part 3

27.1K 1.1K 18
                                    

Siang hari yang biasanya terasa panas itu kini terasa amat dingin. Dingin yang mencekam dan menggigit tulang, dalam tidurnya Aquarel kembali bermimpi namun mimpi yang lebih menyeramkan dibanding semua mimpi yang pernah ia temui ataupun cerita-cerita mistik yang diceritakan oleh kakeknya sendiri.

Dalam mimpi itu Aquarel duduk disebuah bangku besar, dihadapannya ada sebuah meja panjang dengan 12 kursinya yang diduduki oleh mahluk-mahluk dengan aura yang berbeda-beda.

Aquarel mengetahui kalau sebenarnya ia tengah bermimpi namun apa yang terjadi didalam mimpinya serasa nyata, serasa ia telah atau ada sendiri dalam mimpi itu.

Masih dalan mimpi, Aquarel memandang ke12 orang yang tengah memperhatikan dirinya seperti menunggu sebuah perintah entah dari siapa. Namun tatapan itu ternyata diunjukkan untuk dirinya, Aquarel mengalihkan pandangannya dan memandang dirinya yang saat itu memakai sebuah gaun berwarna hitam yang indah dengan kerumitan modelnya. Setelah melihat orang-orang dan juga pakaian yang dipakai mereka ataupun dirinya Aquarel tahu semua hal ini bukan berasal dari masanya. Ingatan akan sebuah buku legenda mengenai cerita mahluk mitos mengingatkannya bahwa pakaian yang dikenakan dirinya ataupun orang-orang itu berasal dari 5 abad yang lalu.

'Apa maksud semua ini?' bisik Aquarel dalam hatinya.

"Kita tak bisa berdiam diri seperti ini saja nona!"  bentak seseorang yang paling muda diantara yang lain.

"Julius jaga perkataanmu!" teriak yang lainnya yang memiliki luka lebar dipipi kirinya.

"Tapi Jendral kita tak bisa berdiam terus nona Aurora telah terkena imbasnya!"  bentak lagi dari orang yang bernama Julius.

"Berhenti membentak Julius!" orang yang dipanggil Jendral oleh Julius itu menggebrak meja dan berdiri.

"Hentikan kalian berdua!"  seseorang yang duduk disamping Julius dan teelihat paling bijaksana menghentikan perdebatan kedua orang itu.

Kedua orang yang direlai itu sama-sama mengeluarkan aura berwarna merah menandakkan kalau mereka tengah mencoba meredam amarahnya.

Suasana yang semula sudah terasa tegang makin terasa tegang akibat pelepasan amarah yang dilakukan kedua orang tersebut.

"Maaf Nona atas apa yang terjadi tadi, kami tak bermaksud.."

"Tak apa-apa Jendral aku mengerti." Tiba-tiba saja bibir Aquarel bergerak dan mengeluarkan perkataan sendiri padahal ia tak menginginkan untuk berkata apa-apa. "Apa itu benar Jendral? Aurora adikku telah menjadi korbannya?"

"Maaf nona kami tak mampu menjaga nona Aurora. Nona Aurora mengunakan kekuatan kamuflasenya untuk mengubah auranya menjadi aura milik anda."

Aquarel menghembuskan nafasnya. Dalam hal ini Aquarel sadar mungkin wanita ini adalah dirinya tapi kepribadian dan juga ingatan wanita ini bukanlah miliknya. Lalu siapakah wanita yang mirip dengannya ini? Dan kenapa Aquarel merasa bahwa wanita ini adalah dirinya? Tapi milik siapa ingatan ini?.

Segala bentuk pertanyaan dan kenyataan datang silih berganti dalam diri Aquarel. Setiap kali ia ingin melawan semua itu berjalan seperti tanpa adanya halangan dari perlawanannya, seperti ingatan ini memang dirancang agar diri Aquarel melihat dan mengalami sendiri ingatan yang dilihatnya.

Pada akhirnya diri Aquarel yang sesungguhnya hanya menunggu dan mengikuti alur cerita yang disampaikan oleh wanita yang amat mirip dengannya.

"Dasar bodoh!" bentak wanita mirip Aquarel itu pelan.

Aquarel melihat perubahan raut dan emosi pada wajah wanita itu. Entah kenapa dari bentakan suara wanita itu bukan perasaan marah yang ditangkap oleh Aquarel melainkan kekesalan dan penyesalan yang diselubungi oleh kesedihan yang amat mendalam.

Prince vampire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang