11

3.8K 237 5
                                    

Kepercayaan itu penting

~mamah~

Kara memasang wajah kesalnya, melihat Lea yang terus saja memaksanya untuk ikut acara keluarga dengan yang lain, bukan kara kalau dia mau ikut.

"Mamah cuma minta kamu ikut kara sayang," Lea mengelus pelan rambut kara.

"Kara gak mau ikut!" Bentak kara.

"Tapi ini om kamu yang nikah, dia gak pernah liat kamu empat tahun," Lea menggenggam tangan kara.

"Dibilang gak mau!" Kara melempar tangan Lea kasar.

"Yang sopan sama mamah!" Zia mendorong kara.

"Terserah," kara pergi meninggalkan yang lain dan masuk kedalam kamarnya.

"Kara!" Teriak Zia.

*****
Seluruh anggota keluarga sudah bersiap-siap menghadiri acara pernikahan Andra, Andra adalah adik topan yang sekarang sedang berbahagia karena pernikahan nya.

Kara turun dengan seragam sekolahnya, hari ini dia tetep kekeuh ingin sekolah, walaupun Lea sudah bilang telah izin dari sekolah.

Zia tampil cantik dengan dress selutut berwarna merah dan riasan wajah yang cantik, tidak jauh cantik dari Lea, mungkin buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Kenan yang sudah memakai kemeja merahnya sangat tampan bagaikan model, begitu juga dengan Topan dengan setelan jas hitam dan dasi berwarna merah.

Kara melewati keluarga nya yang sedang menunggunya turun dari kamar, mata mereka membulat melihat kara yang memakai seragam sekolahnya.

"Kara berangkat," ujar kara menutup pintu.

Kenan mengejar kara dan menarik tangan kara," kenapa sekolah? Kan hari ini kita ada acara,"

"Kara gak mau ikut, kara mau kesekolah! salah?!" Kara menatap sinis Kenan.

"Adek, Kaka tau kamu gak suka ketempat ramai, tapi ini om Andra yang nikah, kamu gak mau liat," Kenan mengelus pelan rambut kara.

"Kara kan bilang gak mau ikut kak!"

Kenan mengeluarkan hp dalam kantung celananya, dengan cepat kara menahannya karena kara tau Kenan ingin menyuruh Juna untuk memaksanya.

"Jangan paksa kara ka Kenan," ujar kara membuat Kenan tersenyum, pasalnya Kenan tidak pernah mendengar kara memanggilnya lagi.

"Yaudah, kamu sekolah ajah, semangat ya," Kenan mengelus pipi kara yang tertutup masker.

"Kaka juga hati-hati," kara menepuk pundak Kenan pelan.

Kenan refleks memeluk kara, rasanya seperti melihat kara tujuh tahun yang lalu, kara melepaskan pelukan Kenan dan berjalan meninggalkan rumah.

Ini sudah siang, kara akan telat bila naik angkutan umum, kara tidak menemukan satupun murid yang lewat, berharap bisa menebeng, siapa dia jangankan nebeng bicara dengan orang lain disekolah selain Tania dan Nadya saja mustahil.

Mobil putih itu berhenti tepat didepan kara, pengemudi itu turun dan menghampiri kara.

Ketos.

"Hei bareng sama gue ya," Alva membuka pintu mobil nya.

"Gak usah gua bisa naik angkot,"  kara membuang muka.

"Udah lah naik," Alva mendorong kara dan mau tidak mau kara masuk kedalam mobil Alva.

"Eh dengerin nih, tebak lagu siapa?" Alva menaikan volume radio mobilnya.

Kara tersenyum dari balik maskernya.

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang