I should've treated you better when I had youAku menatap foto yang berada di tanganku dengan sendu. Lisa tersenyum dalam foto itu dan aku yang memeluk tubuhnya. Masa dimana aku terlalu bodoh untuk menghargainya. Masa dimana aku terlalu buta untuk mengatakan perasaanku yang sesungguhnya.
"Tae-ah apa kau libur hari ini? Aku merindukanmu," hari Jumat siang dan aku baru bangun karena baru kembali dari Jepang pukul sembilan pagi tadi. "Tae-ah?"
Aku mendengus, kasar. "Lisa! Aku baru saja kembali dari Jepang dan demi apa pun aku baru tidur tiga jam. Bisakah kau biarkan aku istirahat sebentar?"
Lisa terdiam di ujung sana dan sebelum dia melanjutkan aku langsung memutus sambungan, kembali tertidur. Aku lelah, jet lag, dan yang aku butuhkan adalah tidur bukan mendengar kata-kata rindu darinya.
Aku ingat hari itu Jungkook marah denganku. Dia bilang Lisa menangis dan aku hanya mendengus. Saat itu aku lebih memilih tidur dan malamnya aku pergi bersama Irene.
"Aku ingin makanan Thailand," Lisa memeluk lenganku sambil menunjuk salah satu restoran Thailand tapi aku menggeleng.
"Aku gak suka. Aku ingin makan ayam." Aku tak menoleh ke arah Lisa, namun langsung menariknya menuju restoran ayam. Sudah lama tak makan ayam!
Hari itu, Lisa tak banyak bicara, ekspresi wajahnya pun berubah menjadi sendu. Malamnya aku dengar dari Jungkook, Lisa, Bambam dan Ten bertemu di restoran Thailand. Aku marah dan membuatnya menangis. Tapi aku terlalu egois untuk menenangkannya.
Aku harusnya memperlakukan Lisa lebih baik lagi. Aku harusnya mengatakan bahwa aku merindukannya. Mengatakan bahwa aku mencintainya. Mengatakan bahwa aku akan melindunginya. Tapi tak ada satu pun yang aku lakukan. Tersenyum hanya ketika aku menginginkannya, selebihnya meninggalkannya sendiri. Berapa banyak kenangan manis yang kami miliki? Aku bahkan ragu jika ia akan mengingatnya.
"Hyung," aku mendongak dari kaleng beer yang sudah kutenggak habis. Jungkook menatapku, entah lah aku tak bisa membaca matanya. Dia duduk di sampingku dan menyingkirkan deretan kaleng beer yang sepenuhnya sudah kosong. "Kenapa kau seperti ini?"
Aku tertawa, kepalaku pening dan hanya ada Lalisa di dalamnya. Aku memeluk Jungkook, menyandarkan kepalaku di bahunya. "Aku merindukannya," aku menangis, rasanya terlalu menyesakkan. "Aku merindukan Lalisa, Jungkook. Kenapa aku begitu bodoh?"
Aku memukul kepalaku sendiri, membiarkan diriku sakit karena ulahku. "Tak seharusnya aku menyakitinya. Tak seharusnya meniggalkan luka sebesar ini. Aku harus bagaimana sekarang?"
Jungkook menarik tanganku, membuatku berhenti memukuli diri sendiri. "Hyung! Berhentilah! Kau hanya akan melukai dirimu sendiri. Tak ada gunanya. Jika kau menginginkannya kembali, jangan seperti ini! Kau hanya menyakiti dirimu sendiri."
Aku tak menjawab, hanya menatap jemariku yang terlihat memiliki jumlah lebih banyak dari biasanya. "Lisa dulu sering memotong kuku jariku. Katanya kalau aku tak memotongnya akan banyak iblis yang tinggal di bawahnya."
Aku terkekeh, kembali memeluk Jungkook. "Aku merindukannya. Sangat merindukannya."
* * *
Saat terbangun aku berada di ruangan asing. Dinding berwarna soft yellow dengan poster BigBang yang tertempel, foto polaroid bersama teman dan keluarga juga notes yang ditempel berbentuk L. Ini bukan kamarku. Ini kamar Lisa. Pertanyaannya sekarang, bagaimana aku bisa berada di sini? Kepalaku pening dan aku tak tahu apa yang terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
if you {1}
Fanfictioni was wrong for choose her, and you was right; im that kind of jerk. * * * ©2017