Pagi yang cerah, semua orang kembali ke dunia nyatanya setelah semalaman berada di alam mimpi mereka. Kembali melakukan aktifitas sehari-harinya. Begitu juga dengan para pelajar, kembali sekolah lagi.
Fafa berjalan dengan riang menuju kelasnya, setiap hari dia rutin memancarkan sikap periangnya.
Sesampainya di kelas Fafa melihat Rafa dan Difa sedang mengobrol, bahkan sesekali tertawa, mungkin ada sesuatu yang lucu dari obrolan mereka.
Fafa mencoba untuk menghiraukannya, walau hatinya tak suka. Dia tidak mau terlalu dramatis seperti di film-film drama ataupun sebuah novel. Dia juga tidak mau, sikap periangnya yang baru saja dia pancarkan langsung meredup begitu saja, menjadi suram.
Lagipula masih banyak hal lain yang dapat dia lihat dikelas itu, bukan?, begitulah yang Fafa fikirkan.
Fafa berjalan mendekati Rafa dan Difa. Ah, lebih tepatnya berjalan menuju tempat duduknya.
"Eh, Fafa yang baik hati udah dateng" ucap Rafa saat menyadari keberadaan Fafa
"Tumben lu muji gua. Pasti ada maunya kan?!!" tuduh Fafa sambil menaruh tasnya di kursinya, dan kemudian duduk.
"Jadi orang jangan su'udzon dong. Gua cuma mau nyontek PR IPS doang kok" ucap Rafa membela dirinya, walau di akhir kalimatnya tetap saja 'ada maunya'.
"Lu dari tadi ngobrol sama gua, kenapa ga minta contekan ke gua aja" ucap Difa sedikit protes.
"Eh, gapapa. Gua nyontek ke Fafa aja, jadi kalo ditanyain nyontek ke siapa, gua jawabnya 'Fafa'" ucap Rafa cengengesan
"Ngeselin lu" Fafa kesal. Bagaimana tidak, Rafa mau membawanya kedalam masalah.
"Eh, bercanda kok. Mana ada guru yang nanyain"
"Ga ah" jawab Fafa singkat
"Yah Fa, please..." ucap Rafa memohon
"Hmmm" Fafa tampak berfikir sejenak, lebih tepatnya 'pura-pura berfikir'
"Oke" jawab Fafa
"Yesss... Makasih Fafa lu emang sahabat gua dah" ucap Rafa senang
"Tapi..." Fafa menggantung kalimatnya
"Yah, kok ada tapinya sih? Lu mau gua beliin makanan? Gapapa deh, lu mau jajanan apaan?" ucap Rafa sambil meraba kantongnya, mencari uangnya
"Eh, bukan itu" jawab Fafa cepat
"Tapi... 5 nomor aja, 5 nya lagi lu yang ngisi" Fafa meneruskan kalimatnya yang sempat terpotong tadi
Mendengar omongan Fafa barusan, membuat Difa tertawa.
"Tuh Raf, di dunia ini ga ada yang bener-bener instan. Pengen dapet nilai ya mikir lah" ucap Difa sambil terus tertawa
"Yah kok nanggung sih Fa? Kenapa ga langsung semuanya aja" sementara Rafa mendesah kecewa
"Biar lu mikir Raf, otak lu tuh harus dipake juga"
"Yaudah sini bukunya" ucap Rafa meminta buku Fafa
"Ga.. Gua yang bacain" jawab Fafa
"Yah, ni anak tau aja niat gua" gumam Rafa
Akhirnya Fafa memberi contekan kepada Rafa, walau tidak semua. Difa juga membantu. Jika ada pertanyaan yang Rafa tahu jawabannya sendiri, maka itu tidak masuk kedalam jumlah contekan yang diberi Fafa.
"Ahay.. 1 lagi Fa. Gua pinter juga ternyata" ucap Rafa sambil menyombongkan diri
"Yaudah jawab" ucap Fafa sambil membereskan bukunya
"Lah, gua ga tau jawaban yang ini"
"Tapi gua udah ngasih contekan 5 nomor, jadi udah selesai" ucap Fafa dengan santainya.
"Yah satu lagi Fa" ucap Rafa memohon
"Kalo ga. Dif, gua nyontek satu nomor ya?!!"
"Engga ah, kan tadi gua udah bantuin ngasih clue" tolak Difa
"Ah, yaudah deh. Gua nyontek ke yang laen aja deh" ucap Rafa sambil berdiri. Namun bel untuk bertadarus sudah berbunyi
"Ahhh" ucap Rafa kesal
Guru pengawas tadarus juga sudah masuk, jadi tidak ada kesempatan bagi Rafa untuk menyontek.
* * *
Tadarus sudah selesai, dan bel masuk pelajaran sudah berbunyi.
Dan tentunya, pak Jemmy, guru IPS sudah masuk. Pak Jemmy termasuk guru killer disekolah tersebut.
"Siapa yang belum ngerjain PR? Dan siapa yang belum selesai sampe 10 nomor? Maju kedepan!!" baru masuk saja langsung bicara seperti itu
Semua yang belum mengerjakan dan yang belum selesai langsung maju kedepan, termasuk Rafa.
"Selama pelajaran bapak, kalian berdiri didepan" ucap pak Jemmy tegas
"Yah pak, saya tinggal nomor sepuluh doang pak" ucap Rafa protes
"Tidak ada alasan" benar-benar tegas
Dan Rafa langsung bungkam.
Setelah satu jam, akhirnya pelajaran pak Jemmy selesai, dan mereka yang tadi dihukum sudah boleh duduk kembali. Bahkan pak Jemmy sudah keluar dari kelas.
"Ciee.. Dihukum" ledek Fafa, saat Rafa baru saja duduk di kursinya.
"Lagian guru ribet banget. Kalo ga dikerjain tinggal disalahin" protes Rafa
"Sabar" hanya itu yang bisa dikatakan Difa
"Kalian berdua juga nih, tinggal satu nomor doang pelit banget" lagi-lagi Rafa protes
"Udah sih protes bae dari tadi, nyalahin kita lagi. Lagipula udah selesai kan hukumannya?!" ucap Fafa
Chapter #5 selesai
Maaf ya kalo lama up nya
Karna sekarang Author punya cerita baru
Judulnya 'The Helper Dimension'. Baca juga ya..Jadi harus bisa membagi waktu dengan semaksimal mungkin
Jangan lupa baca Chapter selanjutnya... Vote and Comment juga jangan lupa
![](https://img.wattpad.com/cover/101622117-288-k210552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Aneh
Novela JuvenilAku kesal. Tapi, dilubuk hatiku yang paling dalam aku sangat senang, karena Rafa bisa tersenyum lagi bahkan meledekku. * * * Setelah mendengar penjelasan dari Mama, Papa, Umi dan Abi. Sekarang aku mengerti... 'Aku pernah suka sama Rafa, dan pernah k...