aku tidak meminta kamu untuk berubah, aku hanya ingin kamu mengerti betapa indahnya hidup ini
~lewati dan hadapi~
Bintang harus menghindari Alva karena tidak mau ketauan bolos, hari ini Bintang akan menjenguk kara dirumah sakit, Alva tidak melarang, Alva hanya melarang Bintang bolos.
Dan Bintang datang tidak dengan tangan kosong, ia telah meminta di siapkan makanan untuk dia bawa kerumah sakit.
Sampai dirumah sakit sudah ada orang tua kara dan Kaka nya, Bintang menyapa mereka semua yang berdiri didepan pintu kamar kara.
"Om sama Tante gak mau masuk?" Tanya Bintang.
"Gak bisa," ujar Lea.
"Bawa apa lu?" Tanya Kenan.
Bintang tersenyum lebar," makanan,"
"Percuma gak bakalan dimakan," seru Topan.
"Om sama Tante tenang ajah, pasti dimakan kok, kak Kenan mau ikut?"
Bintang menarik tangan Kenan agar ikut masuk kedalam, senyum Kenan mengembang, dia bisa melihat adeknya walau cuma sebentar.
Kara masih menutup matanya, dengan pelan Bintang menepuk-nepuk pipi kara membuat kara bangun dari tidurnya.
"Sepagi ini?" Keluh kara.
Bintang melirik jam tangannya," sekarang jam 9, bukan pagi lagi,"
Kara mengganti posisi nya menjadi duduk,"Berarti aku yang baru bangun," kara menatap datar Kenan yang berdiri disamping Bintang.
"Kak Kenan gak gak kuliah?" Tanya kara membuat Kenan kaget.
"Ah enggak, Kaka mau nemenin kamu disini,"
Kara melirik kearah kaca pintu, disana orang tuanya berdiri dibalik pintu, dan kara bisa melihat itu, lalu kara melirik kearah Bintang yang sedang mengeluarkan bekal yang ia bawa.
"Aku gak suka sayur," pekik kara.
Bintang menatap mata kara tajam," aku gak nanya,"
"Kak Kenan pulang, mamah sama papah suruh pulang, zia pasti sendirian dirumah,"
"Kamu gimana?" Kenan mengelus-elus rambut kara.
"Ada Bintang,"
"Yaudah Kaka pulang ya, nanti malam Kaka jemput,"
"Hmm ka,"
"Iya?"
"Zia gimana?"
"Baik, tadi dia berangkat,"
"Yaudah Kaka balik gih,"
Setelah pamit Kenan pun pulang bersama topan dan Lea, sebenarnya Lea masih sedikit khawatir meninggalkan kara sendiri, kara sudah bisa pulang besok, tapi seperti biasa kara tidak ingin berlama-lama dirumah sakit.
Kembali ke Bintang, kara sedang duduk silang menatap bintang yang ikut duduk satu ranjang dengannya, Bintang sedang fokus memotong buah apel, padahal kalau Bintang tau, kara tidak suka sayuran dan buah-buahan.
"Aku gak suka buah," tukas kara membuat Bintang menoleh.
"Aku gak nanya,"
"Aku ngasih tau!"
"Akunya gak mau tau!"
Bintang menyodorkan capcai buatan Bi Sumi dihadapan kara, kara mendorong capcai itu, enggan karena memang ia tidak suka, pare adalah sayur pertama yang ia makan, makanya kara selalu beranggapan kalau semua sayur itu pahit.
"Makan gak!" Gertak Bintang.
"Gak mau,"
"Makan kara,"
Kara memajukan bibirnya kesal, tapi ia menuruti apa yang Bintang katakan, awalnya satu suap, tapi karena rasanya tidak seburuk yang kara fikir, kara memakannya sampai habis, dan itu membuat Bintang tertawa.
Setelah memberikan kara minum Bintang menyodorkan lagi potongan buah apel, kali ini kara menutup mulutnya sambil geleng-geleng, entah kenapa dia tidak suka buah, kecuali buah itu sudah menjadi jus.
Tapi yang Bintang lakukan adalah menarik paksa tangan kara sampai apel itu masuk kedalam mulutnya, mau tak mau kara harus memakannya, dan seperti capcai kara pun memakan apel itu tanpa berkomentar lagi.
"Nanti malam mau aku jemput?" Bintang mendekatkan wajahnya ke wajah kara.
"Iya,"
Bintang mengusap pelan pipi kara sambil tersenyum, terkadang pipi itu ia tarik gemas, sedangkan sang pemilik pipi hanya diam diperlakukan seperti itu.
"Cantik banget si," ujar Bintang mencubit, lebih tepatnya seakan ingin menarik paksa pipi kara.
"Cantik?" Kara mengerutkan keningnya.
Dokter Andre datang dengan nafas tersengal, Bintang memberikan ruang untuk nya berbicara, dan perasaan Bintang tidak enak.
"Alfa," ujar Om Andre.
Bintang langsung turun dari ranjang dan ingin menyusul Om Andre yang pergi setelah memberitahukan kondisi Alfa.
Saat hendak memegang gagang pintu kara menahan Bintang dengan memeluknya dari belakang, tangannya yang berdarah akibat jarum infus nya yang lepas.
"Aku mau nemuin Alfa dulu," ujar Bintang.
"Tapi balik lagi kan?" Kara mengeratkan pelukannya.
Bintang berbalik badan menghadap kara, tangannya menangkup wajah kara dan mencium keningnya.
"Aku nanti balik lagi,"
Bintang memeluk kara, mengusap-usap punggung kara dan memberikan kehangatan padanya, kara membalas pelukan itu.
"Nanti Tania kesini, kamu tunggu ajah ya," ujar Bintang mencium kening kara lagi dan langsung pergi.
Bintang berlari sekuat mungkin perasaannya kacau bila Alfa berulah lagi, entah sudah yang beberapa kalinya Alfa seperti ini, Bintang selalu khawatir bila terjadi sesuatu pada Alfa.
Sampai disana Alfa sudah terbaring lemas tak berdaya, Bintang yang panik hanya bisa mengusap wajahnya kesal.
"Untung pembantunya nemuin, Om gak tau lagi kalau sampai kelamaan, dia kehabisan banyak darah,"
"Bintang gak lagi sama dia Om, seharusnya Bintang bisa jaga Alfa,"
"Terkadang anak yang periang itu menyimpan segudang masalah dalam hidupnya,"
"Kita masih anak SMA Om, gak seharusnya kita kayak gini,"
"Lewati dan hadapi," ujar Om Andre meninggalkan Bintang.
*****
Hai sedikit info, tolong baca cerita aku ya judulnya IGNORANCE
Kalian yang mau kenal sama author bisa add Line.
@kenarafrant
Bisa curhat curhat juga loh wkwk
Tulis komentar mu tentang bad twins ya disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins
Teen Fictionmempunyai sodara kembar tidak mengubah apapun -Karanela Ziela