Sudah hampir setengah semester Fafa disekolah barunya, eh tidak baru lagi sekarang. Bahkan Fafa sudah hapal semua ruangan di sekolah tersebut, dan dia tidak merasa sekolah itu sangat luas, biasa saja. Mungkin karena sudah terbiasa.
Saat ini sedang dalam jam pelajaran keempat, dan setelah ini adalah bel istirahat. Itulah yang sedang para murid tunggu. Sambil mendengarkan penjelasan guru, sambil sesekali melirik ke arah jam, menghitung berapa lama lagi bel istirahat akan berbunyi.
Kring..
Kring..
Kring..
Bel istirahat berbunyi, semua murid mendesah kecewa. Tapi dilubuk hati paling dalam mereka, mereka merasa sangat-sangat bahagia.
"Oke anak-anak, kita sampai disini dulu. Ada pelajaran ibu hari apa lagi?" ucap bu Yati dan bertanya
"Jum'at" ucap beberapa murid berbarengan
"Oke, hari Jum'at kita lanjut materi lagi, jangan lupa bawa jangka ya" bu Yati mengingatkan murid-murid tentang barang yang harus mereka bawa.
"Bersiap.. Memberi salam" ucap Rafa selaku ketua kelas
"Assalammualaikum Warrohmatullahi Wabharakathu" ucap murid-murid bersamaan, walau ada yang yang dilambat-lambati
"Wa'alaikumsalam" ucap bu Yati sambil membereskan buku-buku yang dibawanya, kemudian meninggalkan kelas VII 6 tersebut.
"Dif, mau kekantin ga?" tanya Fafa
"Ah, engga deh Fa. Aku bawa bekel nih" tolak Difa, sambil menunjukan bekal yang dibawanya.
"Oh, yaudah"
"Maaf ya"
"Iya gapapa. Yaudah aku kekantin dulu ya" Fafa dengan sedikit teriak karena dia mengatakannya sambil berjalan menuju keluar kelas.
* * *
Setelah membeli semua makanan yang kira-kira dia mau makan, Fafa pun kembali menuju ke kelasnya.
"Fafa" ucap seseorang dari belakang Fafa
Fafa pun menoleh, dan ternyata yang memanggilnya adalah Rafa. Seketika Fafa jadi salting sendiri, tapi dia berusaha menutupinya.
"Eh, iya Raf. Kenapa?" tanya Fafa sambil mencoba untuk tenang
"Gua pengen ngomong" ucap Rafa sambil menarik tangan Fafa
'Gua mau ngomong' (?). Fafa pernah mendengarnya di film-film. Biasanya kalau seorang pria mengatakan hal seperti itu, pria itu akan meminta sang perempuan menjadi pacarnya. Fafa mengharapkan hal itu, bahkan mempersiapkan jawabannya.
Yaampun, bahkan Rafa mengajak Fafa ke taman belakang yang ditumbuhi banyak bunga. Gimana ga romantis coba? Batin Fafa yang sedang menghayalkan hal yang kemungkinan terjadi ataupun tidak.
Rafa meminta Fafa duduk.
"Fa, gua liat lu deket banget sama Difa" Rafa memulai pembicaraan
"Iya" jawab Fafa dengan senang. Eh, tunggu dulu. Difa? Tanya Fafa pada dirinya sendiri, bingung dengan ucapan Rafa
"Dan, kayanya Difa sering cerita segala macamnya ke elu" ucap Rafa lagi, lebih tepatnya seperti menebak
Sementara Fafa hanya mengangguk. Sambil mencoba berpikir keras.
"Gua suka sama Difa" Ah itu dia yang ditunggu-tunggu sama Fafa. Eh, tapi.. Difa? Seharusnya kan Fafa.
"Maksud lu?" Fafa meminta Rafa untuk mengulang ucapannya barusan.
"Iya, gua suka sama Difa" Rafa mengucap ulang ucapannya tadi
"Terus apa hubungannya sama gua" ucap Fafa dengan nada kecewa. "Seharusnya tuh, gua udah dikelas. Makan bareng Difa" lanjut Fafa
"Ada hubungannya sama elu, makanya gua ngajak lu kesini" hancur sudah angan-angan Fafa.
"Karena lu deket sama Difa, dan Difa suka cerita ke elu. Jadi lu mau ga, jadi perantara cinta gua ke Difa?" tanya Rafa penuh harap
"Perantara cinta? Maksud lu ngecomblangin kalian?"
"Bukan. Lu cuma perlu ngasih info ke gua, tentang hal yang disuka Difa, hal yang ga disuka Difa, sampe hal-hal mendetail lainnya" jelas Rafa
"Setiap hari?"
"Engga, cuma kalo gua nanya aja lu baru jawab"
"Oh, gua kira setiap hari. Kalo setiap hari belom tentu ada info terbaru" ucap Fafa
"Tapi kalo gua udah ga nanya-nanya berarti gua udah ga suka sama Difa" jelas Rafa lagi
"Oke"
"Jadi lu mau kan?"
"Oke-oke aja sih gua mah"
"Yes.. Makasih" ucap Rafa senang
"Yaudah gua kekelas ya" Rafa mengangguk, kemudian Fafa langsung jalan menuju kelasnya.
Bahkan dia belum memakan jajanannya sama sekali. Semoga masih sempat buat makan, kira-kira begitulah harapan Fafa
Fafa pun langsung duduk di kursinya. Tapi disana tidak ada Difa.
Fafa memakan jajanannya. Dia sangat menikmatinya, sampai-sampai tidak sadar kalau sudah bel masuk. Untungnya guru belum datang saat Fafa masih makan.
"Fafa, tadi kamu kemana?" tanya Difa
"Oh, tadi aku ke toilet dulu" dusta Fafa. Mana mungkin dia memberitahu yang sebenarnya
"Yaampun, tadi aku abis nyari kamu tau, takut kamu kenapa-napa" ucap Difa, yaampun dia perhatian banget.
"Makasih Difa, baik banget sih. Tapi seharusnya ga perlu sampe begitu juga sih, kalo aku kenapa-napa, pasti udah ada banyak banget yang nolongin aku"
Tidak lama kemudian guru pun masuk, dan pelajaran dimulai,
Hi.. Hi..
Huh ... Ternyata cukup cape ya..
Chapter #4 .
Selesai jugaBaru chapter #4 author, bertahanlah !!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Aneh
Teen FictionAku kesal. Tapi, dilubuk hatiku yang paling dalam aku sangat senang, karena Rafa bisa tersenyum lagi bahkan meledekku. * * * Setelah mendengar penjelasan dari Mama, Papa, Umi dan Abi. Sekarang aku mengerti... 'Aku pernah suka sama Rafa, dan pernah k...