"aku selalu berfikir, tidak seharusnya aku bersikap seperti ini, hanya saja, kenangan itu membuat ku enggan untuk bangkit menjadi seperti yang mereka ingin kan, sekuat apapun aku ingin berubah, aku akan kembali seperti ini,"
~wajah datar~
Kara menyantap makan malam nya dengan lahap, hari ini juga semua keluarga kumpul, ada papah, mamah, Zia, dan Kenan, Kenan mahasiswa semester terakhir di tempat kuliahnya, dan Kenan salah satu manusia yang tidak dekat dengan kara.
Entah sejak kapan kara mau makan dimeja makan bersama yang lain, biasanya Kara membawa makanannya kedalam kamar.
"De," Kenan menyenggol lengan kara yang sedang makan membuat makanan kara berantakan, kara menatap Kenan yang sudah tertawa
Tanpa basa-basi kara pergi meninggalkan meja makan, dan menutup pintu kamarnya dengan kencang, kesal, itu yang kara rasakan.
Karena pada dasarnya kara tidak menyukai Kenan, sebagai kakak, Kenan cukup menyebalkan dimatanya.
"Kamu iseng banget si sama adik nya," tukas Lea kepada Kenan.
"Iseng mah, abis makannya tumben lahap banget, biasanya kayak zombie jarang makan,"
"Papah juga baru liat Ara makan lahap, tapi kamu ganggu," ujar Taufan mencubit lengan Kenan gemas.
"Pah, besok aku pulangnya telat, mau seleksi anggota OSIS," seru Zia tersenyum lebar.
"Dih dasar anak sosis," ejek Kenan.
"OSIS kakak ihh," keluh Zia kesal menggebuk punggung kakaknya.
"Kara disekolah gimana? Ada perkembangan?" Tanya Lea, Lea sangat khawatir dengan perkembangan putrinya yang satu itu, padahal Lea sendiri tau kenapa sifat kara begitu.
"Jangan tanya Zia deh, tanya sama anaknya sendiri, orang kayak gitu manah bisa berubah si mah," ujar Zia kesal.
"Kamu itu seharusnya ngertiin adik kamu, bukannya kaya gini Zia," ujar Topan menceramahi anaknya.
"Zia kesel Zia gak mau kalian semua tanya kara sama Zia," seru Zia yang ikut masuk kedalam kamarnya.
*****
Kara keluar dengan celana jeans dan sweater biru muda nya yang kebesaran, dengan masker menutupi mulutnya dan kupluk sweater yang menutupi kepalanya, kara berjalan keluar melewati ruang tamu."Mau kemana Ra," tanya papahnya, sedangkan Zia yang berada disitu malas menatap kara.
"Mau jajan," jawab kara datar.
"Bawa uang?" Seru papah kara.
"Bawa," jawab Ara dan langsung pergi dari rumah.
Sampai di supermarket kara membeli cemilan dan kopi, kara juga duduk didepan supermarket dan nongkrong disana, itu salah satu hobi kara.
Puas menatap jalan kara berjalan menulusuri jalan kearah rumahnya, kara sangat menyukai pergi malam, karena satu satunya kondisi dimana orang yang bertemu dengannya tidak memanggilnya dengan sebutan Zia.
Kara berjalan memakan ice cream yang semakin lama semakin abis, satu gigitan abis diujung renyah wafer ice cream itu.
Jalan diantara banyak orang adalah hobi kara juga, kara sangat menyukai hal itu.
Kara berhenti di taman pusat kota, yang letaknya memang tidak jauh dari perumahan, dia duduk di bangku taman itu sendirian, tidak sendiri karena ada pengamen yang menyanyikannya lagu one direction " night changes"
Kara terdiam dalam lagu yang dinyanyikan pengamen tersebut, belum lagi petikan gitar akustik yang sangat bagus, memeperindah suasana malam yang cukup cerah karena rembulan tidak tertutup awan hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins
Teen Fictionmempunyai sodara kembar tidak mengubah apapun -Karanela Ziela