Bukan telinga yang tidak mendengar, sesekali tangan ini harus berguna bukan?
~bisikan~
Kara menyipitkan sebelah matanya, seketika penglihatan nya buram sehabis bangun dari kasurnya, Mungkin karena kara tidak tidur semalaman.
Kara berjalan keluar kamar lengkap dengan seragam sekolahnya, seragam itu tertutup jaket, dan mulut kara pun tertutup oleh masker penutup mulut.
Zia menatap kara dan langsung menggelengkan kepalanya, seperti biasa, malas menatap kara, kara juga tidak perduli dengan sikap Zia.
Kara meminum susu yang disediakan oleh bundanya, sesekali kara membuka buku pelajarannya, sedangkan yang lain sibuk memakan sarapannya.
"Makan dulu," Kenan menyodorkan satu suap nasi goreng kearah kara, kara menggelengkan kepalanya.
"Makan dulu kara," ujar Topan.
"Nanti kamu sakit lagi," sekarang lea angkat bicara.
"Kalo dia gak mau makan gak usah dipaksa bisa kali," seru Zia.
"Ngomong apa kamu," sahut Topan membuat Zia memutar bola matanya.
Kenan mengarahkan ponselnya ke telinga kara dan suara yang kara kenal muncul dari hp Kenan.
"Makan kara," seru Juna dari hp Kenan Dengan berat kara memakan nasi goreng yang di berikan Kenan.
"Makasih bro," seru Kenan mematikan telfonnya.
"Cihh," geram Zia yang langsung pergi begitu saja tanpa pamit.
"Zia!" Teriak Lea.
"Kara mau pulang telat," seru kara, Lea yang mendengar tidak bisa menjawab perkataan kara.
"Mau kemana?" Tanya Kenan.
"Mau main sama temen-temen," ujar kara membuat Lea merangkul kara dengan senangnya.
"Nah gitu dong main sama temennya," lea mencium puncak kepala kara, kara yang risih menepis pelan tangan ibunya.
Kara memakan tiap suapan nasi goreng yang Kenan beri, setelah selesai makan kara ikut Kenan yang setia mengantar adiknya itu sekolah, sedangkan Zia sudah berangkat terlebih dahulu.
Sampai disekolah kara langsung turun dari mobil Kenan, memberi senyum datar dan berjalan menuju gerbang sekolah.
"Kar," panggil Tania menepuk pundak kara, kara menoleh dan memberikan senyum dibalik maskernya.
"Nanti jadi?" Tanya Tania, mereka sudah janjian makan diluar bertiga dengan Nadya.
"Jadi," jawab kara datar.
Kara menoleh kesamping, seluruh siswa ribut membicarakan dirinya, kara dan Tania bisa jelas mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Eh itu kan kembarannya Zia?"
"Pake masker terus mukanya ancur kali,"
"Gua yakin abis oplas terus jadi jelek makanya ditutupin,"
"Dia yang pernah ribut sama ka Bintang loh di kantin,"
"Berani banget, Kalo gua jadi ka bintang udah gue pites,"
"Cewek gak guna, gua yakin cuma bikin malu Zia aja tuh orang, ganjen banget lagi sama bintang waktu itu,"
Seketika kuping kara memanas mendengar perkataan cewek yang meliriknya, kara menghampiri tiga cewek itu diikuti Tania dari belakang.
"Hai, boleh kenalan?" Tanya kara mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins
Teen Fictionmempunyai sodara kembar tidak mengubah apapun -Karanela Ziela