Off(er)

25 4 0
                                    

Kyeongjun memang tidak mengerti kalau dengan berada terlalu dekat dengan Fumi bisa membuat si gadis kalap dan lupa cara bernapas.

Tapi sungguh, Kyeongjun malah menganggap reaksi Fumi itu menggemaskan.

"Spontanmu mengerikan."

Pemuda itu terkekeh, menangkap pergelangan tangan gadis yang mencoba melayangkan pukulan -lagi- padanya. Salah Kyeongjun juga, sih, malah mengagetkan Fumi yang tengah sibuk mengatur barang-barang di stan kelasnya.

"Gomennasai- eh?!"

Fumi sontak mundur selangkah menyadari siapa pelaku yang baru saja mengagetkannya. Melengkapi penderitaan, kaki gadis itu kebetulan masih sakit dan membuat pijakannya tak seimbang, naas kepalanya justru membentur lemari.

"Aw!"

Kontan saja jemari Fumi mengelus kepala yang berkedut usai mencium sisi tumpul lemari; halnya dengan Kyeongjun, lengan pun terulur. Persis kejadian di depan loker tempo hari.

Ia terkekeh melihat gadis itu mengaduh, menunduk dan tak berniat menatap matanya. Kyeongjun merasa ini lucu. Keusilannya memang sudah biasa, tapi, tak pernah lebih menyenangkan dari saat melihat reaksi Fumi.

"Fumi?"

"Ma- maaf, Sunbae .... Untuk yang kemarin." Kepala Fumi makin menunduk dalam, justru membuat Kyeongjun jadi salah tingkah.

"Soal ini?"

Kyeongjun menarik tangan kanan Fumi, membuat jemari gadis itu menyentuh luka di sudut bibirnya.

Fumi tersentak, gadis itu mendongakkan kepala malah tertegun mendapati Kyeongjun menatapnya intens. Hanya bertahan sepersekian detik, gadis itu menunduk lagi, menarik tangannya lantas berucap, "Maaf, Sunbae."

Kyeongjun heran, Fumi jauh lebih betah memandang sepasang sneakers-nya ketimbang wajahnya. Beda jauh dengan reaksi gadis lain yang malah akan menahannya agar tidak berlalu. Ia terkekeh.

Kau tahu? Kyeongjun jadi merasa ia perlu membuktikan sesuatu.

"Hei Fumi? Banyak yang bilang kau suka denganku, ya?"

Mata Fumi melebar untuk beberapa saat, diikuti rona di pipi. Dan Kyeongjun akui ia tertegun sejenak karena seorang gadis yang berada dalam jarak tak lebih semeter darinya itu.

Jadi-

"Kalau itu benar...."

-dalam sekali tarikan napas Kyeongjun menarik Fumi lebih dekat, menunduk sedikit dengan kedua tangan di bahu gadis itu. Manik kelamnya menatap lurus pada iris hazel Fumi.

"Aku tidak tahu aku juga menyukaimu atau tidak, sih. Tapi, mau tidak kau yakinkan aku soal itu?"

Bisik-bisik sebenarnya mulai terdengar. Tapi, dasar Kyeongjun saja yang tidak peka. Atau lebihnya tidak peduli akan puluhan orang yang menaruh atensi padanya.

"Ma- maksud Sunbae?"

"Buat aku suka denganmu, Nona Choosaku."

Kemudian hal yang sanggup terdengar berikutnya setelah kalimat Kyeongjun adalah histeria para siswi di sekitar. Sementara Fumi tak jua bergeming.

"Bagaimana? Kau setuju?"

.fin

Fronting [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang