part 24

9.3K 468 10
                                    

'Smith.. Smith.. Smith.' kegelapan yang membayangi dirinya seakan-akan menenggelamkan dirinya, ia takut untuk membuka matanya ia takut bahwa semua ini begitu pula dengan hidupnya telah berakhir. Dirinya takut akan kenyataan jikalau ia meninggalkan kegelapan ini. Kepala yang mulai perlahan mendongak itu, kini kembali tersembunyi dalam lekukan tangannya dan semua kembali gelap dan sunyi hingga ia pun tak menyadari masihkah jantung di dada berdetak, masihkan hembusan dari dadanya mengalir. Tak mau apapun yang ada di depannya yang ia takuti itu terjadi, , ia hanya mampu menyembuyikan diri dari semua ketakutan dirinya.

"Bukalah matamu dan lihatlah sebelum terlambat."  suara yang terdengar bagaikan melodi memaksanya untuk kembali merasakan detak jantungnya juga nafas yang ia hembuskan. "Kembalilah pada kenyataan dan selamatkan orang-orang yang kau cinta." suara lain yang terdengar kini memaksanya untuk membuka matanya meski ia masih menenggelamkan kepalanya pada kedua lengannya. "Percayalah akan semua yang terjadi padamu, akan menemui akhir yang indah. Selamatkanlah mereka yang kau cinta dan tepatilah janji yang telah kau terima. Bukalah kedua matamu Aquarel maka kau akan lihat sebuah kenyataan lain yang lebih menyakitkan jika kau terlambat membuka kedua matamu."  Bagaikan di tusuk oleh pedang, Aquarel tersadar dari semua hal yang ditakutinya sejak awal. Rasa takut akan mengalami nasib juga rasa sakit yang sama-sama akan membunuhnya. Aquarel kini tak lagi mengenal rasa takut namun yang ia palinh hindari adalah rasa sakit yang harus ia hadapi ketika nanti kedua matanya melihat berbagai kenyataan yang diluar dari semua yang pernah ia bayangkan. Namun sekarang hanya janji dan dirinya yang bisa menuntaskan semua dendam juga kesalah pahaman yang terjadi sebelum dirinya ada.

Dengan tekad yang kuat, Aquarel mengangkat kedua kepalanya yang terua bersembunyi, dengan perlahan ia berdiri dengan kedua kakinua yang terasa lemas dan bergetar. Dengan sekuat tenaga ia membuka matanya sambil menggenggam erat sebuah tanda bukti janji yang ia harus tepati pada sosok Tatiana dan Aqra yang telah mempercayai dirinya. Saat matanya terbuka seberkas cahaya terang seakan membakar kedua matanya, namun dari semua kegelapan yang menyelebunginya dalam hati Aquarel yakin cahaya itulah jalannya untuk kembali. Sambil berjalan perlahan Aquarel menembus cahaya yang membawanya kembali untuk pulang.

Keadaan dalam kastil itu begitu kacau dengan banyaknya darah vampir juga puing-puing dari tubuh ksatria batu yang dihancurkan oleh mereka. Derek berusaha terus menyerang dengan pedangnya sambil dibantu oleh Rei. Segala cara mereka lakukan dengan semua gerakan pula mereka melawan sosok Tatiana yang terus memandang mereka dengan tatapan merendahkan.

Smith yang terlempar dan membentur tembok kini berusaha meredakan rasa sakit yang ia rasakan dari tusukan salah satu ksatria batu itu. Smith kesal akan dirinya sendiri yang terasa begitu lemah dan tak berdaya untuk melawan Tatiana yang terus memperalat dirinya dengan sosok ibu yang sejak dulu memang dirindukannya. Ia tak ingin kalah, namun apa yang bisa ia lakukan jika bersangkutan dengan ibunya sendiri? Apa yang harus dilakukannya?.

"Kau harus membunuhnya Smith." suara ayahnya Sam menginterupsi segala hal yang berseliweran dalam benaknya semula. "Aku tahu apa yang kau rasakan Smith, namun apa yang ada dihadapanmu saat ini bukanlah ibumu Tatiana. Yang ada dihadapanmu saat ini hanyalah monstet busuk yang menumpang pada tubuh ibumu."

"Aku tahu! Tapi apa yang harus kulakukan? Membunuhnya seakan aku membunuh ibuku sendiri. Selama ini aku hanya dapat membayangkkn bertemu dengan ibu, lantas sekarang saat ia ada dihadapanku dan memanggilku, akankah aku harus melakukan hal yang sekeji itu?!" tanya Smith pada Sam dengan kekecewaan yang jelas tergambar dari kedua matanya yang mulai memerah.

"Aku tahu apa yang kau rasakan Smith, tapi sekarang bukanlah waktunya untuk merenung."

"Tapi akankah aku bisa menyakitinya?"

"Kau tak akan menyakitinya Smith." suara yang selama ini dirindukan oleh Smith terdengar kembali bagaikan melodi yang amat indah. Smith menoleh dari arah suara dan langsung memeluk tubuh Aquarel dengan sejuta rasa yang amat indah. "Smith, kau harus membunuhnya."

Prince vampire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang