Perduli itu tidak salah, tapi kalau kamu yang perduli, menurut ku itu salah~sesak~
Kara turun dari kamar nya, diruang makan sudah ada Zia, Kenan, dan ibunya, sedangkan ayahnya Topan sedang ada urusan bisnis diluar kota.
Kara duduk disamping Kenan, meminum susunya dan memasang earphone di telinganya, Kenan yang gemas dengan adiknya iseng menyolek pinggang kara.
"Kenapa?" Tanya kara dengan tatapan tajamnya.
"Hehe gapapa, mau berangkat sekarang?" Tanya Kenan.
"Sarapan dulu," pinta Lea menaruh nasi goreng dihadapan kara, dan sudah pasti kara tidak makan.
"Nanti gak usah ikut praktek," seru Zia.
"Siapa juga yang mau ikut," jawab kara.
Zia yang kesal dengan jawaban kara meninggalkan kara dimeja makan dan berangkat duluan.
"Udah sebulan loh sekolah, kok masih pake masker," keluh Lea.
"Muka aku jelek," jawab kara datar.
"Masa anak mamah yang cantik gini jelek, siapa yang bilang jelek," goda Lea pada kara.
"Zia," jawab kara membuat Lea terdiam.
"Ok ayo berangkat," Kenan menarik lengan kara agar cepat mengikutinya.
Didalam mobil Kenan tiada hentinya bercerita, padahal kara memakai earphone, dan Kenan tau itu.
Sampai disekolah tanpa basa-basi kara turun dari mobil Kenan, mengabaikan Kenan yang memberikannya semangat belajar.
Panik, itu yang kara rasakan, ini sudah sebulan ia memasuki masa SMA, tapi kara tidak pernah tau kalau SMA mempunyai banyak peraturan, termasuk dilarang memakai sweater ataupun jaket disekolah.
Kara berjalan pelan sekali, walau ia tau pasti guru BK akan menegurnya juga, benar saja, Bu Laras guru BK tercantik menahan tangan kara yang hendak masuk kedalam gerbang.
"Cantik mau kemana?" Tegur Bu Laras.
"Inih Bu, saya mau kekelas, nanti gurunya keburu masuk, saya duluan ya Bu," ujar kara tersenyum dibalik maskernya.
"Kamu pikir kamu alan Walker, cepet buka jaket sama masker kamu," pinta Laras dengan alisnya yang cincai.
"Bu ini kan panas tadi dijalan banyak debu jadi saya pake masker, emang ibu gak tau banyak bakteri diluar Sanah,"
"Yaudah cepet buka jaket kamu ajah,"
"Yah ibu, ibu kan tau saya pake masker berarti saya lagi sakit,"
"Tadi kata kamu hari ini panas," Bu Laras menatap tajam kara yang sudah bingung ingin menjawab apa.
"Yah ibu masa pake jaket ajah gak boleh, banyak kok yang make jaket," seru kara menarik-narik lengan Bu Laras manja.
"Kamu pikir ibu gak tau, kamu tiap hari pake jaket sama masker terus," skak, kara tidak tau lagi harus membalas apa.
"Nah itu Bu," kara menarik tangan Alva yang sedang berjalan melewati kara, dan disamping Alva pun ada Bintang.
"Ini dia, pake jaket terus tapi gak pernah diomelin, saya mau ibu omelin juga," seru kara.
"Udah Tante, dia suruh masuk ajah gapapa," pinta ketua OSIS yang selalu diributkan Tania dikelas, kara menghembuskan nafas nya panjang.
Kara berjalan mengabaikan Alva, dan Bintang yang sudah menyelamatkannya dari Bu Laras.
"Tadi dia bilang apa? Tante? Pantes boleh pake jaket disekolah cihh," gumam kara, kara selalu bingung kenapa Alva selalu memakai jaket atau apapun untuk menutupi seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins
Teen Fictionmempunyai sodara kembar tidak mengubah apapun -Karanela Ziela