part 18

12.4K 530 11
                                    

Hari yang semula cerah kini harus berubah menjadi kelam karena dendam yang tiada akhirnya. Dendan yang entah sejak kapan namun telah mendarah daging. Dendam yang terjadi diantara para kaum vampir, pemilik darah penyembuh atau secara singkat dendam antara para mahluk lgenda dengan para manusia.

Jika dikatakan mungkin ungkapan konyol yang akan terucap. Aquarel sadar manusia bukanlah tak dapat merasakan keberadaan mereka yang bukan satu asal, manusia bukanlah tak dapat menerima mereka yang berbeda tapi manusia dipenuhi oleh rasa dengki yang berkepanjangan sehingga pada akhirnya perbedaan yang hanya segaris itu membuat para manusia melakukan segala cara untuk memusnahkan perbedaan yang terbentang dihadapan mereka.

Manusia yang terselimuti oleh perasaan dengki sehingga hanya mampu menjadi lebih buruk dan lebih keji dibandingkan dengan apa yang mereka musnahkan. Tak tahukah mereka para manusia bahwa perbedaan yanh ada selama inilah yang telah mambantu mereka dalam segala kesulitan yang dihadapi dalam kesulitan hidup ini. Namun ketika rasa dengki itu merusak segalanya yang terlihat adalah dendam yang tak berarti sama seperti laki-laki dihadapan Aquarel kini yang menatapnya dengan pandangan mencemooh.

"Kau tahu Aqua! Aku sungguh merasa berterimakasih pada Erlos yang telah merubahku. Sehingga aku tak harus memiliki mata manusia seprti kau."

Aquarel yang tak berdaya karena tubuhnya tertempel dengan tangan dan kaki yang terborgol ke dinding. Aquarel hanya menatap laki-laki dihadapannya dengan tatapan waspada. Karena bisa saja vampir ubahan ini menjadi lebih kasar dibanding hanya merobek gaun yang semula dikenakannya.

"Kau diam ya? Hmm apa kau lapar? Aku rasa tidak." ucapnya sambil melirik pada Sharma dan kemudian Sharma mendekat pada Aquarel dan mulai menjambak rambut panjang Aquarel dan Aquarel hanya mampu meringis menahan rasa sakit yang amat sangat dari kepalanya yang terasa berdenyut-denyut akibat tarikan Sharma yang sangat keras.

"Uuhhh lihat mata itu tuan, mata yang indah sebenarnya tapi sungguh memuakkan." Sharma membanting kepala Aquarel kedinding hingga terdengar suara benturan yang keras dan darah segar pun mengalir didinding itu hingga kelantai. "Huh kau tahu Aquarel kau tak pantas bersanding dengan Smith. Karena yang pantas adalah AKU!." ujar Sharma angkuh.

"Thiller!."

Laki-laki bernama Thiller itu mendekati Sharma dan kemudian memukul lehernya dan menyeretnya keluar entah kemana.

"Apa yang kau... lakukan pada... Sharma!" erang Aquarel sambil menegakkan kepalanya meski terasa sangat sakit dan sangat sakit.

"Suaramu merdu juga Aqua, hmmm... Sharma? Dia hanya pengkhianat jalang kau tahu. Dia bergabung denganku tapi juga berniat membunuhku. Sungguh menggelikkan."

"Apa yang kau inginkan dariku?!!"

Laki-laki itu berdiri dari kursi yang sedari tadi didudukinya, ia menghampiri Aquarel dan tangannya menyentuh luka Aquarel yang masih mengeluarkan darah yang cukup banyak. Aquarel meringis saat tangan laki-laki itu bermain dibelakang kepalanya membuat luka itu makin terasa sakit.

"Hmm... darahmu sungguh harum Aqua. Aku tak tahan untuk meneguknya." ungkapanya sambil memejamkan mata ketika ia menghirup darah Aquarel yang telah melumuri tangannya dan kemudian ia menjilati darah itu dengan mata yang tiba-tiba menghitam dan jelas hal itu membuat Aquarel mengernyit bukan karena jijik melainkan aneh.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Aquarel yang langsung membuat mata yang semua terpejam itu terbuka dan memberikan Aquarel tatapan gelap nan kelabu.

"Kau sungguh ingin tahu siapa aku? Begitu?"

Aquarel yang ditanya hanya menatap enggan pada laki-laki yang ada dihadapannya.

"Hmmm... aku Cerlon jika kau ingin tahu."

Prince vampire and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang