#15. Dia Kenapa?

37 7 2
                                    

Kring
Kring
Kring

Bel istirahat berbunyi. Membuat semua murid dikelas Fafa bernafas lega. Karna sejak bu Ani masuk kekelas, pemilihan pengurus kelas belum selesai juga. Banyak anak yang dipilih tidak bersedia menjadi pengurus.

Satu hal yang terselesaikan adalah. Fadhlan menjadi ketua kelas dan Fafa menjadi wakilnya. Sebenarnya Fafa terpaksa, tapi dia yakin kalau dia menolak, pasti akan lama lagi selesainya.

"Oke, anak-anak kalian boleh istirahat. Untuk pengurus kelasnya kalian boleh pilih sendiri. Tapi kalo sampai besok belum ada, ibu yang akan pilih, dan tidak ada penolakan.." ucap bu Ani yang bisa disebut sebagai ancaman juga

"Yasudah, ibu pergi dulu. Assallamualaikum" ucap bu Ani seraya pergi keluar kelas

"Wa'alaikumsalam" jawab beberapa siswa

* * *

Fafa POV

Setelah dirundingkan, akhirnya aku dan si Fadhlan yang disuruh memilih pengurus kelas. Ku ga yakin kalo si Fadhlan bisa jadi ketua kelas yang bener, tapi Positive Thinking ajalah.

"Dang!! Elu yang nyari seksi-seksinya, gua nyari sekretaris sama bendahara" ucapku pada Fadhlan

"Hah. Gua nyari cewe seksi buat apaan Fa??" ucapnya. Yaampun kenapa harus dia yang jadi ketua kelas

"Bukan cewe seksi Dadang... Tapi seksi-seksi pengurus kelas" ucap ku dengan penekanan

"Oohh" dia hanya ber-oh-ria

"Yaudah"

"Iya... Udah" ucapnya, sepertinya ada yang tidak beres

"Jangan lupa dicari ya" ucapku mengingatkan

"Cari apaan??" tanya nya dengan tampang sok polos. Dan... Sebenernya dia emang ga ngerti atau pura-pura ga ngerri sih.

"Cari seksi-seksi pengurus kelas Dadangggg" ucapku sambil menahan emosi

"Ih, kaga mau guamah. Kenapa gua coba?" tanyanya dengan tampang sok polos 'lagi'

"Lu mau gua tampol, Hah??" ucapku mengancamnya, emosi ku sudah pecah pagi ini, gara-gara dia

"Eh iya, iya"

Aku pun kembali ke tempat dudukku
"Eh diantara kalian bersembilan, siapa yang mau jadi sekretaris dan bendahara?" tanya ku pada kesembilan sahabat baruku

Sementara mereka hanya saling tunjuk-tunjukkan

"Kamu kenapa sih Fa. Perasaan tadi masih bae-bae aja, kok sekarang  marah gitu?" tanya Fardit

"Tuh, gara-gara ketua kelas kalian" ucapku sambil menunjuk kearah Fadhlan

"Yeh, ketua kelas lu juga kali" Febri mengingatkanku

"Emangnya kenapa sih??" hadeuh si Dwari malah kepo

"Udah itu gapenting, yang penting. Disini siapa yang pas kelas tujuh pernah jadi sekretaris atau bendahara gitu?" tanyaku lagi

"Udahlah Fa, gua laper nih. Entar aja pas udah ada makanan baru nanya lagi" Dwi memelas

"Yeh, si Dwi mah makanan mulu" kini Wulan yang berbicara

"Eh, tapi bener juga sih. Mending kita jajan dulu, kita belom keluar kelas sama sekali lho" ucap Finda

"Yaudah deh. Ayo" ucapku mengalah. Kalian fikir saja sembilan lawan satu. Meskipun aku menolak, bisa jadi mereka ninggalin aku lagi.

* * *

Kami sudah selesai beli jajanan di kantin. Saat arah menuju kelas aku tidak sengaja berpapasan dengan Rafa.

Aku menyapa nya dengan senyuman, aku kira dia akan membalas senyumanku, dan mulai bertanya-tanya tentang Difa. Tapi, tidak. Dia bahkan tidak membalas senyumanku. Dia hanya menatapku sekilas dan lanjut mengobrol dengan teman-temannya.

'Dia kenapa?' ucapku dalam hati.

"Eh, Fa. Bengong aja, hati-hati entar kesurupan loh.." ucap Dilla, dilanjut dengan kekehan dari semua kecuali aku dan Jauzaa

"Dilla, jangan gitu dong. Nanti kalo Fafa beneran kesurupan gimana, kamu mau nanggung?" protes Jauzaa kepada Dilla

"Au nih Dilla gimana sih..." ucap yang lain, menyalahi Dilla

"Udah ah. Malah jadi berhenti dijalan begini" ucap Febri mengingatkan

"Eh iya, ayo cepetan. Gua mau nanya-nanya lagi nih" ucapku karna ingat harus bertanya kepada mereka

Kulihat mereka saling berpandangan, dan pada akhirnya menghembuskan nafas berat.

Dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami menuju kelas. Dan beberapa kali aku menengok kebelakang melihat Rafa dan dua temannya tadi.

* * *

Rafa's POV

Aku berjalan menuju kantin bersama dua teman baruku.

Saat menuju kantin tidak sengaja aku berpapasan dengan Fafa.

Dia melemparkan senyum kearahku. Aku berniat berhenti dan mulai bertanya-tanya kepadanya. Tapi, aku tau. Si dua curut ini pasti akan meledekku nanti, bilang kami pacaran lah. Aku pun memutuskan untuk tidak menyapanya, bahkan tidak membalas senyumannya.

Aku lihat, Fafa malah bengong ditempatnya. Mungkin dia mikir kenapa aku kaya gitu ke dia kali ya, atau... Enggak. Bisa jadi aku yang keGe-Eran. Entahlah.

Hai... Hai...
Akhirnya UP lagi. Setelah lama ga UP.

Gimana seru ga?? Atau malah GaJe. Terserah kalian ajadeh.

Tuh kan langsung dijawab, kenapa si Rafa kaya gitu. Jadi kalian ga penasaran...
"Kita ga penasaran thor" readers

Don't forget to leave Vote and Comment
See you in next Chapter
Bye...

Cinta Yang AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang