Fafa's POV
"Lho, kok Papa ketawa-ketawa ga jelas kaya gini sih?"
"Gatau tuh, kekurangan obat kali" ucapku kesal
"Emang tadi kalian ngomongin apasih?, kayaknya seru banget" tanya Mama penasaran
"Itu loh-" ucapan Papa terpotong
"Udah ah" ucapku merengek
"Kenapa sih? Mama penasaran tau" ucap Mama tambah penasaran
"Kalo Papa ceritain. Nanti yang ketawa bukan cuma Papa doang, tapi Mama juga ikut-ikutan" Aku semakin kesal karna melihat Papa yang semakin geli tertawa
"Yaudah-yaudah. Mending sekarang kita berangkat, daripada Papa cuma ketawa gajelas" Mama mengingatkan
Kemudian Papa melajukan mobilnya sambil terus tertawa. Aku hanya mendengus kesal karna tawa Papa yang terlihat meledekku.
* * *
Kami sampai didepan sebuah rumah yang tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil. Sederhana, kata itulah yang cocok untuk mendeskripsikan rumah itu.
Ngomong-ngomong rumah ini masih di perumahan yang sama dengan rumahku. Hanya beda beberapa blok saja. Jadi, naik mobil, cuma buat ke rumah om Fadhil doang? Yaampun Papa.
Papa mengajak aku dan Mama untuk keluar dari mobil. Namun sebelum turun, aku bertanya terlebih dahulu.
"Pa, ini beneran rumah temen Papa kan? Bukan rumah tante Ira, om Ricky, atau yang lainnya kan?" tanyaku intens
"Emang kenapa sih?" tanya Mama yang belum tau apa yang terjadi tadi
"Biar aku ga malu dan ga diketawain lagi" jelas aku
"Hahahhahahahhahahaha" Papa malah tertawa lebih kencang dari sebelumnya
"Udah ah, kamu jangan ngomongin itu lagi, nanti perut Papa sakit""Biarin aja. Lagian siapa suruh ketawain aku" ucapku ketus
* * *
"Assalammualaikum" ucapku, Mama, dan Papa bersamaan
"Wa'alaikumsalam" ucap seseorang dari dalam rumah
Orang tersebut membuka pintu. Pintu terbuka dan menampakkan seorang laki-laki.
"Eh, keluarga Faumi sudah datang" ucap bapak itu kepada kami. Dia bahkan tau nama panggilan untuk keluargaku. Sedekat apa dia sama Papa?
"Iya, pak Hakim" jawab Papa, aku dan Mama hanya menyungging senyum
"Ayo masuk dulu pak" pak Hakim mempersilahkan kami masuk
#RumahPakHakim
"Ayo, silahkan duduk" ucap Pak Hakim mempersilahkan kami masuk
"Iya pak, terima kasih" ucap Papa. Aku dan Mama hanya mengangguk pelan dan tersenyum
"Perkenalkan ini istri saya" ucap pak Hakim sambil menunjuk kearah istrinya
"Sania"
"Umairoh, panggil aja Umi" ucap Mama
"Oh ya, kamu sekolah dimana?" tanya bu Sania kepadaku
"Di SMP Bhakti Jaya, Bu" jawabku
"Panggil Umi aja jangan Ibu" jeda "Mmm... Berarti kamu satu sekolah sama anak Umi dong"
"Mungkin, Mi"
"Oh ya, kamu panggil Abi aja ya. Soalnya kami terbiasa sama panggilan Abi Umi dari anak kami" ucap pak Hakim... Ralat... Abi. Yaps, itu yang benar
Setelah beberapa lama Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak ini mengobrol. Akhirnya...
"Ayo, langsung ke meja makan aja" pinta Abi, yang sangat membuatku senang. Ya aku menunggu saat ini, karena daritadi mereka hanya ngobrol tanpa memerdulikanku.
Kami hanya mengikuti Abi dari belakang menuju ke meja makan.
#MejaMakan
"Mi, tolong panggilin Rama ya !!" pinta abi kepada umi
Rama?!! Mungkin itu nama anaknya. Abaikanlah
"Kita tunggu anak saya dulu ya. Biar komplit" ucap abi sopan. Aku, Mama, Papa hanya mengangguk
Sementara, Umi berjalan meninggalkan ruang makan untuk memanggil anaknya.
* * *
Umi sudah kembali, tapi belum ada tanda-tanda dari anaknya.
Kemana sih tu anak. Kagak tau gua udah laper apa. Segala lama-lamaan dikamar. Jangan-jangan dia...
*
*
*Bikin candi didalem kamarnya lagi. Huhh, kalo itu sih jelas lama.
"Lho, Rama mana Mi?" tanya abi. Alhamdullillah ditanyain juga
"Dia lagi dikamar mandi. Katanya kita makan duluan aja, dia sakit perut" jelas umi. Yess... Alhamdullillah, gaudah nunggu lagi
"Oh, yaudah mari kita makan duluan aja"
"Gapapa anaknya ditinggal?. Kalo mau nungguin juga gapapa kok. Kita juga belum terlalu laper" Hadeuh Mama... Mama ga laper, tapi aku laper ma... Huuaahhh. Eh.. Aku ngomong kaya gini, keliatan cuma mau numpang makan doang ga sih?
"Gapap-" ucapan umi terpotong
"Maaf ya nunggu lama" ucap tuh anak, kalo dari suara sih kayaknya kenal. Tapi sabodo teuing lah. Abdi want makan (bahasa campuran)
Dia duduk disebelah ku. Aku menengok kearahnya, begitu juga dengannya. Dann...
"Rafa" "Fafa" yap, itulah yang pertama kali keluar dari mulut kita berdua.
Ternyata tu anak adalah Rafa. Kalo tau itu Rafa, udah aku injek-injek tu anak. Seenak jidat nya aja, bikin orang nunggu lama. Tapi kok nama panggilannya di rumah Rama sih?? Bodo lah, yang penting sekarang udah boleh makan... Muehehhe
"....
Halo...
Sumpah ceritanya ketebak banget.. Gak bisa cari alur lainnya.. Huuaaahhh
Yasudahlah Happy Reading aja.. Oke..Please for vote and comment !!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Aneh
Teen FictionAku kesal. Tapi, dilubuk hatiku yang paling dalam aku sangat senang, karena Rafa bisa tersenyum lagi bahkan meledekku. * * * Setelah mendengar penjelasan dari Mama, Papa, Umi dan Abi. Sekarang aku mengerti... 'Aku pernah suka sama Rafa, dan pernah k...