Chapter 15

3.9K 295 30
                                    

Sehun memasuki kantor bersama Chen di sebelahnya. Semua pegawai dan resepsionis yang berada di lobi terkejut dan langsung berbaris rapi lalu membungkuk hormat pada Sehun.

Saat melewati mereka, Sehun berhenti tepat di depan pegawai namja yang ternyata masih memakai tas slempangnya.

Glek

Semua pegawai yang berbaris rapi menelan ludahnya kasar. Mereka tidak ada yang berani mendongakkan kepalanya.

Sehun menoleh lalu mendekati namja itu.
Sehun meneliti dari bawah hingga ke atas.
Pegawai itu menundukkan kepala, tangannya yang mengenggam sisi celananya bergetar.
Sehun menyeringai.

Apa aku segalak itu?

Sehun tertawa dalam hati.

"Lain kali jangan diulangi lagi ne? Bekerjalah dengan baik. Anyyeong" Sehun tersenyum lalu melanjutkan jalannya lagi diikuti Chen yang terkejut atas perubahan atasannya ini.

Tidak hanya itu, pegawai tadi memandang ke depan dengan tatapan kosong. Semua pegawai yang masih berdiri pun menengok ke arah pegawai tadi dengan mulut menganga.

"Apa tadi itu benar sajangnim kita?"

"Beliau tersenyum?"

"Beliau sama sekali tidak marah?"

"Wah, kita harus lebih sering mendoakan sajangnim agar sajangnim sering berbulan madu supaya beliau tidak marah-marah lagi."

"Whuaaaaaa"

Itulah komentar para pegawainya tadi yang masih terdengar oleh pendengaran Sehun, sehingga membuat Sehun terkekeh geli.
.
.
.
Sehun duduk di ruangannya dan masih tersenyum. Entah kenapa hatinya berbunga-bunga saat ini.

Chen yang masih mengamati Sehun meringis ketika atasannya tersenyum sendiri. Apalagi mengingat kejadian tadi. Dia ingat dulu Sehun pernah hampir memecat pegawai karena melakukan hal yang sama. Tapi kali ini? Wow

"Apa kau kemasukan setan saat menghadiri upacara peringatan kematian kakek Kim sajangnim?"
Chen menyipitkan matanya menatap Sehun.

Sehun hanya melirik Chen sekilas lalu tersenyum tanpa menanggapi pertanyaan tidak masuk akal sekretarisnya.

Setelah kejadian malam itu di hutan, Sehun merasa sepertinya melayang. Kini cinta mereka sudah menyatu. Dan Sehun baru menyadari bahwa suaminya sangatlah mesum. Itu terbukti ketika dia dan Jongin melanjutkan perjalanan menuju rumah nenek Jongin, suaminya tidak pernah berhenti menciumnya. Untung saja mereka di hutan.

Sehun diterima dengan baik oleh nenek Jongin. Bahkan Jongin sempat ngambek karena Sehun memenuhi permintaan sang nenek untuk tidur dengan nenek dan membuat Jongin harus tidur sendirian.

Sehun tertawa.

"OMO!"
Sehun terkejut oleh teriakan Chen dan menatap tajam padanya.

"Tadi kau tidak berhenti tersenyum sepanjang jalan. Dan baru saja kau tertawa bahkan kau mengabaikan pertanyaanku Sehun? Kau benar-benar sudah tidak waras."

Sehun hanya memutar bola matanya. Dia heran kenapa sekretarisnya heboh sekali. Bukankah yang sedang merasakan indahnya cinta itu Sehun? Mengapa malah Chen yang sehisteris itu, ck.

"Sudahlah, apa saja jadwalku hari ini?"
Tanya Sehun menatap Chen.

Chen mengangguk lalu membuka jurnalnya.
"Nanti jam 10 kau harus menghadiri pelelangan tanah di gedung pertemuan. Pelelangan tersebut dihadiri para pemimpin perusahaan termasuk Choi Minho. Kau harus mengalahkan dia hun. ............"
Sehun yang mendengar nama Choi Minho disebut sekretarisnya langsung konsentrasi menatap Chen dan mendengarkan penjelasan Chen terkait tanah yang akan dilelang.

Forced to MarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang