Ashortstory from hinatchoo
.
Fumi pulang ke apartemen dengan wajah tak berbentuk. Setiap sudutnya ditekuk, bibirnya pun mengerucut. Mirip sekali dengan pakaian Yuusuke di ruang cuci, belum tersentuh setrika. Kalau ditambah kantong plastik yang menggantung lunglai di genggaman, dia pantas disandingkan dengan orang-orangan sawah tertiup angin.
"Tadaima," ucap Fumi lesu. Ia melepas sepatu dan mengganti alas kaki dengan sandal rumah. Matanya masih bengkak akibat menangis hebat tadi sore. Beruntung, dia mampu mengelak dari perhatian orang-orang.
Karena tak kunjung terdengar jawaban, Fumi lantas berjengit menuju kamar kakaknya. Menginterupsi waktu istirahat Yuusuke bukan opsi utama yang ia ingin pilih saat ini, terlebih ketika pemuda itu sedang tergolek lemah di ranjang.
"Okaeri." Yuusuke tersenyum dari posisi duduknya. Ketika manik hazel itu menangkap benda yang digenggam Fumi, dia mendesah, "Kamu nggak perlu beli itu. Aku selalu punya inhaler."
Hening. Fumi tidak berniat membalas, pun Yuusuke yang tak punya tenaga untuk meneruskan konversasi. Samar, jauh di dalam dada, Fumi masih merasakan sesak menguasai paru-parunya.
"Nii-chan jangan memaksakan diri. Jangan memaksakan diri untuk apa pun, termasuk maraton anime." Gadis itu meletakkan kantong plastik di atas nakas, lalu duduk di sisi ranjang queen size milik sang kakak. Sedang lengan Yuusuke terulur, membawa kepala Fumi bersandar ke bahunya. "Jangan bikin aku khawatir. Merepotkan."
Yuusuke terkekeh. "Gomen ne?"
Tanpa suara, Fumi mengangguk. Jemarinya masih menggenggam erat tas sekolah, enggan beranjak dari tempat.
Perlahan, kehangatan menguar dari pemanas ruangan. Fumi merasakan kedua kelopak matanya bertambah berat setiap detik. Sentuhan Yuusuke yang mengacak lembut surai gelapnya justru semakin membuat dia terbuai.
Pelan tapi pasti, Fumi terjun dalam alam mimpi. Hari ini begitu melelahkan baginya. Mulai dari bertemu Kyeongjun di saat tak terduga, panggilan dari rumah sakit karena asma Yuusuke kambuh, hingga saat Kyeongjun menangkap basah dia sedang menangis.
Yuusuke tersenyum ketika sadar adiknya sudah terlelap. Dia merapikan poni Fumi, menyelipkan beberapa juntai rambut ke belakang telinga.
"Oyasumi, Imouto."
.
Trans:
Tadaima: aku pulang
Okaeri: selamat datang kembali
Nii-chan: Kakak
Gomen ne?: maaf ya?
Oyasumi, Imouto: selamat malam, Adikku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fronting [Discontinued]
Teen FictionChoosaku Fumi, gadis dari Jepang, termasuk satu dari sekian orang yang mengagumi sosok Min Kyeongjun. Fumi awalnya tidak terpikir untuk mendekati Kyeongjun. Hanya saja ia terus-menerus ditempatkan oleh takdir pada ketidak-sengajaan bertemu dengan pe...