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh ingin rasanya aku menghampiri mereka dan menarik Lalisa menjauh darinya. Tapi suara tawanya yang lepas membuatku mematung. Aku tak bisa membuatnya tertawa seperti itu. Aku hanya bisa membuatnya sedih.

Selama dua jam lebih aku hanya diam dan menatap keduanya yang terlihat akrab. Aku hanya diam melihat Lisa yang kadang menunduk malu atau tiba-tiba akan membeku saat Taeyong menyentuhnya. Aku yang seharusnya berada di sana. Bukan Taeyong!

Keduanya akhirnya memutuskan untuk keluar. Tak lama aku mengikuti keduanya dari belakang. Taeyong merangkul Lisa, membuat tubuh kecil gadis itu berada sangat dekat dengannya. Apa-apaan mereka?

Aku tahu jika aku terlihat seperti stalker, tapi aku tak bisa menahannya. Aku tak bisa menahan diriku melihat Lisa bersama lelaki lain. Terlebih jika itu Taeyong.

Taeyong menggenggam tangan Lisa saat keduanya berada di depan gedung apartemen Blackpink. Aku melihat ke kiri, seorang wartawan yang mengikuti mereka sejak di kafe ada di sana. Ah, jangan bilang ini rencana dari Sajangnim? Jadi begitu rupanya.

Kedua mataku melotot tak percaya saat Taeyong mencium kening Lisa. Sialan! Beraninya anak itu mencium Lisaku! Untung lah setelah itu ia langsung pergi jadi aku bisa mengejar Lisa. Aku menarik tangan Lisa sebelum ia memasuki lift.

"Apa yang kau lakukan?" pekiknya namun aku tak menjawab. Aku malah menarik Lisa keluar dari gedung apartemen dan menghentikan taksi yang lewat. Kami tak berbicara apa pun. Pertama karena supir taksi. Kedua karena Lisa sudah pasti marah.

Taksi berhenti di pantai yang sepi, tempat kami biasa bertemu. Kali ini aku menggenggam tangannya lembut, melewati terumbu karang dan menuju pojok yang tak terjangkau orang lain. Ini pojok rahasia kami. Aku tak melepaskan tangannya, masih belum menoleh untuk menatapnya.

"Maaf," lirihku namun aku yakin Lisa dapat mendengarnya. Kali ini aku berbalik dan menatapnya lurus. "Untuk semua yang sudah aku katakan. Untuk semua perbuatan yang menyakitimu. Untuk semua perkataan yang melukaimu. Maaf, Lisa. Maaf."

Aku menggenggam kedua tangannya sementara tubuhku meluruh, berlutut di depannya. Aku menangis. Aku bodoh karena melepaskannya. Bodoh karena baru menyadari perasaanku sendiri.

"Aku mencintaimu Lisa. Sangat mencintaimu." Kali ini aku mendongak untuk menatap lurus ke matanya. Dia tak membalas tatapanku, malah menatap lautan luas. "Aku adalah manusia bodoh karena baru menyadari perasaanku padamu. Lisa, maaf."

Aku tak tahu apalagi yang harus aku katakan. Hal terakhir yang aku lakukan adalah memeluk tubuhnya. Menyandarkan kepalaku di perutnya. Aku menangis. Aku sangat mencintainya dan aku ingin menjadi manusia egois. Aku tak ingin melepaskannya.

"Bisakah kita memulainya lagi? Kali ini bisakah kita memulainya dari awal?"

* * *

YYA! CUT! SEE YOU NEXT CHAP 😆
-amel

if you {1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang