Accident

29 4 0
                                    

Astory by hinatchoo

.

Kalau saja penyesalan itu ada di depan, Fumi pasti akan merasa lebih baik sekarang.

Iya, tahu kok kalau itu tidak mungkin. Jika rasa sesal ada di awal, pasti kosa katanya juga tak akan tercantum di kamus mana pun. Tapi bisa ‘kan, sekadar memberi peringatan?

“Aww!” Jeritan khas gadis meraung memenuhi udara kosong. Sang pelaku lantas menutup mulut dan mengutuk diri. Merapatkan jemari tangan ke arah bibir ranum seolah mampu menyumbat frasa yang hendak keluar.

“Sakit? Maaf.”

Kyeongjun menjawab, namun tak mengalihkan perhatian dari objek yang sedari tadi menyita pandang. Sedang Fumi hanya bisa menggumamkan kata ‘ya’ dengan lemah, lalu mengembus napas pasrah. Selain itu, ia sibuk menetralkan degup jantung yang nyaris menjebol rusuk.


Sebenarnya, semenjak malam ulang tahunnya, Fumi memilih menghindari Kyeongjun.

Bukan hanya mengabaikan presensi pemuda itu, namun juga menjauhi segala hal yang berhubungan dengannya. Bahkan untuk ke toilet, Fumi rela mengambil jalan memutar daripada harus melewati barisan ruang kelas dua.

Namun, rencana itu gagal total karena ia jatuh dari atap kain stan kelas dan sukses membuat kakinya terkilir. Kebetulan, Kyeongjun sedang mampir ke sana. Bagaimana pun, mana bisa gadis itu menolak saat si pemuda (dan tatapan tajamnya) meminjamkan bahu dan memaksanya ke ruang kesehatan? Dan lagi, kenapa sih sekolahnya harus repot-repot menyelenggarakan matsuri?

Aish, kalau diteruskan, lama-lama Fumi menyalahkan seluruh fitur alam.

“Selesai.”

Pemilik titel Min itu bangkit dan menepuk lutut Fumi. Melempar pandang ke iris hazel sang gadis yang entah kenapa malah membuang muka. “Woi.”

“I … iya. Ariga—ah! Kamsahamnida, Sunbae.” Gadis itu berkicau tak keruan kala tatapan kelam Kyeongjun tidak kunjung beralih.

Tak perlu waktu lama bagi Kyeongjun untuk bangkit dan memunggungi Fumi, membereskan perban dan alat lain yang ia gunakan. "Bisa jalan?"


Tidak menjawab, Fumi justru mengedarkan bola matanya ke sekeliling ruang. Bau obat menyeruak memenuhi paru-paru, belum lagi gambar organ dalam tercetak besar-besaran menghias dinding. Kendati Kyeongjun ada di sisi, namun perhatian Fumi tak sepenuhnya ada pada sang 'idola'.

"Aku mau ... pergi." Gadis itu beranjak dari samping ranjang, bertumpu pada kaki kanan yang bebas perban. Bertekad secepat mungkin kabur dari hal yang harusnya ia hindari sebelumㅡ


"Aduh!"


ㅡmusibah lain terjadi.

Terkekeh, Kyeongjun meletakkan kedua tangan ke belakang pinggang Fumi lalu mengangkat badan gadis itu untuk membantunya kembali ke posisi. Sepertinya tak sadar bahwa tindakannya mampu membuat tulang rusuk si Choosaku nyaris jebol.

"Kau tunggu di sini saja," ucap Kyeongjun. Selimut tebal ia sampirkan untuk menutup setengah badan Fumi. "Aku akan bilang pada ketua kelasmu untuk lebih menggunakan siswa laki-lakinya."

"Tapiㅡ"

"Jangan bilang kau terbiasa memanjat stan dan memasang lampu di sana," potong Kyeongjun. Tangannya ia arahkan mengacak pelan surai kecokelatan sang gadis tanpa peduli bagaimana keadaan batin Fumi sekarang.

"Aku pergi. Jangan kabur."

Setelah kalimat perpisahan itu, ia menghilang di balik tirai. Ruang kesehatan sepi: hanya Fumi dan satu siswi yang tergolek karena anemia. Kala suara pintu tertutup terdengar, Fumi menggenggam jemari panik.

Ia tak bisa berjalan. Ponselnya tertinggal di stan. Pilihan pertamanya adalah menunggu teman kemari, namun ia tak yakin ada yang peduli di tengah kesibukan persiapan pameran.

Yang kedua, menanti Kyeongjun kembali dan berbaik hati untuk meminjamkan bahu lagi. Ia sempat berpikir untuk memaksa, namun ragu saat nyeri yang sempat hilang menyapa lagi.


"Sial."


Soal umpatan barusan, Fumi tidak tahu. Entah ditujukan pada keberuntungan buruknya, aroma menyesakkan ruang jahanam ini, kemungkinan seorang dokter datang, atau jantungnya yang terlampau keras memompa darah.


Ah, dengan situasi ini, sepertinya butuh waktu lama untuk benar-benar 'mengabaikan' Kyeongjun.

-end.

Note:
Matsuri = Festival musim panas di Jepang, biasanya diselenggarakan pada bulan Juni.

Fronting [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang