6

4.3K 237 7
                                    

Aku benci orang yang berbuat kasar tanpa suatu penjelasan

~masalah~

Kara berhenti sebelum sampai di pintu kelasnya, ia tidak tau harus menunjukan sikap apa kepada teman-temannya, kara ingin marah, tapi tidak bisa karena mereka juga tidak tau keadaan dia.

Sudah dua hari setelah kejadian itu kara baru masuk sekolah, sebenarnya bukan kara tidak ingin kesekolah, hanya saja ibunya bersih keras melarang kara sekolah terlebih dahulu sebelum pulih.

Kara menarik nafas dalam-dalam dan berjalan masuk seperti biasa kedalam kelas, jaket yang menutupi seragam dan masker yang menutupi mulutnya.

"Karaa," teriakan teman-teman menghampiri kara dan memeluknya, cewek cowok ikut memeluk kara bergantian, kara hanya mematung.

"Kenapa lu cuma read Line gue doang, Lo marah sama kita," seru Sasa teman sekelasnya​.

"Udah, kar Lo gak marah kan, gua mewakili yang lain minta maaf atas kejadian kemarin," seru Adit yang terlihat dewasa.

"Kar kok Lo diem ajah si," ujar yang lainnya.

"Gua gapapa," kara berjalan dan duduk dibangkunya.

Semua yang ada dikelas menatap kara, antara sedih dan kesal yang mereka semua rasakan, kara yang merasa risih menatap balik teman-temannya.

"Gue gapapa," ujar kara tersenyum dibalik maskernya.

"Yes," teriak teman-temannya girang mendengar perkataan kara.

"Nih buat Lo," ujar Adit menaruh satu kotak penuh lolipop.

"Buat gue?" Kara menaikan sebelah alisnya.

"Iya buat Lo," Adit pergi meninggalkan kara yang merasa aneh.

Kara memasang earphone di telinganya dan memutar lagu "Justin Bieber Love your self" kara mendengarkan lagu sambil memakan lollipop pemberian Adit.

Kara fokus pada lagu yang ia dengar, kara memang seperti itu, musik adalah sebagian hidupnya, Tanpa musik hidupnya akan redup seketika.

Kara melirik Tania yang baru saja duduk disampingnya, tapi kara bingung kenapa Tania tidak bawel seperti biasanya, sama hal nya dengan Nadya.

"Tania Lo sehat," kara menepuk pelan pundak Tania.

"Karaa," Tania memeluk kara sambil menangis.

"Kenapa?" Kara menepuk-nepuk punggung Tania.

"Maafin gue, kalo gua gak dorong lu, lu gak mungkin masuk rumah sakit, maaf," isakan Tania bisa terdengar jelas dengan yang lain.

"Gua kan gapapa," kara mencoba menenangkan Tania.

"Lu beneran maafin gue kan kar," Tania menatap penuh kara.

"Gua gapapa, lain kali jangan kaya gitu ya," kara mengusap air mata Tania.

"Karaa," Nadya yang baru saja datang memeluk kara.

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang