Novels

47 5 0
                                    

An orifict by xxerorion

.

Hingga loker dan lacinya terbongkar pun tak jua ia temukan meski satu dari empat seri novel fantasi kesayangan. Fumi ingat kamarnya yang sudah berantakan justru kian menjadi hanya untuk menemukan buku-buku itu. Barulah setelah ditegur kakaknya, Yuusuke, gadis itu bisa menghentikan kegiatan penghancuran terhadap kamar.


Fumi masih sibuk mengacak isi lokernya. Berharap ia salah menyelip bukunya; ketika seseorang datang.


"Kau cari apa?"


Entah kapan tahu-tahu Kyeongjun sudah muncul di samping Fumi, melirik sejumlah barang yang tak jelas bentuknya di dalam loker gadis itu.


"Eh?!"


Fumi terkejut. Mendapati wajah seniornya itu berada tak lebih dari sejengkal tatkala ia menoleh kepala. Sontak saja Fumi mundur selangkah.


"Duh!!"


Tangan Fumi terulur mengelus belakang kepalanya, yang naasnya justru menghantam pintu loker, pula dengan Kyeongjun yang jadi penyebab reaksi spontan gadis itu.


"Ah, maaf!" Kyeongjun terkekeh. Tak sadar bahwa hanya dengan mengelus belakang kepala Fumi, jantung gadis itu justru berdetak kian berantakan; hingga lupa cara bernapas.


"Kau lagi cari apa, sih? Serius begitu."


Fumi jadi salah tingkah. Gadis itu menunduk, memilih menatap sneakers hitam-putih kepunyaan Kyeongjun sembari menggaruk tengkuk gugup.


"A— ano... novel-novelku. Tapi di loker tidak ada...."


"Ah... sepertinya yang ini," gumam Kyeongjun. Pemuda itu lantas membuka ransel. Mengeluarkan beberapa buku tebal yang familiar dengan Fumi.


"E— eh?! S— Sunbae dapat dari mana?"


Kyeongjun mengangsurkan empat buku tebal itu ke tangan Fumi. "Ingat di koridor waktu itu? Kau menjatuhkannya. Tadinya mau kukembalikan saat kau ke kelas membawa jasku. Tapi kau keburu lari. Memangnya kau kenapa waktu itu?"


"A— ah. Aku ingat. Terima kasih, Sunbae!" Fumi berbalik ke lokernya, memasukkan dua novel miliknya. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Kyeongjun. Harus jawab apa? Kalau Fumi terlampau gugup –meski benar seperti itu— hanya karena bertatap muka dengan si pemuda?


Ia tak mungkin jujur begitu. Takut seandainya Kyeongjun justru menjauh. Lagian, pemuda itu sudah punya Seonhee, 'kan?


"Sudah gelap di luar. Kau tak mau kuantar pulang?"


Fumi meleleh, merutuk dalam hati. Jika saja tak ingat Seonhee, mungkin ia bisa pulang diantar Kyeongjun. Yah, seandainya saja.


"Ano... kakakku bilang dia mau jemput. S— Sunbae duluan saja," ucapnya sembari menarik napas mengontrol denyut. Harap bahwa pipinya takkan menunjukkan semburat merah.


"Kalau begitu ayo menunggu di depan. Kutemani."


Dan tanpa persetujuan, pemuda itu seenaknya saja meraih lengan Fumi yang bebas dari jerat buku. Membawa gadis itu melintasi koridor, ke tempat bus biasanya berhenti.


Sungguh Fumi berharap kakaknya lebih lama sampai, kalau perlu tak datang saja. Agar ia punya waktu untuk sekedar merasakan eksistensi Kyeongjun yang duduk tepat di samping.


Sial, jantungnya tak bisa tenang.



.fin

Fronting [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang