21

2K 127 22
                                    

"Ya, kamu benar, akan lebih mudah untuk kita tau, dengan siapa kita akan nyaman, tapi, akan lebih sulit untuk kita tahu dengan siapa hati ini menetap"

🍁🍁🍁🍁

Senyum kara mengembang saat melihat bintang yang tengah berjalan menghampiri nya dikantin, tidak sendiri bintang pun ikut duduk bersama teman-teman nya yang lain.

"Ayo mau makan apa , aa bintang yang bayar nih!” seru Lukas.

"Emang ada apa? Ka Bintang ultah?"tanya Nadya.

"Hmmm itu ada yang jadian ehemm," Deni memperjelas membuat suasana menjadi hening.

Kara yang masih terdiam sadar sudah di tatap berpasang-pasang mata, hanya satu yang mereka inginkan apalagi kalau bukan menunggu jawaban dari mulut kara langsung, lalu kara mengedipkan matanya beberapa kali dan tersenyum tipis, bingung yang ia rasakan, sebenernya hari kara juga kurang enak badan.

"Oke!!!" Jawab yang lain serempak.

Yang lain pun mulai memesan makanan yang mereka inginkan, tak terkecuali bintang yang hanya memandang wajah kara larut dalam lamunannya.

Kara menengok kearah bintang lalu memiringkan wajahnya," kenapa?" Tanya kara dengan wajahnya yang polos itu.

Bintang menggeleng cepat,"gapapa,"

"Ga usah diliatin terus kali bin, anaknya juga gak kemana-mana kan," ledek Abe.

"Tau nih," sambung Alva.

"Kar mau bakso apa batagor??" Teriak Tania.

"Apa aja," balas kara.

Tidak harus menunggu berhari-hari untuk berita jadian kara dan bintang tersebar seantero sekolah, entahlah kara tidak mengelak pernyataan itu sama sekali.

"Nanti gua ke perpus dulu ya Tan,"

"Mau gua temenin?" Tawar Tania yang tengah mengaduk es teh nya.

"Ngga usah deh kayanya,"

"Oke,"

Bintang tersenyum" mau aku yang temenin?"

"Eh sama gua aja, gua juga mau kesana, Lo kan belum editin cover yang gua perlu," sahut Alva.

"Manja banget si," elak Bintang membuat kara tertawa.

"Yeuh manja manja, giliran kara aja langsung dah," balas Alva.

Dari kejauhan Zia melirik kearah kara yang sedang bercanda gurau dengan teman-teman nya , raut wajah kesal tercipta diwajahnya.

***

"Hidup dari hidupku, pintu terbuka 
Selama matamu bagiku menengadah 
Selama kau darah mengalir dari luka 
Antara kita Mati datang tidak membelah,"

Kara menoleh lalu menaikan pandangannya sedikit keatas untuk melihat siapa yang bicara, lalu kara menaikan alisnya saat yang ia lihat Alfa tengah membaca buku tepat disampingnya dengan suara yang cukup keras.

"Sajak putih kar, Chairil Anwar mantap kan!" Alfa menyodorkan buku bacaan nya pada kara membuat dahi kara berkerut.

"Ketos suka baca yang kaya gini?" Tanya kara.

"Wah ya jelas ini si idola gua banget lihat deh yang ini lebih ngena,"

"Itu yang disana! Alfa! Bisa diam tidak?" Tegur penjaga perpus membuat Alfa dan Kara terbelalak kaget dan sama sama jongkok.

"Gua pikir ga ada orang yang bisa buat lu takut kar hahaha," tawa Alfa membuat kara sedikit tersenyum, konyol yang sekarang ia rasakan.

"Lo mau baca buku apa?" Tanya Alfa yang sudah berdiri diikuti kara.

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang